Jaman
Surga dan Neraka (Manusia atau Nisnas yang selevel alam semestanya)/Jaman Alam
Semesta Bangsa-Bangsa Baru (Nisnas) yang diciptakan Allah SWT untuk
menyembahNya (Bila Allah SWT Menghendakinya)
Teori
Kiamat berdasarkan saint
1. Big Crunch
Teori yang pertama adalah 'Big
Crunch' dimana semesta akan berakhir jika telah menjadi kesatuan yang sangat
mapat. Berdasarkan teori ini semesta akan terus mengembang sebagai konsekuensi
dari teori Big Bang namun pada akhirnya semesta akan berhenti mengembang
sehingga nantinya semesta akan menyusut dan mapat.
2. Big Bounce
Dalam teori ini tidak ada yang
namanya akhir dunia. Seperti halnya ajaran Budha yang mengajarkan tentang
reinkarnasi, semesta ini juga akan mengalami reinkarnasi. Teori ini menjelaskan
bahwa semesta ini membentuk siklus awal dan akhir lalu kembali lagi ke awal,
Big Bang merupakan awal dari terciptanya semesta, lalu semesta ini akan
mengalami pemapatan/kematian yang disebut Big Crunch hingga akhirnya semesta
kembali melakukan proses teori Big Bang.
3. Big Freeze
Semesta akan mengalami suatu fase
kehilangan energi panas sehingga semesta kehilangan cahaya dan membeku. Teori
ini bertolak belakang dengan teori Big Crunch, dimana dalam teori tersebut semesta
mapat.
4. Big Rip
Teori ini merupakan pengembangan
dari teori Big Freeze, dimana semesta akan membeku dan mengembang terpisah jauh
terpencar, galaksi satu yang saling berdeketan membeku dan terpisah. adanya
energi gelap yang yang menentang gaya gravitasi akan membuat bentangan antar
galaksi. Namun teori ini nampaknya tidak akan terjadi dikarenakan adanya
observasi yang menunjukan energi gelap tidak menumbuhkan kekuatannya.
Teori
Kiamat berdasarkan Islam/Quran
Dan
mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha
Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Qs 39
Az-Zumar: 67)
Surat Al – Anbiya Ayat 104. (Yaitu)
pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai
penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang
pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami lah yang akan melaksanakannya.
Surat Al – Qari’ah
101:4. Pada hari itu manusia
seperti anai-anai yang bertebaran,
101:5. dan gunung-gunung seperti
bulu yang dihambur-hamburkan.
Surat Al – Zalzalah
99:1. Apabila bumi diguncangkan
dengan guncangannya (yang dahsyat),
99:2. dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat (yang dikandung) nya,
Surat At – Takwir
81:1. Apabila matahari digulung,
81:2. dan apabila bintang-bintang
berjatuhan,
81:3. dan apabila gunung-gunung
dihancurkan,
81:11. dan apabila langit
dilenyapkan,
81:12. dan apabila neraka Jahim
dinyalakan,
81:13. dan apabila surga
didekatkan,
Surat Al – Infithar
82:1. Apabila langit terbelah,
82:2. dan apabila bintang-bintang
jatuh berserakan,
82:3. dan apabila lautan
dijadikan meluap,
82:4. dan apabila kuburan-kuburan
dibongkar,
.
Surat Al – Insyiqaq
84:1. Apabila langit terbelah,
84:2. dan patuh kepada Tuhannya,
dan sudah semestinya langit itu patuh,
84:3. dan apabila bumi diratakan,
84:4. dan memuntahkan apa yang
ada di dalamnya dan menjadi kosong,
84:5. dan patuh kepada Tuhannya,
dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui
akibat perbuatannya).
Al
Qiyaamah
8.
dan apabila bulan telah hilang cahayanya
9.
dan matahari dan bulan dikumpulkan,
Bisa jadi didahului oleh bulan yang akan telah hilang
cahayanya
(yaitu ketika matahari mati dan tidak membiaskan cahayanya ke bulan) kemudian
langit digulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas, matahari
dan benda langit lainnya ikut digulung menjadikan benda-benda langit terkumpul
(saling tumpang tindih termakna tergulung atau yang dimaksud terlipat) matahari
yang mati dan bulan yang telah gelap dikumpulkan dan bumi mengalami guncangan
dasyat, kemudian langit terbelah dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,
bersamaan itu bumi mengeluarkan beban-beban beratnya, manusia bagai anai-anai
yang berterbangan, lautan menguap dan gunung-gunung dihancurkan, bumi menjadi
rata karena bumi memuntahkan seluruh bebannya bagai bulu-bulu berterbangan,
baik yang ada didalam bumi dan dipermukaannya lalu langit dilenyapkan dan
neraka Jahim dinyalakan, maka panasanya menyebar dengat sangat panasnya
sementara itu surga didekatkan juga.
Teori kehancuran semakin
berkembang seiring dengan adanya beragam isu mengenai kapan tepatnya kehancuran
alam terjadi. Dalam kehidupan masyarakat hari kehancuran alam lebih dikenal
dengan Hari Kiamat. Setelah masa yang semakin berlalu, keadaan yang menandakan
akan dekatnya zaman menuju kehancuran semakin digali. Bahkan telah banyak
ilmuan menemukan beberapa fenomena alam yang dapat menjelaskan kebenaran
Al-Quran dan hadis mengenai tanda datangnya Hari Kehancuran Alam. Tidak bisa
dipungkiri, rahasia Hari Kiamat hanya Allah SWT yang tahu, Dialah yang
mengetahui segala sesuatu.
Di dalam Al-Quran sendiri, terdapat
beberapa tanda-tanda Hari Kehancuran salah satunya seperti dalam surat
Al-Anbiyaa’ ayat 104, “ Pada hari Kami
melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami telah
memulai penciptaan pertama Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami
sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.”
Ketakutan yang besar dan terbesar
itu, mulai terjadi pada hari Allah melipat langit dengan sangat mudah bagaikan
melipat lembaran buku-buku atau kertas. Ketika itulah bermula proses perhitungan
dan pembalasan. Hal itu sangat gampang Allah lakukan, walaupun makhluk telah
mati dan punah, karena sebagaimana Allah telah memulai penciptaan pertama dari
ketiadaan menjadi ada, begitulah Allah akan mengulanginya.
Pengetahuan tentang hari
kehancuran, hanya Allah yang mengetahuinya. Manusia hanya diberi ilmu sedikit.
Al-Qur’an hanya memberikan beberapa isyarat tentang hari kehancuran alam
semesta ini. Belum tentu sebagai suatu rangkian mekanisme yang pernah terjadi
atau dapat diprakirakan oleh sains saat ini. Tetapi mengkaji kemungkinan secara
ilmiah, diharapkan memerkuat keyakinan kita akan kepastian hari kehancuran.
Menurut saint akan teori evolusi
bintang, matahari akan membesar menjadi bintang raksasa, merah menjelang
kematiaanya. Pada saat itu matahari bersinar sedemikian terangnya hingga lautan
akan mendidih dan kering, batuan akan meleleh, dan kehidupan pun akan punah.
Kemudian matahari akan terus bertambah besar hingga planet-planet disekitarnya,
merkurius, venus, bumi dan bulan serta mars, masuk ke dalam bola gas matahari.
Kita tidak bisa bicara tentang rentang waktu tibanya peristiwa ini sampai
akhirnya kehancuran total alam semesta. Karena, walaupun secara teoritik, saint
katanya dapat diperkirakan kapan matahari akan menjadi bintang raksasa merah,
sekitar 5 milyar tahun lagi, tetapi kepastian cara dan tentang saat kehancuran
hanya Allah yang tahu.
Jatuhnya pecahan komet
berdiameter sekitar 100 meter di Tunguska (Siberia Utara) menumbangkan hutan
dengan radius 25 km, dan ledakannya terdengar sejauh 800 km. ini contoh
kerusakan akibat tumbukan benda langit.
Kehancuran total nampaknya
bermula dari berkontraksinya alam semesta. Kontraksi atau pengerutan alam
semesta yang digambarkan dalam model alam semesta yang digambarkan dalam model
alam semesta “tertutup” mirip dengan gambaran Al-Qur’an tentang hari kehancuran
semesta. “Apabila matahari digulung dan
apabila bintang-bintang berjatuhan” (at-Takwir: 1-2). Mungkin ini
menggambarkan ketika alam semesta mulai mengerut. Ketika itulah galaksi-galaksi
mulai saling mendekat dan bintang-bintang, termasuk tata surya, saling
bertumbukan, atau ‘jatuh’ satu menimpa yang lain. Alam semesta makin mengecil
ukurannya. Dan akhirnya semua materi di alam semesta akan runtuh kembali
menjadi satu kesatuan seperti pada awal penciptaannya. Inilah yang disebut Big
Crunch (keruntuhan besar) sebagai kebalikan dari Big Bang, ledakan besar saat
penciptaan alam semesta. Kejadian inilah yang digambarkan oleh Allah dalam
Surat al-Anbiya’ ayat 104 dengan mengumpamakan pengerutan alam semesta seperti
makin mampatnya lembaran kertas yang digulung.
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi (pen: rujukan global sebagai alam
semesta). Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (ayat Kursi)
Bila "Kursi" adalah yang ternyata benar-benar penopang alam
semesta/tempat melekatnya materi (alam semesta, baca di pembahasan takdir dan
penciptaan), artinya terciptanya alam semesta di dalam rana "kursi",
maka saat penghancurannya, kemudian pengulangannya kembali, tentunya masih
terjadi di rana"kursi". dengan artian di "kursi"lah alam
semesta terdahulu hancur, kemudian alam semesta sekarang tercipta dan kelak
hancur lalu dilanjutkan alam semesta baru, bahwa penciptaan alam semesta yang
dimulai dengan terjadinya peristiwa Big Bang atau ledakan dahsyat merupakan
kejadian yang terjadi di rana “kursi”, Pencipta alam semesta tetap dinisbahkan
pada Allah SWT, cuma tempat diciptakan itulah yang harus dirinci. Maka teori
Big Bounce yang mendekati.
Stephen William
Hawking, CH, CBE, FRS, Fisikawan terkemuka Inggris ini, dalam buku barunya
mengemukakan argumentasi dan penalaran bahwa bukan Tuhan yang menciptakan
semesta dan “Big Bang” (Dentuman Hebat) merupakan konsekuensi tidak
terhindarkan dari hukum Fisika. Ia dalam “Grand Design” menulis, “Dengan adanya
aturan seperti gravitasi, alam semesta dapat menciptakan sesuatu dari tiada
menjadi ada. Dengan dalil penciptaan spontan, sesuatu yang tadinya tiada
kemudian menjadi ada. Dunia ada dan kita juga ada. Kita tidak perlu bersandar
kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta.”
Apabila Anda mencermati alinea di atas akan kita saksikan bahwa berbeda dengan
kesimpulan umum yang dimuat di laman/situs (sengaja atau lalai), alinea ini
tidak berbicara tentang keberadaan Tuhan. Barangkali yang serupa dengan alinea
ini dapat ditulis seperti ini, “Bersandar kepada Tuhan untuk mencari tahu siapa
pencipta alam yang fisikal ini bukanlah merupakan sebuah urusan yang urgent.”
Makanya anggapan ia
alam semesta seakan-akan tidak diciptakan Tuhan, benar klo selama ini dianggap
tuhan menyatu di alam semesta ciptaanNya, soalnya kan cuman terjadi dari
ciptaanNya pula (kursi), makanya bikin pusing sama ilmuan itu sendiri, karena
awalnya yang dilihat/diyakini/terpikirkan fisikawan adalah persatuan wujud,
jadi ia akhirnya menggugurkan pendapat persatuan wujud itu karena mau tidak mau
mengakui teori barunya sendiri. Seharusnya dia bisa berkata "Ia mengatakan
bahwa penciptaan alam semesta yang dimulai dengan terjadinya peristiwa Big Bang
atau ledakan dahsyat merupakan kejadian yang terjadi atas kehendak alam (harusnya
terjadi atas kehendak "kursi"), tetap skenario Tuhan bukan berarti
harus bersandar pada Tuhan secara langsung, tapi cukup Tuhan memerintahkan
kursi yang meliputi langit dan bumi (baca: alam semesta) untuk melakukan proses
penciptaan alam semesta tersebut."
pen: pencipta alam semesta tetap dinisbahkan pada Allah SWT, cuman tempat
diciptakan itu (kursi) lah yang harus dirinci, yang fisikawan lain tidak tahu
atau juga tidak mau tahu bahwa tempat itu bukan Tuhan, tapi kemungkinan adalah
zat “Kursi”. sayang beliau tidak tahu islam, jadi ia bingung menjelaskannya.
Selama ia bersandar pada A Unifier Theory (sebuah teori penyatu), ia harus
melepas dulu pikiran bahwa Tuhan menyatu dengan alam semesta dan tidak ikut
mencoba membenarkan itu baru ia akan bisa menyelesaikan dan menjelaskan A
Unifier Theory yang ia teliti, yang dapat menjelaskan kejadian alam semesta
(namun bukan mengikutkan manusia, karena penciptaan manusia berbeda, hanya alam
semestanya mungkin juga planet-planet dan benda-benda langit lainnya (semua
yang tercipta dari "kursi"), kecuali ada dijelaskan penciptaannya
yang berbeda seperti manusia, jin, malaikat, dsb, maka ia tidak masuk rana
ini). sebenarnya mungkin ia mau berkata, makhlukNya (Kursi) menciptakan alam
semesta, jadi antara ciptaanNya menciptakan ciptaanNya, karena bukan Islam,
jadi ia menganggap Tuhan tidak turut campur. padahal ini sama pengertiannya
"Bukan Engkau Yang Melempar Ketika Engkau Melempar, Tetapi Allah-lah Yang
Melempar". Nabi yang melempar, hakekatnya Allah yang melakukan, Engkau
yang berusaha dan Dia yang menciptakannya, "Kursi" yang melakukan,
Tuhan yang memerintahkan/Menciptakan perbuatan itu/dinisbahkan ke Dia.
klo bingung kya gini : Tuhan pencipta manusia - manusia membuat robot
ateis menjawab : klo ditanya siapa yang buat robot, jawabnya : manusia....
titik (tanpa campur tangan tuhan)
agamis : klo
ditanya siapa yang buat robot, jawabnya : manusia, itu karena karunia keilmuan
yang diberi Allah (ada campur tangan Tuhan) dan bahan-bahannya juga dari
ciptaan Allah SWT yaitu alam semesta dan isi-isi materialnya, apa robot bukan
ciptaan Allah, secara hakekat ia ciptaan Allah juga kan
jadi Tuhan pencipta "Kursi" lalu "Kursi" membuat alam
semesta (juga menjadi tempat melekatnya materi - alam semesta) - karena
manusia, jin, malaikat itu lain cara penciptaannya, jadi otomatis mereka
harusnya bukan cakupan yang dimaksud diatas.
Kemudian bila Allah SWT
menghendaki akan terjadi proses pengulangan pembentukan alam semesta baru, maka
proses kembali ke big bang.
Teori Penciptaan
Alam Semesta Berdasarkan Islam/Quran
"(Ingatlah)
pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas.
Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya lagi. Janji yang pasti kami tepati; sungguh, Kami akan
melaksanakannya.". (Q.S. Al-Anbiya' [21] : 104)
"Dan
Dialah yang memulai penciptaan itu, kemudian Dia mengembalikannya/mengulangi
kembali ciptaan itu, dan mengulangi itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki
sifat Yang Mahatinggi di langit dan bumi, dan Dialah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana". (Q.S. Ar-Ruum [30] : 27)
"Katakanlah, "Adakah di antara
sekutumu yang dapat memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali?".
Katakanlah, "Allah memulai penciptaan, kemudian Dia mengulanginya
(mengembalikannya). Maka bagaimana kamu dipalingkan (menyembah selain Allah)
?". (Q.S. Yunus [10] : 34)
"Sungguh, Dia mulai menciptakan, dan
Dia mengulangi (kembali)". (Q.S. Al Buruuj [85] : 13)
Allah SWT Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa fakta
yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah
difirmankan Allah SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran
terdapat banyak bukti yang memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal
seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut
telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal
terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-Quran adalah Firman Allah
SWT.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11), “Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan
dari gas-gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair
pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau
kurang stabil. Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big
bang) disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar
10-20 milyar tahun yang lalu mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam
semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan
energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya : 30), “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu
(sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman”.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya
bahwa matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar
mengelilingi sumbunya sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya
dengan kecepatan tinggi itu, maka terlontarlah bingkahan-bingkahan yang
akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda angkasa lainnya dari bingkahan
matahari itu. Masing-masing bingkah beredar menurut garis tengah lingkaran
matahari, semakin lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing menempati
garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas
waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT.
Namun bila melihat urutan dalam
surat Fush-Shilat 9-12, maka pada mulanya ketika langit dan bumi bersatu
(sebingkah penuh), sampai kemudian bumi telah terbentuk (masih mati) dan langit
masih bersatu dengan bumi dalam bentuk asap, setelah penyempurnaan bumi, lalu
dipisahlah bumi dan langit yang masih berupa asap, pada waktu 7 lapisan bumi
telah sempurna dan bumi telah hidup (sampai penyiapan kadar makanan penghuni
bumi siap, salah satunya adalah pengisian bumi dengan air/cairan, karena segala
yang hidup (makanan) berasal dari air), kemudian langit diperintahkan memuai
selebar-lebarnya (teori Bigbang) namun harusnya hanya sampai batasan pemuaian yang
dikehendaki Allah SWT, setelah membentuk tujuh langit, sambil langit dihiasi
bintang-bintang pada langit terdekat artinya galaksi-galaksi masih berada
dilangit terdekat. Maka bumi adalah pusat alam semesta karena dari letaknya
berawal pemuaian langit kesegala penjurunya.
Dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47), “Dan
langit, dengan kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan memuaikannya
selebar-lebarnya”.
Teori ledakan maha dahsyat juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara
terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat yang diumpamakan mengembangnya
permukaan balon yang sedang ditiup (Bigbang) yang mengisyaratkan juga bahwa
alam semesta seharusnya akan hancur kembali setelah batas selebar-lebarnya
telah sampai karena akan terjadi pengkerutan/pengempesan dengan cepatnya (balon
kempes yang terbang kesana-kemari tergulung-gulung).
Isyarat ini sudah dijelaskan
dalam surat Al-Anbiya’ (21:104): “(yaitu)
pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas.
sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah
yang akan melaksanakannya”.
Dalam surat Ath-Tholaq (65:12), Artinya: “Allah-lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. Ayat
ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa terdiri dari 7 lapis.
Didalam surat As-Sajada (32:4), Artinya: “Allah
lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu
selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan”.
[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani,
sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha
perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan
sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah
adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya,
terdapat dalam surat Fush-Shilat :
9.
Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam".
10.
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya.
11. Kemudian Dia menuju
kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati."
12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.
Dengan perincian penafsirannya
sebagai berikut :
1. Tahap pertama penciptaan bumi
2 rangakain waktu
2. Tahap kedua penyempurnaan bumi
2 rangkaian waktu
3. Tahap ketiga penciptaan
angkasa raya dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu
Jadi terbentuknya alam raya ini
terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
Selain surat-surat tersebut diatas masih banyak lagi yang menjelaskan tentang
terbentuknya alam raya ini, namun dari yang telah kami sampaikan dalam
ringkasan ini terlihat bahwa secara umum proses terciptanya alam raya ini
berlangsung dalam 6 masa, dimana tahapan-tahapan dalam proses tersebut saling
berkaitan. Disebutkan juga bahwa terciptanya alam raya ini terjadi melalui
proses pemisahan massa yang tadinya satu.
Mana yang benar
“Matahari mengelilingi Bumi” atau “Bumi mengelilingi Matahari”
Mohon
maaf, sebenarnya penulis tidak ingin mempermasalahkan hal satu ini atau mau
berdebat soal ini, karena terbatasnya ilmu dan pengetahuan dari penulis sendiri
jadi biarlah Anda menilai sendiri dan sambil menunggu perkembangan saint dan
astronomi itu sendiri. Penulis hanya memaparkan apa yang dapat disimpulkan.
Konsep Kebenaran
Ilmu
Wahyu
(al Qur’an dan as Sunnah) memiliki nilai kebenaran yang mutlak (al haqiqah al
muthlaqah) karena langsung berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Tetapi
pemahaman terhadap wahyu yang memungkinkan beberapa alternatif pemahaman
tidaklah bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang didapat dari alam semesta
memiliki nilai kebenaran yang nisbi (relatif) dan tajribi (eksprimentatif) atau
dengan istilah al haqiqah at tajribiyah.
Kebenaran
yang mutlak harus dijadikan burhan atau alat untuk mengukur kebenaran yang
nisbi, jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan karena
bertentangan dengan kebenaran yang nisbi (relatif dan eksprimentatif). Sejarah
ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa suatu penemuan atau teori yang
dianggap benar pada satu masa digugurkan kebenarannya pada masa yang akan
datang. Hal itu disebabkan keterbatasan manusia. Dalam mengamati, menyelidiki
dan menyimpulkan segala fenomena yang ada dalam alam semesta. Oleh sebab itu
jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang didapat oleh manusia dari al
kaun dengan wahyu, maka yang harus dilakukan adalah menguji kembali kesimpulan
tersebut, atau menguji kembali pemahaman manusia terhadap wahyu. Logikanya,
wahyu dan alam semesta semuanya berasal dari Allah SWT yang Maha Benar,
mustahil terjadi pertentangan satu sama lain.
Syaikh
Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: “Apakah Matahari berputar mengelilingi
bumi?”. ”Dhahirnya dalil-dalil syar’i menetapkan bahwa mataharilah yang
berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan
terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini
kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi
kita untuk menakwilkan dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang
menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi
pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut. silahkan Anda cari sendiri dan
tanya paman Goggle, dalil-dalil dari Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin
(geosentris) dan lawan dari dalil-dalilnya ini (heliosentris).
Perlu
penulis ingatkan bahwa persoalan apakah matahari mengelilingi bumi atau tidak bukan merupakan persoalan aqidah bagi
seorang muslim. Sehingga tidak ada ruang untuk mengkafirkan mereka yang sepakat maupun yang tidak sepakat atas
“matahari mengelilingi bumi”.
Terakhir,
tidak ada (potongan) ayat Quran yang secara tersurat berarti “matahari
mengelilingi bumi” atau sebaliknya, “matahari tidak mengelilingi bumi”. Yang
ada adalah upaya muslim untuk mempelajari dan memahami Al-Quran dan
fenomena-fenomena alam raya ini dengan sunguh-sungguh dan tulus untuk
memperoleh ridha Allah SWT dan menambah kedekatan sang hamba kepada Rabbnya.
Untuk
Perhatian: Tidak ada satu pun ulama ahlussunnah yang dahulu maupun
sekarang meng-KAFIR-kan orang yang tidak sependapat dengan teori diatas.
Pendapat ditengah-tengah
masalah ini :
Sebagai
seorang muslim, wajib beriman kepada kebenaran Al-Quran yang diturunkan Allah
sebagai petunjuk bagi manusia. Al-Quran sebagai petunjuk manusia meskipun mengajak
menusia untuk berfikir dan merenungkan tentang alam akan tetapi tidak secara
real memberikan pengetahuan yang lebih rinci dan detail tentang bagaimana alam
berperilaku mengikuti sunnatullah sebagaimana disiplin ilmu sains,
karena memang Al-Quran bukan kitab sains.
Oleh
karena itu konsep pemahaman Pergerakan Matahari harus berdasarkan keyakinan
terhadap kebenaran Al-Quran yang mutlak sifatnya. Dalam konteks ini, pemahaman
bahwa Matahari mengelilingi Bumi berdasarkan fakta dan realita pengalaman manusia
sehari-hari dimana saat pagi hari matahari terbit dari timur dan tenggelam di
ufuk barat saat senja hari tetap tidak sesuai dengan pernyataan yang
sudah qath’i di dalam kitab suci Al-Quran. Begitu pula menurut
perspektif yang lain, dimana dengan adanya perkembangan teknologi pesawat luar
angkasa yang mampu menembus atmosfer Bumi dan menempatkan teleskop di luar
angkasa, kemudian dipahami bahwa Bumi mengelilingi Matahari pun tidaklah
tepat dan tidak sesuai dengan ketetapan yang sudah qath’i dari Allah.
Berdasarkan
pada kajian terhadap ayat-ayat Pergerakan Matahari dan juga pembahasan
kitab-kitab tafsir (ilmiah) seperti dalam abstrak di atas, maka mereka
berpendapat bahwa Paradigma berfikir yang tidak mengacu kapada realita empirik
dan fakta sains terkait dengan pemahaman Pergerakan Matahari adalah tidak
salah; karena justru dengan mengacu kepada sumber yang paling syar’i,
yakni kitab suci Al-Quran, kebenaran akan tetap terjaga hingga akhir zaman.
Kebenaran yang disampaikan Allah dalam Al-Quran sudah terbukti tidak lapuk oleh
perjalanan waktu. Di saat manusia meyakini bahwa Bumi menjadi pusat pergerakan
dan Matahari bergerak mengitarinya (teori geosentris), Al-Quran tidak
serta merta dapat disalahkan karena memang di dalam Al-Quran telah termaktub
bahwa Matahari melakukan pergerakan dan tidak diam di tempat.
Di
saat manusia meyakini bahwa ternyata yang sesuai ilmu pengetahuan yang paling
mutakhir (sains modern) adalah Bumi bergerak mengitari Matahari (teori
heliosentris), Al-Quran juga tidak serta merta dapat disalahkan, karena di
dalam Al-Quran tidak termaktub bahwa Matahari dikitari oleh Bumi.
Allah
sengaja tidak mencantumkan penyebutan secara eksplisit perihal pergerakan
Matahari agar keabsahan nilai-nilai yang terkadung di dalam Al-Quran
tidak terpengaruh oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia yang
sangat tentatif. Inilah kebenaran yang dibawa Al-Quran, dan hanya Allah SWT
yang mampu melakukan hal semacam ini. Inilah salah satu nilai kemukjizatan
kitab suci Al-Quran dari sisi metode penyampaian kepada ummat manusia.
Alkitab juga
menyebutkan “matahari mengelilingi bumi”
Perlu
Anda tahu pula bahwa di dalam alkitab juga ada dijelaskan “matahari
mengelilingi bumi” yang menyebabkan Galileo Galilei wafat. Galileo Galilei
(lahir di Pisa, Toscana, 15 Februari 1564 – meninggal di Arcetri,
Toscana, 8 Januari 1642 pada umur 77 tahun) adalah seorang astronom, filsuf,
dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah.
Sumbangannya
dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop, berbagai pengamatan
astronomi, dan hukum gerak pertama dan kedua (dinamika). Selain itu, Galileo
juga dikenal sebagai seorang pendukung Copernicus mengenai peredaran bumi
mengelilingi matahari.
Akibat
pandangannya yang disebut terakhir itu ia dianggap merusak iman dan diajukan ke
pengadilan gereja Italia tanggal 22 Juni 1633. Pemikirannya tentang matahari
sebagai pusat tata surya bertentangan dengan ajaran Aristoteles maupun
keyakinan gereja bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Ia dihukum dengan
pengucilan (tahanan rumah) sampai meninggalnya. Baru pada tahun 1992 Paus
Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman itu
adalah salah, dan dalam pidato 21 Desember 2008 Paus Benediktus XVI menyatakan
bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi namanya sebagai ilmuwan.
Menurut
Stephen Hawking, Galileo dapat dianggap sebagai penyumbang terbesar bagi dunia
sains modern. Ia juga sering disebut-sebut sebagai "bapak astronomi
modern", "bapak fisika modern", dan "bapak sains".
Hasil usahanya bisa dikatakan sebagai terobosan besar dari Aristoteles.
Konfliknya dengan Gereja Katolik Roma (Peristiwa Galileo) adalah sebuah contoh
awal konflik antara otoritas agama dengan kebebasan berpikir (terutama dalam
sains) pada masyarakat Barat.
Yosua 10
12 Lalu
Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori itu kepada
orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: "Matahari, berhentilah
di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!"
13 Maka
berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan
dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang
Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam
kira-kira sehari penuh.
Pengkhotbah 1
5
Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit
kembali
Mazmur 19
4 tetapi
gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung
bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,
5 yang
keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan
pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.
6 Dari
ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada
yang terlindung dari panas sinarnya.
Baca
juga Kejadian 1:1-18, dimana matahari diciptakan pada hari keempat setelah
adanya kehidupan, berarti pusat tata surya adalah bumi menurut alkitab
Nah ini sebenarnya
masalahnya :
Kita
sudah tahu hal-hal dari mengikuti teori “bumi mengitari matahari” selama ini, yang
kita tidak tahu rasanya bila ternyata kebenaran dari “matahari mengelilingi
bumi” adalah lebih benar maka siapkah Anda menerima konsekuensinya dari
kejadian alam ini. Siapkah Anda?
Harus
ada penelitian lebih lanjut dalam hal ini bila menginginkan kejelasan tafsir.
Kesimpulan yang
harus dilakukan dalam penelitian terbalik :
“Artinya: Demi
matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengirinya,” Qs. Asy-Syam : 1-2
Matahari
berada di depan disusul bulan yang dibelakangnya, seperti keadaan orang yang
sedang lomba lari di stadion dimana yang satu di lintasan paling bawah (jalur
lintasan 1) dan yang lain di lintasan diatasnya misalnya di jalur lintasan
kedelapan.
Tidaklah mungkin
bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya. Qs. Yaasiin: 40.
Matahari
tidak bisa mengejar bulan (matahari tidak dapat melewati satu putaran full
terhadap bulan, dan bulan tidak dapat ketinggalan satu putaran full), bulan
tidak dapat melampaui matahari (selalu menyusul, kemungkinan ½ atau mungkin
juga seperti keadaan kadang beriringan kadang menjauh diputaran dibelakang
matahari).
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing
berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah
Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah)
selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Qs. Faathir: 13.
Walau
ternyata harusnya gerak matahari dan bulan seperti kejadian tersebut diatas,
namun yang terjadi adalah juga bahwa akan harus tetap ada 2 gerhana tanpa
penghalang dari sebab “kejar mengejar” tersebut diatas, kejadian diatas itu
tidak menyebabkan 2 gerhana tidak terjadi.
Namun
di mana bumi, bulan, matahari dan benda angkasa lainnya melakukan
zikir/bertasbih dan thawaf, tetap melakukan rotasi pada porosnya masing-masing,
artinya mungkin saja lebih besar kenyataan bumi melakukan hal sama, berotasi.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka
dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An Naml : 88)
Sebagaimana
diketahui oleh para ahli astronomi bahwa awan tidaklah bergerak sendiri akan
tetapi perpindahannya dibawa oleh angin, demikian pula gunung-gunung yang
dilihat oleh seseorang, dia mengira bahwa gunung itu tetap di tempatnya padahal
dia bergerak dengan cepat juga sementara manusia tidak melihatnya.
Hal
itu bukanlah dikarenakan gunung-gunung atau orang-orang yang melihatnya yang
memindahkannya akan tetapi akibat rotasi bumi pada porosnya ataukah karena
hanya sebab dari pergerakan lempengan tektonik daratan bumi yang bergerak saja,
tanah daratan inilah yang membuat kokoh pula gunung walau mengakibatkan gunung
bergerak seperti awan yang digerakkan angin. Perputaran lempengan tektonik juga
seakan-akan mengelilingi kabah dalam perputarannya. Dan kedua-duanya adalah
ciptaan Allah swt yang telah meneguhkan segala sesuatu, Dia lah Yang Maha Suci
yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan dan Dialah swt yang menggerakkan
lempengan tektonik bumi yang membawa gunung-gunung yang berjalan seperti
perjalanan awan.
Ini
makna berbeda untuk sekedar pengujian dilapangan, bukan makna utama dari
ayat-ayat diatas, sebagaimana pula seharusnya penghamparan bumi bukan bermaksud
mengartikan bumi adalah datar, dalam bahasa saint penghamparan itu seperti
diayun-ayun, Jadi salah satu fungsi dijadikan gunung-gunung di bumi adalah sebagai
penyeimbang, menstabilkan rotasi bumi, yang bersama-sama dengan gravitasi bumi,
mengakibatkan goyangan akibat rotasi bumi tidak dirasakan oleh manusia,
sehingga manusia di bumi tetap merasakan bahwa bumi itu "terlihat
datar" dan "terlihat diam", tidak ikut menggoyangkan manusia
yang hidup di permukaannya. Demikianlah ketetapan Allah, Tuhan semesta alam.
(telah banyak literatur di internet yang menyinggung hal ini).
Ada
hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah
menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan.
(Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau
“gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society,
Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan
air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik.
Qs. Luqman: 10
Dan
Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama
kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk,
An Nahl: 15
Jadi dalam persepsi geosentri ada
tiga hal yang perlu diuji pula, apa bumi cuma diayun-ayun, atau cuma melakukan
rotasi atau tetap melakukan kedua hal tersebut karena sifatnya yang tetap
berada di tempatnya semula.
Jadi diantara
“Geosentris” atau “Heliosentri” teori manakah yang bila bumi, bulan, matahari
disejajarkan putarannya yang tidak menyebabkan matahari dan bulan saling
bergantian berselisih kadang di depan dan kadang berada dibelakang, namun hanya
saling susul menyusul saja namun pula tetap menyebabkan 2 gerhana?
Namun
benar-benar ada pihak-pihak ketiga tertentu yang sengaja dan ingin merusak
citra ulama-ulama terdahulu serta ingin membuat umat Islam terus dalam keadaan
terpecah belah. Mereka yang mencatut nama-nama ulama terdahulu untuk sengaja
menyebar fitnah antar golongan, memakai dan mencatut nama golongan satu
menghasut golongan lain dan sebaliknya. Bila menemukan ini sebaiknya Anda
melihat dahulu karya-karya ulama rujukan tersebut serta ada tidaknya pembahasan
mereka terhadap “kata-kata tersebut” dan baru menjadikannya hujjah setelah
memastikannya. Karena terdapat hadits-hadits yang menjelaskan bahwa para
sahabat nabi memiliki manhaj ilmiyah nan teliti dalam istidlal (pengambilan
dalil) dan istimbat (pengambilan hukum) juga terhadap tanda-tanda kekuasaan
Allah di alam semesta ini termaksud diri manusia dan ciptaan buatan tangan
manusia, begitupun ulama-ulama yang ingin mengikuti mereka.
“Wahai orang-orang
yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq dengan membawa berita,
maka periksalah dahulu dengan teliti, agar kalian tidak menuduh suatu kaum
dengan kebodohan, lalu kalian menyesal akibat perbuatan yang telah kalian
lakukan.” (QS.
Al Hujurat : 6).
Penulis
sangat menghormati ulama-ulama terdahulu tersebut sebagaimana mereka telah
memberi andil dalam pengembangan Islam. Teliti dahululah dengan keilmuan yang
Anda punya dengan bersandar kepada Allah saja dan termaksud tidak pula menerima
mentah-mentah apa yang telah penulis simpulkan di dalam tulis ini dan karena
suatu saat juga seiring ilmu yang di dapat akan bisa berubah pula apa yang
penulis telah tulis ini. insyaAllah.
Tatsabbut
dan Tabayyun
Tatsabbut sangat dibutuhkan di
zaman yang penuh fitnah ini, Allah telah memerintahkan kita untuk tatsabbut, Allah
Ta’ala berfirman,
“Wahai
orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq dengan
membawa berita, maka periksalah dahulu dengan teliti, agar kalian tidak menuduh
suatu kaum dengan kebodohan, lalu kalian menyesal akibat perbuatan yang telah
kalian lakukan.” (QS. Al Hujurat : 6).
Imam Asy Syaukani rahimahullah
berkata, “Yang dimaksud dengan tabayyun adalah memeriksa dengan teliti
dan yang dimaksud dengan tatsabbut adalah berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, melihat
dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah peristiwa dan kabar yang datang,
sampai menjadi jelas dan terang baginya.” (Fathul Qadir, 5:65).
Ia adalah konsekwensi sikap Al
Anah yang disebutkan dalam hadis:
“Sesungguhnya
pada dirimu ada dua perangai yang dicintai oleh Allah yaitu Al Hilmu dan Al
Anah.”
(HR Muslim).
Al Anah adalah tenang dalam
menghadapi gejolak dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap, dan tatsabbut
kita lakukan dalam berbagai macam kabar yang sampai kepada kita, terutama
ketika menghadapi beberapa perkara berikut ini:
a. Isu dan Kabar Burung
Sesungguhnya kehidupan masyarakat
tidak lepas dari isu dan kabar burung, ini disebabkan oleh adanya tiga jenis
manusia: Pertama adalah orang yang menggunakan isu untuk merusak kehidupan masyarakat
Islam, yaitu dari kalangan orang-orang munafik dan non muslim. Kedua adalah
orang yang mudah menerima kabar dan segera menyampaikannya kepada orang lain
tanpa memeriksa kebenarannya. Dan yang ketiga adalah orang yang mudah berburuk
sangka atau cepat menyimpulkan lalu ia segera mengabarkan kepada orang lain
berdasarkan sangkaan yang salah tersebut.
Jenis yang pertama dan kedua
ditunjukkan dalam kisah ifki dimana Aisyah dituduh berzina dengan seorang
shahabat sehingga kota Madinah pun berguncang dan sebagian shahabat terpengaruh
oleh kabar burung yang disebarkan oleh orang-orang Munafik, lalu Allah
menurunkan ayat-ayat Alquran yang membersihkan nama Aisyah dan mengancam orang
yang membuat isu dengan adzab yang pedih.
Adapun jenis yang ketiga ditunjukkan
oleh kisah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengisolir istri-istrinya selama
dua puluh sembilan hari, lalu dipahami oleh sebagian shahabat bahwa Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam menalak istri-istrinya, sehingga tersebarlah isu
bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menalak istri-istrinya, namun ketika
ditanyakan langsung oleh Umar apakah engkau menalak istri-istrimu? Beliau
menjawab, “Tidak”.
Isu dan kabar burung adalah
penyakit yang berat yang dapat merusak nama baik seseorang. Oleh karena itu, Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita menyampaikan semua kabar yang kita
dengar tanpa diperiksa terlebih dahulu. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,.
“Cukuplah
bagi seseorang kedustaan; ia menyampaikan semua kabar yang ia dengar.” (HR.
Muslim dalam muqadimah shahihnya).
Dan menyebarkan isu adalah
perangai yang dibenci oleh Allah dan tidak layak bagi seorang mukmin, Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah
membenci untukmu tiga perkara: kata anu kata anu (isu), menyia-nyiakan harta
dan banyak bertanya (yang tidak-tidak).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Terlebih bila isu tersebut
berhubungan dengan kehormatan seorang muslim, maka hendaknya kita lebih
berhati-hati agar kita tidak menuduh seseorang dengan kebodohan lalu menjadi
penyesalan bagi kita kelak, Syaikh Abdul ‘Aziz As Sadhan rahimahullah berkata,
“Apabila isu itu berhubungan dengan orang yang shalih dan baik, maka hendaklah
berbaik sangka terlebih dahulu dan memberikan udzur (dispensasi) untuknya jika
udzur itu masih diterima secara syariat”.
Umar bin Khathab radhiallahu
‘anhu berkata,
“Janganlah engkau berprasangka
buruk terhadap kalimat yang keluar dari mulut seorang muslim sementara engkau
masih menemukan untuknya makna dalam kebaikan.”
Syaikh Utsaimin rahimahullah
berkata, “Kabar apapun apabila engkau ingin menukilnya, wajib memeriksanya
terlebih dahulu, apakah benar kabar tersebut dari orang yang engkau nukil atau
tidak. Kemudian jika benar, maka jangan langsung menghukumi sampai engkau
periksa dalam vonis tersebut, barangkali kabar yang engkau dengar berdasarkan
pada pokok yang engkau tidak mengetahuinya sehingga engkau memvonis bahwa ia di
atas kesalahan, namun kenyataannya tidak salah…”
b. Menukil Ilmu
Seorang muslim terlebih penuntut
ilmu wajib berhati-hati dalam menerima segala kutipan dari kitab-kitab atau
penceramah yang tidak sejalan dengan sunah. Karena seringkali kita dapati
mereka mengutip suatu dalil dengan tidak lengkap atau menisbatkan hadis kepada
shahih Bukhari dan Muslim misalnya, namun setelah diperiksa ternyata hadis
tersebut tidak ada pada kedua kitab tersebut. Terkadang juga membawakan
pendapat ulama dengan cara memenggalnya sebatas yang mendukung ra’yu mereka dan
menghilangkan sebagian kata yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka dan lain
sebagainya.
Contoh mengutip dalil dengan
tidak lengkap adalah yang dilakukan sebuah jamaah yang mengingkari hadis ahad
dalam masalah aqidah dan berusaha mencari dalil yang mendukung pendapat mereka,
di antaranya mereka berdalil dengan ayat:
“Mereka
tidak mempunyai ilmu kecuali mengikuti sangkaan belaka, dan mereka tidak
membunuhnya dengan yakin.” (QS. An Nisaa: 157).
Mereka berkata, “Orang-orang
Yahudi membunuh orang yang diserupakan dengan Nabi Isa dengan dugaan kuat bahwa
ia adalah Nabi Isa, namun Allah mencela mereka karena mengikuti dugaan
tersebut. Ini menunjukkan dugaan kuat tidak dapat dijadikan hujjah dalam aqidah
sedangkan hadis ahad hanya menghasilkan dugaan kuat.”
Demikian klaim mereka, padahal
jika kita baca ayat tersebut secara lengkap akan gugurlah pemahaman tersebut,
lengkapnya Allah Ta’ala berfirman,
“Dan
perkataan mereka: “Sesungguhnya kami membunuh Al Masih Isa bin Maryam utusan
Allah, padahal mereka tidaklah membunuhnya tidak pula menyalibnya. Dan sesungguhnya
orang-orang yang berselisih padanya benar-benar dalam keraguan darinya, mereka
tidak mempunyai ilmu kecuali mengikuti sangkaan belaka, dan mereka tidak
membunuhnya dengan yakin.” (QS. An Nisaa: 157).
Awal ayat ini menunjukkan bahwa
mereka dalam keadaan syak (ragu) dan keraguan itu di bawah dugaan yang kuat,
ini menunjukkan bahwa zhan yang disebutkan setelahnya adalah keraguan bukan
dugaan yang kuat. Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Tidak boleh
dikatakan bahwa mengikuti zhan (sangkaan) di sini meniadakan keraguan (syak)
yang Allah kabarkan bahwa mereka berada di dalamnya, karena yang dimaksud
dengan syak di sini adalah keraguan, dan zhan (sangkaan) adalah salah satu
macamnya, dan zhan di sini bukan bermakna yang unggul salah satu sisinya
(dugaan kuat).”
Ini adalah salah satu contoh dari
contoh-contoh yang amat banyak, maka seorang muslim wajib segera waspada dan
memeriksa dengan teliti setiap dalil atau perkataan ulama yang dibawakan oleh
orang-orang yang tidak sejalan dengan sunah, agar ia tidak terseret kepada
syubhat dan pemikiran yang menyimpang.
c. Berita dan Peristiwa
Banyak peristiwa-peristiwa yang
terjadi di dunia ini merupakan hasil rekayasa orang-orang yang dengki terhadap
Islam dan kaum muslimin. Mereka berusaha menyulut api fitnah dan membakar
semangat orang-orang yang mempunyai ghirah yang tinggi terhadap Islam, sehingga
banyak orang-orang tidak tahu termakan dan dipermainkan oleh berita.
Seorang muslim yang berpegang
kepada sunah bukanlah orang yang mudah terpengaruh dan terpicu oleh api fitnah
sebagaimana telah kita jelaskan. Mereka memeriksa dengan teliti segala berita
yang ia dengar atau saksikan dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap.
Mereka memandang jauh dengan keilmuan yang dalam dan tajam tentang hakikat di balik
sebuah peristiwa, sebelum mereka menyebarkan kabar tersebut, sehingga ia
mengetahui sikap apa yang harus ia lakukan.
Dan selayaknya kabar-kabar dan
peristiwa yang ada hendaknya diserahkan kepada para ulama dan orang-orang yang
mempunyai pengalaman, agar mereka memahaminya dan meletakkannya pada tempatnya.
Imam Bukhari rahimahullah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata, “Aku mempelajari Alquran dari beberapa
orang kaum Muhajirin di antara mereka adalah Abdurrahman bin ‘Auf. Ketika aku
berada di rumahnya di Mina dan ia bersama Umar bin Khathab pada akhir haji yang
beliau laksanakan, tiba-tiba ada orang kembali kepada Abdurrahman dan berkata,
“Andaikan engkau melihat
seseorang yang mendatangi amirul mukminin pada hari ini, lalu ia berkata,
‘Wahai Amirul mukminin apakah engkau mengetahui si fulan yang berkata, ‘Jika
Umar telah mati, maka aku akan membai’at si fulan, demi Allah bai’at Abu Bakar
terjadi karena kebetulan lalu menjadi sempurna’. Umar pun marah kemudian
berkata, ‘Sesungguhnya insya Allah besok sore aku akan berdiri di hadapan
orang-orang untuk memberikan peringatan tentang bahaya mereka yang ingin
merampas urusan ini’.”
Abdurrahman berkata, “Aku
katakan, ‘Wahai Amirul mukminin, jangan lakukan itu. Karena musim haji
berkumpul padanya orang-orang yang bodoh dan merekalah yang paling banyak
berada di sisi engkau ketika engkau berdiri di hadapan khalayak, dan
sesungguhnya aku khawatir engkau mengucapkan kata-kata yang tersebar
kemana-mana sementara mereka tidak memahaminya dan tidak dapat meletakkannya
pada tempatnya. Tunggulah sampai datang ke kota Madinah karena ia adalah negeri
hijrah dan sunah, lalu bermusyawarahlah dengan para ahli ilmu dan orang-orang
yang mulia. Engkau boleh mengatakan perkataan itu dan para ahli ilmu akan
memahaminya dan meletakkannya pada tempatnya.’
Umar berkata, ‘Demi Allah insya
Allah aku akan lakukan pertama kali aku masuk kota Madinah…dan seterusnya’.”
Demikianlah seharusnya sikap kaum
muslimin mengamalkan firman Allah,
“Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. Dan kalaulah mereka menyerahkan kepada Rasul dan
ulil amri (para ulama) diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka. Kalaulah bukan
karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan
kecuali sebagian kecil saja di antaramu” (QS. An Nisaa : 83).
Syaikh Abdurrahman As Sa’di
rahimahullah berkata, “Ini adalah pemberian adab dari Allah kepada
hamba-hamba-Nya bahwa perbuatan (menebarkan setiap berita) itu tidak layak.
Hendaknya apabila datang kepada mereka berita tentang urusan-urusan yang
penting dan kemashlahatan umum yang berhubungan dengan keamanan dan kegembiraan
kaum muslimin atau berhubungan dengan ketakutan yang menjadi musibah bagi
mereka agar diperiksa dahulu secara seksama (tatsabbut) dan janganlah mereka
tergesa-gesa menyebarkan berita tersebut, akan tetapi mengembalikannya kepada
Rasul dan ulil amri yaitu ahli ilmu dan akal yang mengetahui hakikat perkara
itu dan mengetahui kemashlahatan dan kebalikannya.
Jika mereka memandang bahwa
menyebarkannya dapat memberikan mashlahat dan kegembiraan kepada kaum muslimin
dan keselamatan dari musuh mereka, tidak mengapa dilakukan.
Dan jika mereka memandang bahwa
menyebarkannya tidak memberikan mashlahat, atau ada padanya mashlahat namun
madharatnya lebih banyak dari mashlahatnya maka tidak boleh disebarkan.”
Syaikh Muhamad Al ‘Aqil
hafizhahullah berkata, “Di antara keanehan keadaan umat di zaman ini, yaitu
bahwa orang-orang yang menukil berita dan segera menyebarkannya tidak dapat
membedakan siapa yang membawa berita itu. Engkau lihat ia meriwayatkan berita
dari majalah atau media milik orang-orang kafir dan menjadikannya sebagai kabar
yang menghasilkan keyakinan. Dengan itu ia membangun di atasnya masalah-masalah
yang berbahaya yang berhubungan dengan mashlahat umat. Apakah mereka tidak
mengetahui bahwa orang kafir tidak layak dijadikan sebagai rujukan dalam
menerima berita. Tidakkah mereka tahu bahwa orang-orang kafir itu menyebarkan
kabar-kabar tersebut untuk memporak-porandakan barisan kaum muslimin dan
menebarkan ketakutan, kelemahan, dan keraguan kepada umat?!”
Semua
kembali ke manusianya, kita hanya pemberi kabar gembira dan peringatan,
begitulah yang dikatakan nabi. Yang dapat memberi petunjuk hanya Allah. Agama
Islam bukan mendahulukan akal daripada wahyu, namun akal dan hasil akal harus
sejalan dengan wahyu, bisa jadi banyak hal yang bertabir yang belum sampai
kepada keilmuan akal manusia sendiri
Dalil dari Allah baik ayat atau hadits yang shahih, tidak perlu diteliti lagi
akan kebenaran kandungannya, tinggal kita terima dan imani saja, tentu saja
dengan penelitian dari diri sendiri untuk keyakinan "nilai makna"
itu. terlepas akal kita menerima atau tidak, sebab akal kita terbatas, dan
agama islam bukanlah mendahulukan akal diatas wahyu, terlepas kapan ada
kebenaran nyatanya disitulah kebenaran akan dipegang baik sebelum, saat itu
atau sesudahnya, kebenaran akan selalu fleksibel dengan hasil olah manusia
menuju jaman barunya. hal ini menyebabkan umat islam mudah menerima kebenaran
bila manusia itu telah menemukan kebenarannya walaupun posisi akal pemikiran
awalnya berbeda dalam penemuan tanda kekuasaannya di alam kemudian berbeda lagi
hal baru dalam akal pikiran pada tanda kekuasaan di alam, semuanya tidak
terlepas bahwa ada hikmah dibalik itu. mau berubah atau tidak pemikiran
manusia, islam akan dapat selalu menerima kebenaran, yang dilihat Allah bukan
selalu proses tapi hasil proses, yaitu niat dan hati manusia dan siapakah yang
dapat memberi petunjuk?
Bila menemukan pertentangan kembalikan ke Quran dan Hadis dan nilai persatuan
umat, telitilah dan intropeksi diri berharap jalan yang lurus dari jalan
pertentangan itu bila tidak dapat juga hingga terlibat ambillah sikap
pertengahan. sebenarnya debat bukanlah hal yang mengasikkan namun bila mau
terjun kesana maka bila pertentangan dengan ateis lawanlah dengan logika dan
nalar umum, bila pertentangan dari ahlikitab lawanlah dengan alkitab sendiri,
buat mereka berpikir pada alam pikiran mereka, timbulkan pertanyaan yang dapat
mengupas pemikiran diri mereka sendiri kepada “tanda-tanda”, dan salah satunya
Anda bisa minta bantuan kepada paman Google dalam mencari literatur yang tepat
dalam hal itu dan mudah-mudahan mereka menemukan cahaya kebenaran itu dari
intropkesi pada cara mereka yang berhadapan dengan cara mereka pula. jangan
jadikan agama kita diolok-olok dan jangan pula terpancing, sebab “mereka cuma mau mendengar apa yang mau
mereka dengar, bukan ingin mendengar apa yang benar karena tidak selamanya yang
benar itu akan didengar” maka dengan itu bisa pula sedikit demi sedikit
sisipkanlah pula bahasa agama yang mudah dicerna dan yang cerdik yang tidak
menyebabkan timbal-balik pengolok-olokan ajaran agama pada waktu yang pas. Bila
dalil agama dilawan dalil agama sungguhlah Allah akan memberi petunjuk kepada
mereka yang mencari petunjuk, siapkan diri menerima petunjuk dari perselisihan
tersebut walau akal belum dapat menerima sepenuhnya, hadapkan diri hanya kepada
Allah buat yang terbaiknya karena kita pun adalah manusia yang bisa khilaf dan
salah, demikian semuanya pula. Maka telitilah kebenaran isi/tafsir atau
terjemahan hadis, ayat dan rujukan ulama yang dipakai dalam pertentangan
tersebut karena bisa jadi Anda yang mendapatkan banyak hikmah pembelajarannya,
bisa jadi pula mereka mencatut karena mengandung unsur ingin mengadu domba
antar kelompok.
Sebaiknya diam jika hanya sedikit tahu, sampai saatnya kita tahu sepenuhnya
barulah boleh bicara… masalahnya, di dunia ini tidak ada seorang manusiapun
yang tahu segalanya.. apakah berarti tidak perlu ada yang bicara? bagaimana
peradaban bisa terbentuk jika tidak ada komunikasi antar manusia? lalu
bagaimana keberlanjutan dakwah? sampaikanlah walaupun hanya satu ayat,
jadi…sampaikanlah ketika memang itu benar dan berdasar, walaupun itu
satu-satunya ilmu yang kamu ketahui, namun kita haruslah tahu pula kapan
seharusnya kita diam dan kapan seharusnya bicara agar tidak memancing dan
terpancing.
“Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.” (HR.
Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).
Oleh
karena itu, selayaknya setiap orang yang berbicara dengan suatu perkataan atau
kalimat, merenungkan apa yang akan ia ucap. Jika memang ada manfaatnya, barulah
ia berbicara. Jika tidak, hendaklah dia menahan lisannya.”
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara
dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya
disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan
suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya
lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478)
ketelitian dapat menghindari dari adu domba dan dari kerusakan diri.
64.
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. Qs. An Nahl
Dari
al-Mundzir bin Jarir, dari ayahnya, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah
SAW: "Barangsiapa yang merintis
perbuatan (sunnah) baik yang kemudian diikuti (orang-orang), maka dia
memperoleh pahalanya sendiri dan pahala (orang-orang) yang mengamalkannya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun.Dan barangsiapa memelopori perbuatan buruk
yang kemudian diikuti (orang-orang), maka ia mendapat dosanya sendiri dan dosa
(orang-orang) yang mengamalkan sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka
sedikitpun." HR Ibnu Majah (203)
46.
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada. Qs. Al Hajj
99.
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya ?
100.
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. Qs.
Yunus
Kembali
ke masalah “geosentris dan heliosentris”
Nah
ini masalahnya sebenarnya, Maka konsekuensi dari bila “matahari mengelilingi
bumi” adalah lebih mendekati kebenaran adalah :
Pertama : Dapatkah Anda menerima bahwa
benda-benda langit lain pun akan melakukan sama mengelilingi bumi?
Kedua : lebih besar kemungkinan tidak
ada Nisnas diluar angkasa (Allien/Makhluk berakal, beriman dan bernafsu),
melainkan makhluk melata di langit adalah hanya “Man” (yang dimaksud hanya
jenis Jin) dan “Maa” (bintang dan tumbuhan) yang dimaksud hidup di planet lain
yang berkondisi mirip bumi.
Mengapa
bisa dikatakan seperti itu karena untuk menjadi khalifah, Nisnas tersebut
haruslah hidup di pusat alam semesta seperti keadaan manusia yang hidup di
pusat alam semesta ini. Adakah alam semesta yang tampak dilihat manusia ini
mempunyai lebih dari satu pusat alam semesta? Saint masih harus mencari
jawabnya.
Bila
pun ada jin yang hidup di planet lain atau pun luar angkasa, maka tentunya kita
tahu bahwa makanan jin adalah tulang dan kotoran, maka tentu ada planet yang
punya binatang melata hidup di dalamnya. Bila saja ada jin yang dapat hidup di
planet lain.
Pertanyaannya
: Siapkan Anda menerima bahwa hampir-hampir tidak ada Allien di alam semesta
manusia ini kecuali adanya alam semesta lain-lain (berbeda) yang sejaman dengan
alam semesta manusia tinggal dan hal demikian tidak ada tercampur peradaban.
Ketiga : karena semua benda angkasa
mengelilingi bumi (bumi pusat alam semesta) maka hitungan melihat bulan tidak
tergantung pada matahari yang matahari juga melakukan hal sama, mengelilingi
bumi pula, melainkan manusia bisa memastikan bahwa hal ini adalah hanya fokus
pada putaran bulan terhadap bumi, jadi dalam hal ini bila ilmu astronomi telah
dapat menghitungnya, Anda harus independen melihat putaran bulan ke bumi untuk
lebih menyamakan/mengglobalkan seluruh dunia bukan hanya per daerah kreteria
ketika melihat bulan, dapat diartikan bila telah melebihi 0o derajat
di ufuk, maka masuk bulan baru kecuali bila satelit, komunikasi dan teknologi
elektronik hilang lagi dari dunia karena sebab-sebab tertentu barulah memakai
kriteria awal jaman islam kembali yaitu melihat bulan lewat mata langsung lagi.
Karena bumi tidak berputar pada matahari, jadi matahari tidak mempengaruhi
melihat bulan yang berdasarkan perjalanan bulan memutari bumi saja dengan kata
lain hubungan perubahan siang dan malam dari dapat dan tidaknya sinar matahari
tidak mempengaruhi hitungan waktu perputaran bulan, telah tepat pula untuk masa
ini melihat bulan dari melihat perputarannya berdasarkan astronomi tersebut.
Karena tahu hitungan astronomi perputaran bulan, maka rukyah dapat dilakukan di
Mekkah namun karena tidak selamanya hilal terlihat mata pada kondisi hilal
dibawah 2o maka rukyah bisa pula sebagai alternatif lain yaitu
dilakukan pada negeri atau daerah yang sekiranya rukyah dapat dilakukan dengan
melihat hilal secara mata langsung yaitu yang posisi bulan di negeri tersebut
mencapai 3o-6o, jadi rukyah ini harus global diterima
seluruh dunia, demikian seterusnya pergiliran rukyah dari negeri yang positif
hilal bulan dapat dilihat.
Pertanyaannya
: Siapkah Anda menerima dan menyatukan pendapat lebih mengglobal seluruh dunia
dalam kriteria melihat bulan ini?
Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar (pen: punya cahaya sendiri) dan bulan bercahaya
(pen: tidak punya cahaya sendiri, memantulkan cahaya matahari) dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan (waktu) (pen: bahkan perhitungan waktu
(maknanya lebih luas dari yang ada pada pengertian orang sekarang) dan juga
tahun dari perhitungan pergerakan bulan).
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Qs. Yunus:
5
Keempat : Mana yang lebih tua diantara
bumi atau matahari, bulan, bintang dan benda angkasa lainnya
Dan suatu tanda
(kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya
biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Qs. Yaasiin: 33
Ketahuilah
olehmu bahwa sesungguhnya Allah
menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. Qs. Al
Hadiid: 17
Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu
Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan
dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam. Qs. Al
A'raaf: 54
Saat
bumi masih mati, langit masih berupa asap dan masih bersatu dengan bumi. Saat
langit dimuaikan selebar-lebarnya baru diciptakan dan terbentuk matahari, bulan
dan bintang-bintang juga benda angkasa lainnya yang berada pada langit
terdekat.
Bila melihat urutan dalam surat
Fush-Shilat 9-12, maka pada mulanya ketika langit dan bumi bersatu (sebingkah
penuh), sampai kemudian bumi telah terbentuk (masih mati) dan langit masih
bersatu dengan bumi dalam bentuk asap, setelah penyempurnaan bumi, lalu
dipisahlah bumi dan langit yang masih berupa asap, pada waktu 7 lapisan bumi
telah sempurna dan bumi telah hidup (dikokohkannya dengan gunung-gunung sampai
penyiapan kadar makanan penghuni bumi siap, salah satunya adalah pengisian bumi
dengan air/cairan, karena segala yang hidup (makanan) berasal dari air),
kemudian bersamaan langit diperintahkan memuai selebar-lebarnya (teori Bigbang)
sampai batasan yang dikehendaki Allah SWT, setelah membentuk tujuh langit,
sambil langit dihiasi matahari, bulan dan bintang-bintang pada langit terdekat
artinya galaksi-galaksi masih berada dilangit terdekat. Maka bumi adalah pusat
alam semesta karena dari letaknya berawal pemuaian langit kesegala penjurunya.
Atau bumi ditempatkan letaknya secara khusus yaitu di pusat alam semesta,
meskipun mungkin saja pusat alam semesta ini, di galaksi kita adalah berada di
pinggir galaksi, namun ia adalah tengah-tengah massa alam semesta dan bumi
diletakkan secara khusus berada disana.
Sebelumnya
tidak perlu diragukan bahwa bumi itu ada terdahulu dari pada benda-benda
langit, mengingat dalam surat Fush-Shilat ayat 11 bahwa Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati.". jelas
terlihat penyebutan bumi dan juga jelas terlihat penyebutan langit namun
penyebutannya langit yang masih berwujud gas, secara logika sederhana bumi itu
adalah satu planet kecil sedang langit terdiri banyak benda-benda angkasa
besar, so yang mana bila mau dibentuk pun ada beberapa milyar atau ratusan
milyar benda langit yang harus dibuat dibandingkan dengan membuat 1 bumi yang
merupakan benda langit yang kecil, apalagi dikatakan penyebutan pasti dengan
perkataan bumi, berarti bumi telah ada ataupun bibit bumi telah ada sementara
langit masih berupa asap/gas (langit tunggal) yang belum sempat dimuaikan dan
dihiasi oleh bintang-bintang dan pembentukan 7 lapisannya, dikuatkan lagi Dia-lah Allah, yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit,
lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Qs
Al Baqarah: 29. Masalahnya kemudian apa saat langit dan bumi yang bersatu ini,
saat langit tunggal ini dimuaikan selebar-lebarnya menjadi 7 lapis, maka
menyebabkan bumi dan ujung langit pun terdorong dari pusat pemuaian ini atau
bumi tetap diposisi awal pemuaian, soalnya bila bumi masih di pusat awal
pemuaian bukankah biar benda-benda langit dahuluan pun tercipta, bumi akan
tetap menjadi pusat alam semesta.
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan
di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan Qs
Al Baqarah: 164.
Bila
dilihat yang menurunkan hujan adalah lapisan langit pertama yang menutupi bumi,
atmosfir, jadi perujukannya bukan untuk penciptaan seluruh benda-benda langit
sebelum bumi hidup. Lalu kenapa ada pembolak-balikan kata-kata “langit dan bumi
atau bumi dan langit”.
Sederhananya
bukan permasalahan mana yang pertama tercipta antara partikel langit dan bumi,
karena kedua-duanya tercipta saat bersamaan, mereka dahulu adalah dari suatu
yang padu kemudian dipisah, tapi yang bermasalah manakah yang dahuluan bumi
atau benda-benda dengan tanda kutip “yang ada” dilangit yang tercipta setelah
adanya langit.
Didalam Al-Quran dijelaskan
tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya : 30), “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman”.
Dengan perincian penafsirannya
sebagai berikut :
1. Tahap pertama penciptaan bumi
2 rangakain waktu
2.
Tahap kedua penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu
Total empat masa
3. Tahap ketiga penciptaan
angkasa raya dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu
Jadi terbentuknya alam raya ini
terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
Hadis
tentang penyempurnaan bumi :
Hadis
Muslim, 039.6707 yang terjemahannya adalah sebagai berikut : Abu
Huraira meriwayatkan bahwa Nabi menggenggam tangan ku dan berkata: Allah yang
Maha Agung dan Mulia menciptakan :Tanah liat pada hari Sabtu, gunung pada hari
Minggu, pepohonan pada hari Senin dan segala yang berkaitan kelengkapan
pekerjaan pada hari Selasa,(pen:
termaksud pula mineral-mineral bumi bukan mineral penyubur tanaman, yaitu
mineral tambang seperti hasil dari fosil tumbuhan, pen: bisa
juga empat masa yang dimaksud adalah 4 hari ini, Dan Dia menciptakan di bumi
itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa”. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya), cahaya
pada hari Rabu (pen: kemungkinan penghidupan matahari
dan bulan, pencahayan sebelumnya buat pohon mungkin dari bentuk gas yang panas), menyebarkan
binatang pada hari Kamis dan Adam setelah ashar pada hari Jumat, ciptaan
terakhir pada hari Jumat antara Sore dan Malam [Di 4.1856, 4.1857, Abu
dawud 3.1041, 3.1042 diriwayatkan Abu
Huraira bahwa Adam diciptakan pada hari Jum'at]
Menurut
teori General Realivity oleh Albert Einstein dikatakan bahwa “Time passes
slower near object more massive than Eath (clocks run slower in stronger
gravitional fields" -- Waktu berjalan lebih lambat pada objek yang sangat
besar, dengan kata lain jam akan melambat di daerah dengan medan gravitasi yang
lebih kuat
“Sesungguhnya
sehari di sisi Tuhan-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Qs. Al-Hajj [22]:47)
“Dia mengatur
urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya pada satu hari
yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (dan dunia
pun musnah).”
(Qs. Al-Sajdah [32]:5)
“Malaikat-malaikat
dan ruh (malaikat muqarrab di sisi Allah) naik (menghadap) kepada Tuhan dalam
sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (Qs. Al-Ma’arij [70]:4)
Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, Qs. Ali 'Imran: 133
Surga
yang luasnya seluas langit dan bumi, dan ternyata kursi Allah meliputi langit
dan bumi (ayat Kursi)
Tidaklah langit
yang tujuh dibandingkan dengan kursi melainkan ibarat lingkaran anting yang diletakkan
di tanah lapang. (HR. Ibnu Hibban no.361 Syaikh Albani
mengatakan hadits ini Shahih)
Aku mendengar
Rosululloh Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: "Tidaklah Kursi jika
dibandingkan dengan 'Arasy melainkan ibarat baju besi yang dilemparkan di tengah-tengah
padang pasir yang luas."
(Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah Ibnu Abil, Juz 1 hal:182)
Hari
di hadis tersebut diatas mengikuti hitungan hari yang terjadi di “kursi”
sebagaimana persepsi penulis bahwa “kursi” tempat melekatnya materi (alam
semesta). Seberapa besar hari tersebut menurut hitungan manusia di titik kecil
langit dan bumi.
112.
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
113.
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
114.
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja,
kalau kamu sesungguhnya mengetahui
115.
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
116.
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan
(Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia. Qs. Al Mu'minuun
Seberapa lama hari menurut ukuran
Arsy?
Saat
ini adalah bumi yang Anda lihat adalah bumi yang telah hidup, dan mungkin saja
Anda menghitung dari umur bumi yang telah hidup ini.
Pertanyaannya
: yang mana lebih tua umurnya, bumi saat masih mati plus hingga hidupnya bumi
atau materi-materi angkasa lainnya?
Kelima : thawaf di Kabah oleh manusia
mengikuti kaedah tangan kanan, berlawanan arah jarum jam agar energi semua
manusia yang beribadah naik kelangit (vertikal terhadap orbiter putaran
matahari di bumi), kemudian energi tersebut dibelokkan kearah kaedah tangan
kanan perputaran alam semesta yang mengelilingi bumi, menuju langit yang lebih
tinggi, dibantu hasil olah energi perputaran benda langit terhadap bumi hingga
lebih kuat dan dapat mencapai ke langit lebih tinggi dan seterusnya atau ada
teknik pengiriman energy (arus) yang ribet dimana arah kaedah putaran
benda-benda langit ada yang saling berlawanan arah dalam perputarannya atau
dipantulkan ke matahari terlebih dahulu agar mendinginkan matahari dahulu baru
dibelokkan mengikuti kaedah tangan kanan arah putaran matahari dan benda angkasa
terhadap bumi.
Tidak
ada pertanyaan, sekedar teori saja.
Keenam : silahkan pikirkan sendiri
halnya, penulis yang tidak terlalu faham ilmu alam, ini hanya sekedar asumsi
yang akan gugur salah satunya, so jangan taklid buta sama tulisan penulis ini,
apalagi belum dibuktikan adanya asumsi ini di rana saint yang tanda kutip
“dapat dipertanggungjawabkan secara luas di masyarakat”, maka sikap
tengah-tengah-lah yang masih diambil pada kenyataan peradaban.
“Maha Suci Tuhan
yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka
tidak ketahui.”
[Yaa Siin 36:36]
Definisi
pasangan-pasangan itu banyak, dan bisa dikatakan bentuk pasangan adalah suatu hal
yang mengikat erat dalam hubungan timbal balik, contoh pasangan-pasangan adalah
:
-
Matahari
dan bulan/bulan dan matahari
-
Siang
dan malam/malam dan siang
-
Langit
dan bumi/bumi dan langit
Dan sesungguhnya
jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka
akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan
(dari jalan yang benar).
Qs. Al 'Ankabuut: 61
-Maha Suci Allah
yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga
padanya matahari dan bulan yang
bercahaya.
-Dan Dia (pula)
yang menjadikan malam dan siang
silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur. Qs.
Al Furqaan: 61-62
Dia menciptakan
langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Qs. Az Zumar: 5
Apakah
pasang-pasangan yang disebut beredar dan berjalan dalam Quran :
Allah-lah Yang
meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arasy, dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Qs. Ar Ra'd: 2
Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu matahari dan
bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan
bagimu malam dan siang.
Qs. Ibrahim: 33
Dan Dialah yang
telah menciptakan malam dan siang, matahari
dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Qs. Al Anbiyaa': 33
Tidakkah kamu
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam dan Dia
tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang
ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs. Luqman: 29
Dia memasukkan
malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan
menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah
Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah)
selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Qs. Faathir: 13
Dia menciptakan
langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan
menutupkan siang atas malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Qs. Az Zumar: 5
Matahari
dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Qs. Ar Rahmaan: 5
Jelas
disebut pasangan-pasangannya ini dan telah jelas pula disebut tentang
masing-masing berjalan atau tentang masing-masing beredar di ayat-ayat diatas.
Pertanyaannya
: kita pakai praduga terbalik, coba cari
di nash apakah ada penyebutan “bumi dan bulan/bulan dan bumi” sebagai bentuk
pasangan-pasangan dan apakah ada pernyataan di nash tentang “bumi dan
bulan/bulan dan bumi” yang masing-masing berjalan atau beredar menurut waktu
yang ditentukan?
Bila
tidak ada maka salah satu teori dari Geosentris atau Heliosentris harusnya
secara tekstual/dhahir gugur di nash namun itu semua tergantung penilaian Anda.
Bila
pun lebih mendekati kebenaran adalah heliosentris maka apa maksud dari
perujukan pasangan-pasangan yang beredar itu punya pemaknaan khusus seperti
untuk lebih menekankan perhitungan tahun dan waktu yang kalian ributkan tiap
menentukan kriteria dimasa ilmu saint telah mencakup pengetahuan ini atau ada
hal lainnya.
Pertanyaan
penulis lainnya, siapa sih pencetus ide geosentris yang awal dimasa lalu? Kisah
dari kehidupan yang dikatakan canggih dari umat terdahulu dari yang dahulu kah,
yang kabar tersebut sampai hingga diupdate dan dianut lagi? Alien yang pernah
berkunjung ke bumi dan menyatakan hal tersebut kepada manusia kah? Atau di
jaman ratusan nabi datang silih berganti, lalu ada seorang sholeh yang
mencetuskan hal tersebut pada umat-umat terdahulu yang kemudian meyakini
geosentris tersebut? Atau sekedar peneliti saint dari umat masa lalu? Mengingat
pencetusan hal ini jauh sebelum masa nabi Isa as atau masa nabi Muhammad SAW.
Terlepas
hal tersebut, dengan sebuah dalil yang menyatakan Kabah berada diantara
diameter-diameter lapisan bumi dan lapisan langit, bila dimodelkan seperti
berbentuk bulat pula maka titik tengah/pusat bola-nya adalah bumi maka bila ia
geosentris apakah langit yang menaungi benda-benda langit berotasi
juga/berayun-ayun pula/keduanya atau bila ia adalah heliosentris maka mengikuti
pusat titik massa alam semesta sebagai bumi yang mengelilingi matahari,
kemudian keduanya mengelilingi bima sakti atau kemudian plus bima sakti
mengelilingi sistem besar lagi lainnya, maka langit atau hingga batasan lapisan
terluar alam semesta berevolusi alias berthawaf semua yang satu revolusi
mencakup perputaran hingga bumi keliling bimasakti atau sistem lebih besar lagi
atau sangat besar lagi, maka apakah pusat dari thawaf benda-benda langit semua
tersebut itu hingga batasan langit kulit terluar ini? Ataukah ada “massa
tertentu” dimana semua yang ada di lapis langit dan lapis bumi dan diantaranya
hingga batasan kulit terluar alam semesta (langit terluar) berevolusi
mengelilinginya?.
Toh
bukankah sekarang Anda melihat menurut saint ada model yang terbaru lagi yang
sedang diteliti yaitu …. “Barycentric” Jadi Tata Surya tidak lagi berpusat di
Bumi atau di Matahari, tapi pada pusat massa tertentu.
Bukan
bermaksud membuat Anda saling bertentangan namun memikirkan sejenak penciptaan
sangat besar manfaatnya untuk Anda dalam melihat tanda-tanda kekuasaanNya.
Ka’bah adalah poros
alam semesta
Mujahid
meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “(Baitullah) Al-Haram adalah tanah suci poros tujuh langit dan tujuh
bumi (Akhbar Makkah, dikutip oleh Mujahid dari Syu’ab Al-Iyman karya
Al-Baihaqi)”
Hadis
ini mengandung pengertian bahwa Ka’bah merupakan poros atau sentral alam
semesta. Alqur’an selalu membandingkan antara langit dan bumi, meski bumi
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan kebesaran langit. Dan perbandingan
ini tidak mungkin dilakukan jika bumi tidak memiliki posisi istimewa di pusat
semesta.
Asumsi
ini dikuatkan oleh 20 ayat Alqur’an yang menyinggung tentang keantaraan
(bainiyyah) yang memisahkan langit dan bumi:
- QS. Al-Ma’idah (5):17,18
- QS. Al-Hijr (15):85
- QS. Maryam (19):65
- QS. Thaha (20):6
- QS. Al-Anbiya’ (21):16
- QS. Al-Furqan (2):59
- QS. Asy-Syu’ara (26):24
- QS. Ar-Rum (30):8
- QS. As-Sajdah (32):4
- QS. Ash-Shaffat (37):5
- QS. Shad (38):10,27,66
- QS. Az-Zukhruf (43):85
- QS. Ad-Dukhan (44):7,38
- QS. Al-Ahqaf (46):3
- QS. Qaf (50):38
- QS. An-Naba’ (78):37
Allah
SWT berfirman: “Tuhan Yang memelihara
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.”
Keantaraan
ini tidak akan ada kecuali jika bumi berposisi sebagai pusat atau sentral alam
ini.
Dalil
ketiga yang menegaskan fakta ini adalah firman Allah yang bisa kita baca pada
surah Ar-Rahman. Dia berfirman: “Hai
jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.” (QS.
Ar-Rahman (55):33-34)
Diameter
segala bentuk geometris adalah garis yang bertemu di antara dua ujungnya,
melewati pusat (titik tengah). Penjuru langit tidak mungkin sama dengan penjuru
bumi (sebagaimana penjelasan ayat di atas) kecuali jika bumi menjadi pusat atau
titik tengah langit.
Dari
keterangan terdahulu tampak jelas sisi kemukjizatan dalam hadis Nabi yang ada
di hadapan kita, yakni sabda beliau: (Baitullah) Al-Haram adalah tanah suci
poros tujuh langit dan tujuh bumi.
Ketujuh
bumi semuanya berada di bumi kita ini. Lapisan luar satu bagian bumi menutupi
lapisan dalam bumi lain. Begitu juga tujuh langit semuanya menaungi kita pada
tingkatan yang jelas mengelilingi matahari. Bagian luar menutupi bagian dalam
langit yang lain. Dan Ka’bah berada di tengah-tengah lapisan pertama bumi,
yaitu daratan, sementara di bawahnya terdapat enam lapisan bumi yang lain.
Dengan posisi demikian, Ka’bah berarti menjadi poros tujuh langit dan tujuh
bumi.
Fakta
ini tidak mungkin diketahui siapapun, karena batas maksimum pengetahuan yang dapat
dijangkau ilmu manusia hanyalah lapisan yang sangat kecil dari langit dunia
yang menaungi kita dan dihiasi oleh Allah dengan bintang.
Bahkan
lapisan kecil inipun terus-menerus mengalami perentangan (tamaddud). Ketika
manusia mengembangkan mesin sarananya untuk berusaha mencapai ujung-ujungnya,
ia selalu menemukan bahwa ia telah melampauinya. Hal ini dikarenakan langit
terus mengalami perentangan. Sehingga betapapun berkembangnya teknologi dan
kemampuan manusia, ia tetap tidak akan mampu mencapainya karena cepatnya
perentangan semesta.
Tantangan
Alqur’an kepada semua manusia dan jin untuk menembus penjuru langit dan bumi
tidak akan dapat mereka lakukan, karena mereka tidak akan bisa keluar dari
langit dan bumi kecuali dengan kekuatan Allah SWT.
Jikalau
Alqur’an dan hadis tidak menjelaskan kepada kita bahwa ada 7 langit
berlapis-lapis, 7 lapisan bumi yang berposisi pada sentral atau titik nolnya,
dan Ka’bah merupakan titik tengah antara 7 langit dan 7 bumi, maka selamanya
manusia tidak akan mempunyai media untuk mengetahui hal itu, meskipun
penelitian-penelitian tentang struktur dalam bumi telah membuktikan akan adanya
7 lapisan yang berbeda, bagian luar ditutupi bagian dalam lapisan yang lain,
begitu juga dengan langit, saling berhimpitan, khususnya penelitian astronomi
modern yang telah membuktikan dengan sejumlah data matematis bahwa alam kita
ini bergaris kurva (munhani). Satu catatan ini cukup sebagai bukti penetapan
bahwa 7 langit dan 7 bumi saling berhimpitan mengelilingi satu pusat yakni bumi
itu sendiri, tepatnya di Ka’bah, dan Ka’bah merupakan poros atau titik tengah
langit dan bumi.
Dari
sini bisa ditangkap sekilas sebuah kemukjizatan saintis yang terdapat dalam
hadis Nabi: (Baitullah) Al-Haram adalah tanah suci poros tujuh langit dan
tujuh bumi. Juga dalam sabda: Baitul Ma’mur itu berhadapan dengan Mekah. Serta
dalam deskripsi beliau yang dikutip oleh Al-Qurthubi dalam tafsirnya: Ada
Baitullah di langit ketujuh itu yang persis di atas Ka’bah sehingga jika jatuh
tentu ia akan jatuh di atas Ka’bah.
Pernyataan-pernyataan
ini tidak mungkin muncul kecuali dari seorang nabi yang menerima wahyu dan
mendapatkan ilmu pengetahuan dari Zat Pencipta tujuh langit dan tujuh bumi.
Semoga
shalawat kesejahteraan, salam kedamaian dan keberkahan selalu tercurahkan
kepada beliau beserta keluarga, sahabat, dan mereka yang mengikuti petunjuknya
dan berdakwah di jalanNya sampai kiamat kelak. Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam.
(Sumber:
Pembuktian Sains dalam Sunnah) buku 2, oleh Dr. Zaghlul An-Najjar)
Menarik
disimak sebuah diskusi dibawah ini :
pembuktian
empiris memang sangat menggiurkan kang,,, namun sungguh, pembuktian empiris
geosentris atau heliosentris tidak cukup hanya dengan berangkat ke langit tata
surya walaupun berada disana selama 100 tahun!
untuk pembuktian empiris secara 'pasti', kita harus keluar dari sistem, keluar
dari orbit tata surya, keluar dari orbit bimasakti, bahkan mungkin harus keluar
dari sistem alam semesta!
mungkin menjadi bingung, kenapa harus keluar alam semesta? ya begitulah...
contohnya, jika kita masih berada dalam pengaruh tata surya, maka mau tidak mau
posisi kita di angkasa akan terpengaruhi oleh matahari yang memiliki massa
terbesar di tata surya. hasilnya, jika posisi relatif kita terhadap matahari
tidak berubah, maka kita akan menganggap bahwa pesawat kita sedang diam bersama
matahari sehingga yang nampak adalah bumi yang sedang berputar mengelilingi
matahari (heliosentris).
jika dengan bukti ini kita berkesimpulan bahwa heliosentris lah yang benar,
maka saya tegaskan bahwa itu adalah kesimpulan yang terburu2. dalam konteks
tatasurya dimana matahari 'dianggap' diam, kesimpulan kita adalah kesimpulan
yang benar. tapi belum tentu jika kita keluar dari sistem tata surya dan menuju
ke sistem bimasakti...
bisa saja saat kita terpengaruh oleh grafitasi blackhole yang menjadi inti
bimasakti, pemandangan mengejutkan bisa saja terjadi, dimana terlihat ternyata
matahari beredar mengelilingi bumi! karena ternyata, posisi bumi terhadap
blackhole relatif lebih diam daripada posisi matahari terhadap blackhole.
pemandangan bisa saja berubah saat kita berhasil keluar dari sistem bimasakti
dan terpengaruh oleh grafitasi massa yang lebih besar lagi. bisa saja ternyata
kita melihat bahwa bimasakti ternyata berputar mengelilingi bumi!!!!
kita tidak akan pernah tahu benda langit mana yang benar2 diam dalam artian
yang sesungguhnya jika kita tidak pernah berhasil keluar dari sistem alam
semesta.
saat ini perhitungan sistem revolusi masih tak bisa lepas dari teori
heliosentris. bukan karena para astronom telah yakin seyakin2nya bahwa teori
tsb benar. tapi karena ketidak-berdayaan melawan pengaruh grafitasi, yang
memaksa kita untuk menjadikan matahari sebagai benda yang 'direlatifkan' diam
pada sistem tata surya, dan blackhole inti bimasakti sebagai benda yang
'direlatifkan' diam pada sistem galaksi bimasakti.
para ilmuan tahu bahwa semua perhitungan adalah relatif, relatif terhadap benda
yang direlatifkan diam. (mudah2an kata2nya gak bikin bingung).
banyak
dari teori ilmiah sebenarnya adalah sebuah keyakinan juga, keyakinan yang tidak
bisa secara langsung terbukti secara empiris. apa2 yang terbukti secara empiris
kebanyakan hanyalah premis2nya saja, itupun bukan premis langsung, tapi premis
yang menghasilkan sebuah teori, yang mana teori tsb dijadikan sebuah premis
lagi untuk membentuk teori lainnya.
sebenarnya para penganut geosentris pun dapat membuat teori ini menjadi nampak
seilmiah teori heliosentris.
matahari memang mengelilingi bumi, fenomena ini dapat kita lihat setiap hari saat
kita berada di bumi. karena posisi kita sedang relatif diam terhadap bumi.
bumi
memang mengelilingi matahari, fenomena ini dapat kita saksikan jika kita
mendekati matahari dengan pesawat angkasa, dan posisi kita sedang relatif diam
terhadap matahari, dan bimasakti pun mengelilingi matahari pada kondisi ini.
matahari memang mengelilingi bimasakti, fenomena ini dapat kita saksikan jika
kita mendekati pusat galaksi dengan pesawat angkasa, dan posisi kita sedang
relatif diam terhadap pusat galaksi tsb. begitu seterusnya...
adapun mengenai perhitungan-perhitungan
astronomis, teori heliosentris menjadikan sebagian besar perhitungan menjadi
lebih sederhana. sedangkan dengan teori geosentris, perhitungannya akan jauh
lebih rumit.
namun bukan berarti semuanya bisa terjawab dengan heliosentris, masih banyak
fenomena2 astronomis lain yang masih menjadi misteri. namun karena tidak begitu
berpengaruh pada kehidupan manusia, menjadi tidak terlalu terperhatikan.
sebenarnya
tak perlu sikap saling menjatuhkan, apalagi jika kita telah mengetahui apa
sebenarnya hakikat teori ilmiah.
teori adalah seperangkat pernyataan yang saling berhubungan yang disusun secara
sistematis terhadap suatu hal, untuk digunakan sebagai rujukan atau dasar bagi
kajian seterusnya.
sering kali teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan, namun teori
umumnya hanya diterima secara sementara dan bukan merupakan pernyataan akhir
yang konklusif, dan memiliki potensi kesalahan.
teori geosentris dan heliosentris, memang merupakan 2 teori yang bertolak
belakang. namun, selama keduanya masih mampu menjalankan fungsi teori yaitu
rujukan atau dasar bagi kajian seterusnya, maka tidak perlu dipertentangkan
secara 'panas'. toh kajian seterusnya tetap akan dikontrol oleh bukti2 empiris
baru, sehingga walaupun teori rujukannya salah atau masih belum sempurna, akan
segera terbenahi oleh kontrol tsb.
untuk membenahi sebuah teori, bukan dengan cara menjatuhkan dengan membabi
buta, akan tetapi harus sesuai dengan metode dan prinsip keilmuan.
sebenarnya masih banyak yang mungkin perlu di uraikan tentang kedua teori ini,
agar lebih jelas kelebihan dan kekurangan masing2 teori, siapa tahu dengan
bekal pengetahuan tsb ada diantara teman2 yang mampu membenahi teori2 tsb...
:)
Bigbang
menganggap bumi sebagai pusat Alam semesta?
Kita
semua mengetahui bahwa semua observasi yang dilakukan terhadap pergerakan yang
ada di alam semesta dilakukan dari bumi, sehingga kecepatan perkembangan dan
sebagainya sebenarnya dihitung relatif terhadap bumi, maksudnya bila memang
alam semesta mengembang dan galaksi serta gugusnya bergerak menjauh, dan
kecepatan pergerakan juga dihitung relatif terhadap pengamat di bumi, maka
pernyataan ini sebenarnya secara tidak langsung memperlihatkan seolah-olah bumi
adalah pusat dari pergerakan, dan dengan demikian selama masih memegang teori
bigbang maka masih terjebak pada anggapan bahwa pusat alam semesta adalah bumi
(walaupun para ahli astronomi sebagian besar berusaha menolak mati-matian
anggapan ini) dengan berdalih bahwa perkembangan bumi adalah seperti
perkembangan roti kismis atau seperti balon tetapi bila semua benda menjauh
seperti kismis pada roti yang dipanggang tentu asumsi ini akan kuat bila
didukung data bahwa semua benda saling menjauh satu sama lain, nyatanya kita
tak dapat menghitung pergerakan galaksi-galaksi yang terjauh, apakah benar
mereka menjauh satu sama lain?
kita
tidak bisa membuktikan heliocentrist/a-centrist versus geocentrist dari mudah
atau tidaknya sistem perhitungan yang dipakai. Ditambah lagi ada pernyataan
bahwa sistem geocentrist tidak bisa diterapkan di kehidupan nyata?
benda-benda
langit itu ketika mengorbit ada aturannya. Dan ternyata dengan tidak
menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta maka aturan mengorbit benda-benda
langit bisa dibikin sama. Sedangkan kalo menempatkan bumi sebagai pusat alam
semesta, setiap benda langit punya aturan orbitnya sendiri-sendiri
"Apakah
dengan perhitungan yang -katanya- lebih simpel itu bisa dijadikan bukti bahwa
sistem yang berjalan sebenarnya adalah memang demikian?" Ya. Karena alam
semesta tidak akan menciptakan hukum fisika yang berbeda untuk tiap benda
langit yang ada. Tapi kalo sampeyan penganut dinamisme, tentu saja tiap benda
langit ada "roh" yang punya kemauan sendiri-sendiri.
Ternyata
urusannya karena perhitungan yang lebih ruwet dari heliosentris. Selama alam
semesta tersistematis dan punya mekanisme, maka kaedah perhitungan matematisnya
atau rumusannya kelak akan bisa jadi didapatkan pula oleh saint, bisa jadi
perhitungan ini lebih mudah, ringkas dan dapat menyatukan beberapa pendapat
karena masalah perhitungan yang tidak tepat walaupun ribet diawal untuk mencari
perhitungan/rumusannya yang memang sangat ribet terlihat diawal-awal
penelahaannya. Kenyataan dilapangan perhitungan yang dipakai saat ini
menunjukkan perhitungan yang satu tidak dapat dipakai pada perhitungan yang
lain, perhitungan yang lain tidak dapat menjelaskan perhitungan lainnya pula
namun kenyataannya juga kedua perhitungan ini dipakai pada tempat dan skalanya
tersendiri secara bersamaan. Karena pula tidak semuanya bisa terjawab dengan
heliosentris, masih banyak fenomena-fenomena astronomis lain yang masih menjadi
misteri ……………………………………………………………………………..
Cuplikan literatur,
olokan agama.
Ga
ada muslim yang bisa bantah lagi bahwa telah jelas bahwa ajaran dalam Islam
(yang bersumber dari quran dan hadist shahih), mengajarkan konsep matahari lah
yang bergerak yang menyebabkan siang dan malam (perubahan waktu) di bumi.
1.
Dari Quran:
Al
A'raf:98 Atau apakah penduduk
negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di
waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?
Kenapa
dikatakan "matahari naik", jika matahari sebenarnya tidak bergerak
naik di langit bumi (yang berkaitan tentang perubahan waktu di bumi)?
2.
Dari Quran dan (yang diperkuat oleh) Hadist Shahih:
“Dan matahari
berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.”
(Al Qur’an, 36:38)
Nah
sebaik-baik tafsir adalah tafsiran yg diberikan oleh muhammad.
Dan
inilah tafsir muhammad akan ayat "matahari berjalan di tempat
beredarnya"
Perhatikan
“Aku pernah bersama
Nabi Saw di masjid pada saat matahari mulai terbenam. Lantas dia bertanya:
‘Wahai Abu Dzar, "Tahukah ke manakah matahari ini pergi (terbenam)?",
dan aku menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu ‘kan?’. Lantas Nabi
Muhammad Rasulullah Saw bersabda: ‘Sesungguhnya matahari itu pergi terbenam dan
bersujud di bawah ‘Arsy Allah. Itulah tafsir dari firman Allah Ta’ala didalam
Qs Yasin ayat 38 (Dan matahari beredar di tempat peredarannya)’. Lantas Beliau
Saw bersabda lagi: ‘Sesungguhnya tempat peredaran matahari itu terletak di
bawah ‘Arsy Allah!’”.
(HR. Shahih Bukhari 4428).
kelanjutannya...
Dia
(matahari) tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: 'Hai
matahari, bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang (terbit)!’, maka
dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya
Jadi
jelas yg dimaksud "matahari beredar pada tempat beredarnya" yg ada di
quran QS 36:38 tsb adalah peredaran matahari mengelilingi bumi (matahari yg
pergi (bergerak) terbenam; matahari yg bergerak ke timur).
Jadi
maksud Qs 36:38 BUKAN tentang matahari beredar menuju bintang Vega spt tafsir
cocokologi yg sering dikoar2kan muslim (utk menunjukan keajaiban quran nya).
3.
Dari Hadist Shahih:
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Ada seorang nabi dari nabi-nabi Allah
yang ingin pergi berperang, maka beliau berkata kepada umatnya, 'Tidak boleh
ikut bersamaku dalam peperangan ini seorang laki-laki yang telah berkumpul
dengan istrinya dan dari itu ia mengharapkan anak tapi masih belum
mendapatkannya. Begitu pula orang yang telah membangun rumah tetapi atapnya
belum selesai. Juga tidak boleh ikut bersamaku orang yang telah membeli kambing
atau unta bunting yang ia tunggu kelahiran anaknya.' Maka berangkatlah nabi
tersebut untuk berjihad. Ketika Ashar hampir tiba rombongan tersebut telah
sampai di desa atau daerah yang akan dituju. Nabi tersebut memerintahkan kepada
matahari, 'Wahai matahari, engkau tunduk kepada perintah Allah dan akupun juga
demikian. Ya Allah, tahanlah matahari itu sejenak agar tidak terbenam.'
Maka Allah menahan matahari
itu hingga Allah menaklukkan daerah tersebut. Setelah itu balatentaranya
mengumpulkan semua harta rampasannya di sebuah tempat, kemudian ada api yang
menyambar tetapi tidak membakarnya, maka Nabi itu berkata, 'Di antara kalian
ada yang berkhianat, masih menyimpan sebagian dari harta rampasan, aku harap
dari setiap kabilah ada orang yang bersumpah.' (HR. al-Bukhari, 3124;
Muslim,1747).
Diriwayatkan
pula dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, ‘Ada seorang Nabi
dari Nabi-nabi Allah yang ingin berperang. Dia berkata pada kaumnya, ‘Tidak
boleh ikut bersamaku dalam peperangan ini seorang laki-laki yang telah
berkumpul dengan isterinya dan dari itu dia mengharapkan anak tapi masih belum
mendapatkannya, begitu pula orang yang telah membangun rumah tapi atapnya belum
selesai. Juga tidak boleh ikut bersamaku orang yang telah membeli kambing atau
unta bunting yang dia tunggu kelahiran anaknya’. Maka berangkatlah Nabi itu
berjihad, dia sudah berada di dekat desa/daerah yang dia tuju saat Ashar telah
tiba atau hampir tiba. Maka dia berkata kepada matahari, ‘Hai matahari, engkau
tunduk kepada perintah Allah dan aku pun juga demikian. Ya Allah, tahanlah
matahari itu sejenak agar tidak terbenam.’ Maka Allah menahan matahari itu
hingga Allah menaklukkan daerah tersebut. Setelah itu bala tentaranya
mengumpulkan semua harta rampasan di sebuah tempat, kemudian ada api yang
datang menyambar tetapi tidak membakarnya. Maka Nabi itu berkata, ‘Di antara
kalian ada yang khianat, masih menyimpan sebagian dari harta rampasan. Aku
harap dari setiap kabilah ada seorang yang bersumpah padaku.’ Maka mereka pun
datang satu per satu untuk disumpah. Kedua tangan Nabi itu lengket pada tangan
salah seorang di antara mereka, ia berkata, ‘Di antara kabilah kalian ada orang
yang berkhianat, aku minta semua orang di kabilahmu untuk bersumpah.’ Satu per
satu mereka disumpah. Tiba-tiba tangan Nabi itu lengket pada tangan dua atau
tiga orang. ‘Kalian telah berkhianat,’ katanya pada mereka. Lalu mereka pun
mengeluarkan emas sebesar kepala sapi. Emas itu kemudian dikumpulkan dengan
harta rampasan lain yang telah dikumpulkan sebelumnya di sebuah lapangan.
Tiba-tiba datanglah api menyambar dan melalapnya. Harta rampasan memang tidak
pernah dihalalkan untuk umat sebelum kita. Dan dihalalkan untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan
ketidakmampuan kita’.” (Diriwayatkan oleh Muslim secara sendiri)
Dari
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
“Sesungguhnya matahari tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena
seseorang, kecuali untuk Yusya’. Yaitu pada malam–malam dia berjalan ke
Baitul-Maqdis (untuk berjihad)” [HR. Ahmad 2/325 no. 8298; shahih].
Jika
utk menunda waktu, KENAPA yg ditahan oleh Allah adalah pergerakan matahari nya,
dan bukan pergerakan bumi nya?
Padahal
fakta science menunjukan bahwa perubahan waktu terjadi karena pergerakan bumi
(pergerakan rotasi bumi), dan bukan karena pergerakan matahari.
Harusnya bumi
(rotasi bumi) yang ditahan, bukan matahari, karena matahari disifatkan “diam”
pada sistem tata surya heliosentris.
muslim
pada terdiam, mingkem, ga bisa jawab lagi, hahaha....
tambahan
ayat quran:
“Demi matahari dan
cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya.” (QS Asy Syams: 1-2).
Makna
(mengiringinya) adalah datang setelahnya.
Nah
Bagaimana mungkin bisa dikatakan "bulan mengiringi matahari
(mengiringinya)", jikalau matahari sebagai pusat tata surya?
Cerdas
juga orang yang menghina ini, tahu kalau matahari yang mengelilingi bumi, jadi
emang matahari yang harus ditahan. Ya… pada kenyataannya bila dilihat di sudut
bumi (geosentris) ataupun melihat di sudut matahari atau benda angkasa lain
(heliosentris) tetap juga bumi yang harus ditahan berotasi pada porosnya agar
matahari diam atau waktu menjadi diam, tapi penisbahan hadis ini dan banyak
hadis lain yang menjadi olok-olokkan mereka, menerangkan mataharilah yang
ditahan atau berhenti, apapun sudut pandangnya jadi rancu hadis-hadis ini semua
kecuali bila bumi tidak berputar pada porosnya tetapi arus bersifat diam atau
terayun saja. Jadi mau sudut pandang orang islam itu heliosentris atau
geosentris selama meyakini bumi perputar pada porosnya alias berotasi juga maka
hadis-hadis ini harusnya tidak bernilai sahih pada kenyataan, benarkah hal itu?
Ya… benar kenapa karena kan harusnya bila hadis-hadis ini dinyatakan bahwa
pemaknaannya kepada rotasi bumi yang ditahan namun dalam sudut pandang mata
dhahir terlihat seakan-akan adalah matahari jadi terdiam maka juga akan
bertentangan dengan nash-nash lain yang menyatakan gunung ditancapkan agar
tidak membuat goncang, jadi bila penisbahannya tetap pada rotasi bumi yang
tertahan maka akan menyebabkan kegoncangan dan gunung-gunung tidak berjalan
lagi sebagai jalannya awan padahal salah satu fungsi gununglah yang dinyatakan
sebagai pasak agar tidak membuat bumi dan manusia bergoncang, lagian umat yang
berperang itu akan tergoncang-goncang, bisa tambah kacau waktu perang terbatas
itu buat mereka. penisbahannya bukan pada rotasi bumi dan tidak ada dalil
tersurat akan hal itu karena kata seru ”hai/wahai matahari” Dan kedua sudut
pandang heliosentris dan geosentris dari umat islam yang ia serang/olok-olok,
niat orang tersebut hanya ingin menghina saja akan nash.
Dan Dia menancapkan
gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia
menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, Qs. An Nahl: 15
”Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ” (QS. Ali Imran 3 : 190)
“Ayat di atas
memberikan gambaran kepada kita, bahwa siang dan malam yang terjadi adalah
karena bumi yang mendapatkan sinar dari matahari tersebut berputar pada
porosnya (berotasi) dimana siang dan malam tersebut berlangsung berulang-ulang
dalam 1 siklus, yakni 24 jam” pen: kutipan-kutipan akan ditulis bergaris miring
pula.
Bila
pun kita berpegang dalil ini untuk sebagai pemaknaan akan faham heliosentris,
ia juga akan bertentangan dengan hadis diatas, sebab bukankah hadis menyatakan
matahari yang ditahan, untuk berhentinya waktu siang/sore di hari dikejadian
tersebut bukan rotasi bumi yang ditahan bergerak.
Kecuali
hadis tadi bernilai dhaif, namun ternyata sahih, Jadi apa dalil-dalil ini
bertentangan? Tentu tidak. Namun hanya belum dibuktikan dalam saint saja.
Hadis
ini menceritakan tentang Yusya dan kaumnya, yaitu bani Israel, beberapa masa
setelah nabi Musa as dan nabi Harun as, merujuk hadis ini bisa dilihat bahwa
kaum bani Israel pada masa itu percaya geosentris pula, terlihat dalam
pernyataan nabi dari bani Israel ini menyatakan dan meminta dalam doanya agar
matahari ditahan bergerak agar tidak terbenam, jadi kepercayaan geosentris jauh
hari telah ada dan ini juga masih dianut di jaman nabi Isa as hingga ke masa
Nasrani. Bila dilihat bahwa perujukannya kepada seorang nabi, bila ia adalah
kesalahan seharusnya hal ini akan diluruskan oleh Allah SWT sebagai kelengkapan
nabi-nabi dalam berkata baik dan benar, dan harusnya nabi itu akan berkata “hai
bumi, engkau tunduk kepada perintah Allah dan akupun juga demikian. Ya Allah,
tahanlah bumi itu sejenak agar tidak bergerak.” Maka kelak bisa diartikan bahwa
bumi berotasi yang menyebabkan siang dan malam, namun ternyata penisbahannya
kepada matahari dan kemudian diberitakan kepada nabi Muhammad SAW, terlihat
karena hadis dari Beliau, dan bila ia kesalahan pula maka sudah keharusan dan
seharusnya Allah SWT meluruskan kesalahan ini pula kepada nabi Muhammad SAW,
dua nabi Allah menyatakan dan menisbahkan pada matahari dan dibiarkan saja
pernyataan itu oleh Allah SWT, apa maksudnya? jadi hal inilah yang benar bahwa
matahari penyebab siang dan malam, dan mataharilah yang harus ditahan bergerak,
jadi bisa jadi saint sekarang salah dengan meyakini bawa bumi berotasi pada
porosnya sebagai penyebab siang dan malam. Hadis ini paling jelas menjelaskan
bahwa matahari ditahan untuk umat tersebut dapat berperang sebelum masuk hari
sucinya, artinya menjelaskan siang dan malam terjadi karena penahanan matahari,
sore itu akan lebih panjang buat umat itu untuk menyelesaikan jihadnya, sebelum
hari suci mereka masuk waktunya. Paling jelas terlihat penahanan waktu sore
pada saat itu agar menjadi panjang, matahari disuruh berhenti. jadi matahari
penyebab siang dan malam, maka pendapat penulis langit berarus, bumi bisa
terayun saja atau bisa pula tetap berotasi, tapi bukan penyebab siang dan
malam, jadi tidak melakukan revolusi. soalnya jelasnya kabah pusat 7 lapis
langit dan 7 lapis bumi, bila langit mengikuti bentuk bulat juga maka apa
langit (alam semesta) tidak ikut titik pusatnya berada (bumi (kabah) titik
pusat diameternya), kalau ia heliosentris maka langit akan ikut gerakan titik
pusatnya, kemanapun bumi (titik tengah langit) sampai mengelilingi sistem
terbesar atau lebih besar dari bima sakti, untuk satu revolusi langit maka apa
pusat thawaf langit? faham penulis dalam mencoba memahami nash, melihat
revolusi langit tidak didukung dengan sebuah ayat. jadi titik pusatnya pun tidak
akan didukung untuk revolusi, sama diamnya. namun bisa saja dalam diamnya
mereka (langit dan bumi) berotasi.
dan ternyata ada ayat mendukung, bahwa langit tetap ditempat, bukan bola liar
yang berputar berkeliling melingkar, “Sesungguhnya
Allah menahan langit dan bumi supaya jangan bergerak, dan sungguh jika keduanya
akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”[QS. Fathir:41]
'Wahai matahari, engkau tunduk kepada perintah
Allah dan akupun juga demikian. Ya Allah, tahanlah matahari itu sejenak agar
tidak terbenam.'
Ini hanya teori global penulis yang dikembangkan dengan melihat pemaknaan dari
nash berdasarkan faham penulis, kalau salah, bukan ayat atau hadis sahih-nya
yang salah, tapi pemahaman penulis (orangnya) saja yang salah dan harus
dirubah. Jadi pertimbangannya kembali ke diri masing-masing saja.
Teori yang dibangun berdasarkan keinginan mencoba memahami nash juga harus dilihat
apa tidak bertentangan dengan dalil-dalil lainnya di nash, bila ada satu
pertentangan, maka harus teorinya disesuaikan dan atau dirubah agar tidak ada
pertentangan dengan dalil-dalil lainnya tersebut.
Teori baru
Geosentris
Mau
tidak mau penulis harus berpikir akan sebuah teori, lagi-lagi jadi sifatnya
teori-teorian karena belum ada dalam penelitian saint, jadi nilainya masih
benar dan salah. Namun ya… lagi-lagi Quran itu berisi alam semesta jadi
berteori berdasarkan pemaknaan Quran yang mungkin
saja dapat tepat bisa saja akan terjadi pada kenyataan.
Perlu
diketahui pandangan penulis adalah geosentris, walaupun pada awalnya adalah
pandangan pada seluruh alam semesta saja (kabah sebagai pusat alam semesta),
pada masalah tata surya penulis hanya berpandangan tengah-tengah pada
peradaban, namun karena adanya pembahasan ini dan penulis terlibat dan akhirnya
penulis bertabrakan dengan menemukan banyaknya orang-orang pihak ketiga yang
hanya ingin mengolok-olokan agama berdasarkan pandangan tata surya bukan pada
karena pilihan pemahaman saja pada dalil, jadi penulis mencoba lebih jauh untuk
mengenal alam semesta ini. Mau nga mau penulis harus memperjelas hal ini
berdasarkan pilihan pemahaman agama penulis, dan pemahaman penulis ini belum
tentu benar pula jadi temukan ia bila bermanfaat dan buang saja/gugurkan saja
bila pemahaman penulis salah. Apalagi penulis bukan saintis tapi hanya manusia
biasa yang mencoba memahami nash dan berharap jalan yang lurus.
Bagaimana
kalau ternyata yang berotasi adalah langit, langit memiliki arus/berputar? Dark
energy atau apapun nama materi langit itu. Perlu dibedakan antara langit, bumi
dan benda-benda yang melekat dilangit.
Maka
penulis coba mengambil kesimpulan baru :
dan atap yang ditinggikan (langit),
Qs. Ath Thuur: 5
Dan Kami menjadikan
langit itu sebagai atap yang
terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah)
yang terdapat padanya.
Qs. Al Anbiyaa': 32
Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30],
padahal kamu mengetahui.
Qs. Al Baqarah: 22
Allah-lah yang
menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu
serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu
adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. Qs. Al Mu'min: 64
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang
kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya
bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala
macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Qs. Luqman: 10
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Qs. Ar Ra'd: 2
- Kesimpulannya langit seperti
atap, dan atap ini dibuat dengan tanpa tiang. Langit atau atap ini
ditinggikan tanpa tiang.
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan Qs Al Baqarah: 164.
Pengisaran
angin dan awan terjadi diantara langit dan bumi. Asumsi ini dikuatkan oleh 20
ayat Alqur’an yang menyinggung tentang keantaraan (bainiyyah) yang memisahkan
langit dan bumi, Allah SWT berfirman: “Tuhan
Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.”
“Dan
kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An
Naml : 88)
- Gunung berjalan sebagai mana
jalannya awan yang dikendalikan diantara langit dan bumi, apa gunung
dikendalikan diantara langit dan bumi atau digerakkan oleh lempengan
tektonik bumi saja????
- Kabah sebagai poros tujuh
langit dan tujuh bumi
Mujahid
meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW,
beliau bersabda: “(Baitullah) Al-Haram adalah tanah suci poros tujuh langit dan
tujuh bumi (Akhbar Makkah, dikutip oleh Mujahid dari Syu’ab Al-Iyman karya
Al-Baihaqi)”
- Laut sebagai contoh
mempunyai pemisah, antara air asin dan air tawar dan ada juga antara arus
dalam/bawah laut dan arus atas laut juga berbeda termaksud
suhu/temperatur, bila melihat samudra maka arusnya bermacam-macam arah
disebabkan beberapa faktor x dan juga laut/air juga memiliki gravitasi mendekati
0 (nol) maka dipakai untuk latihan astronot sebelum ke langit.
Atau siapakah yang
telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai
di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya
dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan
(yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Qs. An Naml: 61
Ada
20 ayat Alqur’an yang menyinggung tentang keantaraan (bainiyyah) yang
memisahkan langit dan bumi, Allah SWT berfirman: “Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya.”.
Jadi
seperti laut yang dipisahkan, maka bumi dan langit mempunyai suatu pemisah
(bainiyyah) dimana Kabah berada disana sebagai pusatnya dan pula dimana ini
membuat bumi dan langit disebut sebagai pasangannya. Dan kemungkinan pemisah
ini sampai batasan atasnya di pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, makanya
dikatakan langit dibangun tanpa tiang dan diumpamakan sebagai atap, karena
tiang ini adalah bersifat bainiyyah. Dan apakah bainiyyah ini tiap
lapisan-lapisan 1-7 langit dan 1-7 bumi berbeda sifat dan batasannya pula
sesuai dengan batasan lapisannya. Bainiyyah ini membagi sifat khusus langit dan
sifat khusus bumi, ia tempat yang membatasi/penetral kedua sifat khusus langit
dan bumi bertemu.
Tafsir
Ibn Kathir atas ayat 21:30: ...Tidakah mereka mengetahui bahwa Langit dan bumi
dulunya bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu kesatuan, terikat satu sama
lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian Allah memisahkan mereka satu
sama lain dan menjadikannya Langit itu tujuh dan Bumi itu tujuh, meletakan
udara diantara bumi dan langit yang terendah.
Said bin Jubayr mengatakan ‘langit dan Bumi dulunya jadi satu sama lain,
Kemudian Langit dinaikkan dan bumi menjadi terpisah darinya dan pemisahan ini
disebut Allah di Al Qur’an (bainiyyah).
Al hasan dan Qatadah mengatakan,’Mereka Dulunya bersatu padu, kemudian
dipisahkan dengan udara ini.
Melihat
asumsi ini dan berdasarkan contoh laut, maka dapat disimpulkan bahwa bisa jadi
yang sebenarnya berputar bukan bumi pada porosnya tapi hanya langit diluar dari
batasan bainiyyah ini, bumi hanya terayun-ayun (penghamparan atau mihaadan,
ayunan atau buaian, tidak selalu tegak lurus). Namun karena tidak ada tiang dan
tidak tampak maka bumi yang dianggap berputar pada porosnya padahal telah
terjadi rotasi/arus diluar batasan bumi (daratannya) atau pada lapisan langit
saja yang paling dekat serambut/sejari dengan bumi hingga yang terjauh. Perlu
pula diteliti dan dipisahkan antara bumi dan permukaan bumi, bainniyyah
diantara keduanya dan awal kulit langit, maka akan ditemukan yang berotasi atau
memiliki arus adalah langit. Dan sifat khusus langit ini seperti arus (rel)
yang mudah membuat sesuatu bergerak dengan hanya sedikit gaya sorong/tolak
namun juga dapat membolak-balik/melipat-lipat benda merotasikan benda yang
terkena arusnya ataupun kalau bumi berotasi maka langit berotasi pula namun
siang dan malam bukan karena penisbahan ke rotasi bumi melainkan matahari yang
didorong oleh arus langit.
Karena
satelit yang mengorbit sebagai rujukan akan adanya rotasi bumi, maka bumi
dianggap berotasi padahal rotasi satelit telah masuk dibatas langit yang
berputar atau memiliki arus dan bergravitasi nol, sementara perbedaan bainiyyah
adalah adanya gravitasi kuat satu arah dan udara pada batasan atas bawah
bainiyyah, makanya untuk keatas dibutuhkan kekuatan. Sedangkan langit telah
tidak memiliki gravitasi dan udara. Yang pasti ada perbedaan sifat langit,
sifat bumi dengan sifat bainiyyah ini
Perujukan
penelitian atau pengamatan dari bumi terbentur pada sisi gravitasi dan udara di
bainiyyah kemudian tersambung ke gravitasi nol langit, apakah ada pengaruhnya, saintis
yang menjawab, soalnya berarti dalam sisi pengamatan di permukaan bumi yang
dilihat kemudian dinilai sama dan terabaikan perbedaannya yang terkena pengaruh
bainniyah dan terkena pengaruh langit, tidak ada pemisah dikedua pengamatan ini
bila ia melihat satu garis lurus pandangan padahal sudah terbentur pada
bainiyyah dahulu baru langit yang berotasi. Maka apa tidak ada efeknya pada
paralaks bintang
Bila
demikian halnya berarti langit bersifat terputar/berarus dan juga dapat
membolak-balikkan benda angkasa dan karena saintis tidak tahu sifat lebih dalam
materi langit maka juga tidak tahu ada geraknya dark energy ini, dan bumi
adalah akan tetap diluar batasan rotasi langit ini, bila demikian seharusnya
pada planet dan bintang lain juga seperti itu terdiam tidak terpengaruh arus
langit, namun ternyata tidak demikian pada planet lain atau bintang, dalam hal
ini sifat bainiyyah pada planet dan bintang tersebut tidak ada, bila ia ada
maka ia akan mempunyai makhluk hidup. Bila sifat bainiyyah ada disebuah planet
lain maka arus langit diseputarnya terpengaruh dan termaksud pula pada
bintang-bintang didekatnya yang tidak mempunyai bainiyyah akan ikut terpengaruh
arus langit yang berputar disekeliling planet ber-bainiyyah ini. Arus langit
ini yang menyebabkan revolusi dan rotasi benda-benda angkasa yang tidak
mempunya bainiyyah ini. Jadi revolusi bukan hanya disebabkan gaya tarik menarik
gravitasi antar benda angkasa namun juga didorong oleh rel (arus) langit ini.
Penulis
sudah menyinggung diawal bahwa langit dan bumi dahulu satu kemudian dipisah,
kemudian penulis juga menyinggung “kursi” tempat melekatnya materi alam semesta
atau langit dan bumi, dan ternyata kemungkinan lagi langit tempat melekat
benda-benda angkasa, bagi yang membaca dari awal akan memahami perbedaan ini.
“Pada waktu kita
menembakkan peluru dari senapan kita, kita akan merasakan tolakan ke belakang.
Ini terjadi di mana pun, baik di Bumi maupun di ruang angkasa yang hampa udara.
Konsep ini dipakai oleh pesawat ruang angkasa untuk mengurangi kecepatan
pesawat dan membuat pesawat membelok menuju Bumi. Untuk lebih jelasnya anggap
suatu pesawat sedang mengorbit Bumi pada suatu ketinggian. Pesawat akan
merasakan dua gaya. Pertama gaya sentrifugal yang arahnya menjauhi Bumi dan
besarnya tergantung pada kecepatan pesawat. Gaya kedua adalah gaya gravitasi
Bumi yang arahnya menuju Bumi. Pada orbit ini kedua gaya ini seimbang (astronot
dapat melayang-layang di dalam pesawat). Ketika pesawat menyemburkan gas
berlawanan arah dengan arah kecepatan, tolakan akibat semburan ini akan
mengurangi kecepatan pesawat. Makin kecil kecepatan pesawat makin kecil pula
gaya sentrifugalnya. Sekarang gaya gravitasi Bumi lebih dominan, akibatnya
pesawat akan ditarik mendekati Bumi dalam bentuk spiral”
“Stasiun luar
angkasa ini terletak di orbit sekitar Bumi dengan ketinggian sekitar 360 km,
sebuah tipe orbit yang biasanya disebut orbit Bumi rendah. (Ketinggian
persisnya bervariasi sejalan dengan waktu sekitar beberapa kilometer
dikarenakan seretan atmosfer dan "reboost". Stasiun ini, rata-rata,
kehilangan ketinggian 100 meter perhari.) Dia mengorbit Bumi dengan periode 92
menit; pada 1 Desember 2003 dia telah menyelesaikan 33.500 orbit sejak
peluncurannya”
“Yang dimanfaatkan
adalah gaya SENTRIFUGAL, bukan sentripetal. Boleh juga sih, dibilang
sentripetal tapi arahnya minus. Nampaknya cara yang paling praktis dan hemat
energi memang masih dengan putaran. Bukan berupa silinder tunggal, tapi lebih
bagus menggunakan semacam roda, atau donat. Dua roda berputar berlawanan arah,
agar tidak memerlukan "pancal"-an di luar sistemnya. gravitasi buatan
terbentuk di dinding dalam, sisi luar donat. Cara lain ada juga, tapi jauh
kalah efisien dan praktis dibanding sistem double-donat. Misalnya dgn cara
merubah-rubah akselerasi, atau dengan membuat medan magit super kuat
(memanfaatkan sifat paramagnetik air dalam tubuh). kalau gravitasi buatan
kayanya bisa juga pakai gaya sentripetal atau gaya dorong seperti di pesawat
atau di mobil F1. Kalo ada balap kan ada ukurannya side force 3g atau 4 G. sekedar
info manusia normal hanya bisa tahan sampai 4G steelah itu akan pingsan
sedangkan astronaot AS bisa sampai 9G. bisa, pada dasarnya semua benda yg
bergerak pada alur tidak lurus akan punya gaya centrifugal dan centripetal. yg
menjadi pseudografity pd sebuah tubuh saya yakin adlh gaya centrifugal,
(g-force) seperti saat tubuk kita serasa terlempar saat mobil dibelokkan
tajam. nah, sudah ada penelitian untuk
alat pembuat gravitasi buatan, tapi masih dalam tahap2 awal, dimana skalany
masi sangat kecil”.
“Bumi yang beratnya
sekitar 700 triliun ton tidak jatuh pada matahari karena gaya lantingnya
(centrifugal) dalam keadaan mengorbit, sebaliknya Bumi juga tidak terlanting
jauh keluar dari garis orbitnya sebab ditahan oleh gaya gravitasi pada matahari
sebagai pusat orbit. Kekuatan gaya lanting Bumi dan gaya gravitasi adalah sama
besarnya, orang ahli menyebutnya dengan Equilibrium. Oleh karena itulah sampai
hari ini Bumi yang kita diami terus menerus berputar dan beredar mengelilingi
matahari. Andaikan kalau Bumi hanya memakai gaya lantingnya saja tanpa
menggunakan gaya gravitasi. Maka, bisa dipastikan Bumi akan melayang jauh
meninggalkan matahari. Dengan begitu, tenaga centrifugal seperti yang dimiliki
Bumi dapat diadopsi oleh “piring terbang” untuk terbang jauh jika tenaga
gravitasinya dihilangkan. Kita boleh mengatakan bahwa kendaraan manusia kini
sudah kolot, kuno atau usang karena sistem yang dipakainya sudah berlaku selama
ribuan tahun, yang semuanya itu memakai prinsip menolak ke belakang untuk maju
ke depan dan menolak ke bawah untuk naik ke atas. Setelah manusia sanggup
memakai gaya centrifugal barulah manusia akan memulai kendaraan modern”
Bila
demikian bersentuhan tenaga sedikit saja dari arus langit akan membuat ia
terikut arus langit ini, alias akan berevolusi dan berotasi walaupun tidak
menggunakan tenaga sendiri, bisa jadi pengembangan teori ini akan menemukan
antigravitasi hingga membuat pesawat antigravitasi bila ia adalah ternyata
bernilai hal benar.
Penulis
tidak tahu kandungan hadis dari ahlubait ini apa bernilai sahih atau tidak,
hadis ini juga sering dipakai buat olok-olokan ke seluruh umat islam oleh pihak
ketiga yang menjelek-jelekkan ulama-ulama terdahulu dan mencatut nama
golongan-golongan tertentu padahal ia bukanlah dari kalangan golongan tersebut
berdasarkan bahasan pemahaman golongan yang dicatut oleh mereka, hadis ini bisa
menjelaskan prinsip dari teori ini :
Dikisahkan
bahwa suatu hari Rasul Allah berkata kepada ‘Aisyah: “Sesungguhnya ketika Allah menciptakan matahari, Dia menciptakannya
dari mutiara putih dengan ukuran 140 kali ukuran bumi, dan meletakkannya di
atas roda (‘ajalah). Roda ini memiliki 860 tali pengikat (‘urwah) dan pada
setiap tali itu terdapat rantai dari yaqut merah. Allah memerintahkan 60.000
Malaikat Muqorrobin untuk menarik matahari dengan rantai-rantainya itu,
sedangkan mereka telah diberi kekuatan khusus oleh Allah untuk itu. Matahari
pun, bak falak di atas roda tersebut, bergerak mengitari qubbatul khodlro
(kubah hijau), dan keindahannya tampak bagi penduduk bumi. Setiap harinya
matahari itu berhenti di atas khatulistiwa di atas Ka’bah, karena ia adalah
pusat bumi, dan berkata: ‘Wahai para malaikat Tuhanku, sesungguhnya setiap kali
sampai ke tempat yang sejajar dengan Ka’bah yang merupakan kiblat mukminin ini,
aku malu kepada Allah -’Azza wa Jalla- untuk melewatinya.’ Para malaikat
mengerahkan segenap kekuatannya untuk menarik matahari, tapi tetap saja tidak
mampu. Kemudian Allah -Ta’ala- mewahyukan kepada para malaikat dengan wahyu
ilham, maka para malaikat menyeru: ‘Hai matahari, dengan kehormatan lelaki yang
namanya terukir di atas wajahmu yang bercahaya, kembalilah ke jalur
perjalananmu sebelum ini.’ Ketika mendengar itu, maka bergeraklah matahari
dengan kekuatan Al-Maalik (Sang Pemilik, yaitu Allah swt)”. ‘Aisyah berkata:
“Wahai Rasulullah, siapakah lelaki yang namanya terukir di Matahari?”
Rasulullah menjawab: “Dia itu adalah Abu Bakar As-Shiddiq, wahai ‘Aisyah. Sebelum menciptakan alam semesta, Allah
telah mengetahui dengan ilmu-Nya yang qadim, bahwa Dia akan menciptakan udara,
dan akan menciptakan langit di atas udara tersebut, dan akan menciptakan laut
dari air, dan akan menciptakan roda diatasnya sebagai kendaraan bagi matahari
yang menyinari dunia; dan bahwa matahari akan mogok dan melawan kekuatan
para malaikat (yang menariknya) setiap kali melewati khatulistiwa. Allah juga
telah menetapkan untuk menciptakan seorang Nabi di akhir zaman yang melebihi
keutamaan para Nabi lain. Dia itu adalah suamimu, hai ‘Aisyah, meskipun para
musuh membenci hal itu. Dan Allah mengukir pada wajah matahari nama menterinya,
yaitu Abu Bakar Shiddiiqul Musthafa. Maka jika para malaikat bersumpah
dengannya, matahari pun akan bergerak (melewati khatulistiwa) dan kembali ke
jalur perjalanannya, dengan kekuatan Al-Maula. Demikian pula jika seorang
ummatku yang berdosa lewat di atas neraka jahannam dan api neraka akan
melahapnya, maka berkat kecintaannya kepada Allah di dalam hatinya dan
terukirnya nama-Nya di lidahnya, api tersebut akan surut mundur ke belakang,
dan mencari orang lain”. (Hadits ini diriwayahkan di dalam Kitab “Umdatu
At-Tahqiiq Fii Basyaairi Aali As-Shiddiiq”, Halaman 183, pada catatan pinggir
kitab Roudlu Ar-Royaahin, tulisan Al-Yaafi’iy, cetakan Mesir tahun 1315).
Sebelum
menciptakan alam semesta, Allah telah mengetahui dengan ilmu-Nya yang qadim,
bahwa Dia akan menciptakan udara, dan akan menciptakan langit di atas udara
tersebut, dan akan menciptakan laut dari air, dan akan menciptakan roda
diatasnya sebagai kendaraan bagi matahari yang menyinari dunia, dalam hal ini
udara adalah sifat bainiyyah antara bumi dan langit, langit berada diatasnya
dan materi langit disifati seperti air atau arus dan sebagaimana sifat air
seperti itulah sifat materi langit, maka arus (rel) ini menjadikan banda-benda
angkasa berevolusi dan terbolakbalik (berotasi), sementara pada pertemuan arus
pada sifat air maka akan ada riak dan gelombang, pusaran dan juga akan ada
buih-buih yang dibuang, bisa jadi alam semesta sekarang ini telah menyusut,
bukan dalam posisi memuai lagi dengan membuang banyak energinya, namun ini
hanya sebatas teori yang belum bisa dibuktikan.
Dan
khusus matahari sesuai arus langit yang mendorongnya, maka ia berevolusi ke
bumi sementara bintang lain dan planet lain tanpa bainiyyah ia akan ikut arus
langit terkuat disekitarnya. Jadi ada sedikit pemahaman salah dalam saintis
yang hanya terpaku dan terpatok pada melihat benda angkasa sendiri sebagai
berputar dan berkeliling tapi tidak menghitung bahwa adanya zat lain yang
membantu gaya dorong ini, zat yang mudah mendorong dan membolak-balikkan
sesuatu dengan hanya sedikit gaya, yaitu adanya arus langit. Bisa jadi vega
yang mendekati matahari sekarang ini karena arus langit disekitar vega tersebut
atau adanya penyusutan bukan lagi pemuaian. Bainiyyah pada bumi yang menahan
bumi agar tidak berotasi, bisa jadi udara (bainiyyah) dan atau langitlah saja
yang sebenarnya berotasi namun terlihat bumilah yang seakan-akan berotasi.
“kejadian condong
seperti itu juga bisa terjadi karena bumi berotasi pada porosnya. Hal ini sama
dengan ketika anda mengendarai mobil, di kanan-kiri jalan terdapat pepohonan.
Anda akan melihat bahwa pepohonan itu seperti berjalan, akan tetapi
kenyataannya Andalah yang berjalan), Masih ingat kenangan pertama kali
menumpang mobil (tidak ketika anda masih bayi) ? Pada saat berada di dalam
mobil yang sedang bergerak, anda melihat seolah-olah pohon atau bangunan
bergerak. Pada saat itu anda mungkin berpikir pohon-pohon atau bangunan
tersebut bergerak, sedangkan anda dan mobil diam. Kenyataannya anda dan mobil bergerak,
sedangkan pohon-pohon atau bangunan diam. Pengalaman mengenai gerak semu atau
gerak palsu ini sebenarnya kita alami setiap hari. Setiap pagi “matahari
terbit” di ufuk timur lalu bergerak ke barat dan “terbenam” di ufuk barat pada
sore hari. Demikian juga pada malam hari, anda sering melihat bulan bergerak
dari timur ke barat. Apakah anda pernah berpikir atau menduga bahwa matahari
dan bulan bergerak mengelilingi bumi, sedangkan bumi diam ?”
Mengapa
tidak katakan saja seperti melihat gunung di kanan kiri, maka anda bisa melihat
gunung berjalan dan kenyataannya gunung memang berjalan seperti awan yang
dijalankan angin, dan anda terkena/melewati angin saat berjalan melihat gunung
jadi anda bisa melihat jalannya gunung, padahal ia berjalan sebagai jalannya
awan. Gunung berjalan sebagai mana jalannya awan yang dikendalikan diantara
langit dan bumi, apa gunung dikendalikan diantara langit dan bumi atau
digerakkan oleh lempengan tektonik bumi saja??? Jadi bisa dilihat bila berjalan
melewati atau membuat angin dari sebab jalan dan benar-benar berjalan karena
digerakkan lempengan tektonik dan atau rotasi bumi juga (namun bukan penyebab
siang dan malam). Bila kita diam maka awan tetap berjalan dan gunung diam,
berbeda dengan gunung bila kita berjalan ia bergerak dan awan relatif diam bila
arahnya jalan kita sama???, Atau sebenarnya batasan bainiyyah ini ada arusnya
juga hingga berotasi juga. Maka dalam penglihatan atau perujukan ini sebenarnya
berbeda batasannya bukan bumi tapi ada dibainiyyah atau telah ada dilangit.
Jadi apa efek doffler hanya terpengaruh pada bainiyyah dan langit saja, bukan
pada batasan bumi? Seakan-akan ada batas jelas bainiyyah pemisah pada antara
gunung dan awan, maka terlihat seakan-akan adanya gerak semu berlawanan
tersebut. Dalil gunung berjalan seperti jalannya awan ini bisa jadi penguat
akan adanya rotasi bumi namun bisa pula penguat akan adanya daya ayun bumi.
Seperti pergerakan angin yang mendorong awan, maka gunung pula didorong arus
yang ada di bainiyyah (jadi materi langit itu berarus, bainiyyah juga ada
arusnya namun apakah arus bainiyyah ini adalah sebenarnya angin atau sebuah
bentuk lain pergerakan materi diudara maka perlu diteliti lagi apakah sifat
angin dapat melakukan hal tersebut pada gunung, sementara gerakan angin di bumi
sudah diketahui bermacam-macam arah), gunung serupa seperti sayap baling atau
sayap kincir bila diembus arus di udara maka ia akan memutar bumi (membuat bumi
berotasi) atau sekedar mengayun bumi saja, jadi maksud gunung berjalan real
karena sifat serupa sayap baling atau kincir dari bumi dan juga ditambah adanya
pergerakan lempeng tektonik, selain itu karena bumi tergantung dan berada
diantara materi langit serupa air maka daya dorong atau daya tarik sifat arus
dibainiyyah bisa memutarnya atau mengayunnya karena gunung yang menjadi sayap
baling atau kincirnya.
Pada
pembuatan gravitasi pada wahana antariksa, maka seperti di film yang memakai
efek berputar diluar, maka didalam mesti ada pembatas bainiyyah dengan sifatnya
agar gravitasi tercipta.
“Penelitian juga
jelas melihatkan bahwa venus berevolusi ke matahari bukan ke bumi hingga
terlihat membentuk manzilah-manzilah selayak seperti manzilah-manzilah bulan.
Pengamatan Galileo terhadap Venus menggunakan teleskop menunjukkan bahwa Venus memiliki fase sebagaimana halnya Bulan.
Fakta ini menegaskan bahwa Venus mengelilingi Matahari, berbeda dengan
pandangan Ptolemius dan penganut geosentrisme yang mengira Venus dan Matahari
mengelilingi Bumi. Karena apabila begitu, Venus tidak akan menunjukkan perubahan
fase. Ditambah dengan beberapa bukti pengamatan lainnya di tahun-tahun
sesudahnya, geosentrisme pun semakin tergeser”
“Venus telah
menjadi perhatian banyak kebudayaan sejak lama. Para penduduk suku Maya
menjadikan Venus sebagai penanda waktu dalam sistem kalendernya karena mereka
dapat hitung dan prediksikan kemunculannya yang periodik bergantian di langit
timur dan barat. Uniknya, putaran rotasi Venus berlawanan dengan putaran rotasi
Bumi. Jadi jika kita berada di Venus kita akan menyaksikan Matahari terbit di
barat dan terbenam di timur. Arah rotasi Venus yang terbalik itu biasa disebut
dengan istilah retrograde alias searah dengan putaran jarum jam jika kita
melihatnya dari kutub utara ekliptika. Namun kini diketahui bahwa sebenarnya
kutub rotasinyalah yang terbalik. Inklinasi kutub utara rotasi Venus terhadap
kutub utara ekliptika adalah 179 derajat, sangat besar dibandingkan Bumi yang
hanya 23,5 derajat saja. Penyebab inklinasi sebesar ini diduga adalah karena
ada benda besar yang menabrak Venus di awal pembentukannya dulu. Apakah ini
bisa jadi bukti pula bahwa akan ada permanen “matahari terbit dari barat” kelak
bukan hanya sehari saja, karena sampai sekarang venus tetap berbalik arah dalam
peredarannya.Venus berada di depan bumi terhadap kedudukannya pada letak
matahari artinya orbit venus selalu di depan bumi pula bila ia melakukan
revolusi kepada matahari. Venus mengelilingi matahari dalam waktu 225 hari,
Venus berotasi secara lambat dari timur ke barat. Planet Venus melakukan
putaran sekali setiap 243 hari Bumi artinya satu hari Venus sama dengan 243
hari Bumi. Ini suatu hal yang aneh karena Venus mengelilingi matahari dalam
waktu 224,7 hari Bumi sedangkan bumi mengelilingi matahari 365 hari”
Ini
sebenarnya bisa jadi pembuktian yang baik, bila ia dinyatakan sebagai berputar
pada matahari maka fase-fase/manzilah-manzilahnya yang seperti bulan tetap
harus ada venus hilang full terhalang matahari dan venus penuh pada suatu saat
dilihat dari bumi atau ada gerhana venus,
namun fase-fase ini akan berubah-ubah pewaktuannya/fasenya/sudut pandang
fasenya atau lamanya seiring berbedanya lama perputaran kepada matahari dan
perputaran bumi kepada matahari yang berbeda hari revolusinya, fase ini tidak
setetap fase bulan yang jelas waktu-waktu perhari sampai sebulannya pada bumi
dan relatif tetap sama pada tiap revolusi bulan ke bumi. Bila venus keliling
bumi maka fase-fase tiap revolusinya harus relatif tetap serupa bulan pada
bumi. Namun ini juga tidak bisa jadi patokan bila ternyata langitlah yang
benar-benar berotasi/berputar maka bisa saja ia mengikuti arus langit
terdekatnya, maka venus yang mengelilingi matahari kemudian bersama matahari
mengelilingi bumi.
Bila
matahari berputar pada bumi, dimana venus berputar pada matahari dan sebab
berputar matahari, matahari dan “venus yang mengelilingi matahari” berputar
pada bumi, maka harusnya ada manzilah venus yang setetap bulan. Berhubung bulan
langsung berputar kepada bumi, maka fasenya hanya berbentuk satu model fase, namun
venus bisa jadi punya fase dimana beberapakali venus hilang, beberapa kali
sabit venus kelihatan, hingga mencukupi satu putaran penuh “venus dan matahari”
pada bumi. Kenapa fasenya ada beberapa kali hilang venusnya, karena venus juga
berputar pada matahari, venus punya fase sekali seperti bulan berputar pada
matahari, dan dari bumi venus punya fase yang agak lebih rumit dari bulan
karena ada perputaran tambahan venus ke matahari. Namun hitungannya vasenya
akan tetap serupa hitungan bulan dari hitungan bulan “hijriah” venus.
Pola pengulangan
105,5 - 8 - 121,5 - 8 tahun bukanlah satu-satunya pola yang mungkin terjadi
dalam satu siklus 243 tahun, karena ketidakcocokan yang sangat tipis antara
waktu ketika Bumi dan Venus tiba di titik konjungsi. Sebelum tahun 1518, pola
transit Venus adalah 8 - 113,5 - 121,5 tahun, dan rentang inter-transit delapan
tahun sebelum tahun 546 Masehi adalah selama 121,5 tahun. Pola saat ini akan
berlanjut hingga transit tahun 2846, ketika akan digantikan dengan pola 105,5 -
129,5 - 8 tahun. Sehingga, siklus 243 tahun relatif cukup stabil, tetapi banyak
transit dan waktu terjadinya akan bervariasi seiring waktu. Karena perbandingan
proporsi rasional periode orbit Bumi dan Venus sebesar 243:395 adalah sekedar
perkiraan, terdapat tiga rankaian transit berbeda yang terjadi setiap selisih
243 tahun, masing-masing dapat mencapai beberapa ribu tahun, yang seiring waktu
digantikan oleh rangkaian lainnya. Sebagai contoh, terdapat sebuah rangakaian
yang berakhir pada tahun 541 Masehi, sementara rangkaian yang terjadi pada
tahun 2117 sendiri baru dimulai pada tahun 1631
Biar
tidak melebar karena penulis hanya memakai logika dan perasaan saja bukan
berdasarkan keilmuan yang dalam dan penulis juga bukan saintis, maka apakah
benar ada bainiyyah ini adalah pemisah jelas antara batasan yang dimaksud
langit dan batasan yang dimaksud bumi serupa berpisahnya 2 air laut, dan apakah
prinsipnya langit yang berputar/berotasi/berarus, dimana sementara bumi tetap
diam, maka nash-nash diatas tidak bertentangan lagi. Langit yang berarus disini
dimaksud pada materi langit yang membuat revolusi dan rotasi pada benda-benda
tidak berbaniyyah, jadi tidak diperlebar dulu kepada benda-benda angkasa
dahulu. Bila tidak apakah yang dapat menjelaskan pertanyaan mereka itu.
Bisa
jadi pula bumi tetap pula berotasi, langit juga berarus/berotasi sebagai
penyebab gaya dorong revolusi benda angkasa, soalnya ada kejar mengejar antara
matahari dan bulan, bulan mengiringi matahari.
Disini karena hanya penulis tidak
bisa mengabaikan dalil-dalil lain masalah ini, seperti hadis diatas, soalnya
ngapain lagi matahari ditahan kalau sudah sifatnya diam (bukan yang
mengelilingi bumi, heliosentris), sinar matahari di bumi, oleh atmosfir
disebarkan makanya terang yang berbeda di bumi, pada saat sinar ini masih di
luar angkasa, ia kalah sama kegelapan di luar angkasa.
Sore menjadi lama, berarti siang
dan malam merujuk ke matahari bukan kepada rotasi bumi. Inilah yang anehnya
kenapa matahari yang diminta bertahan. Bisa saja rotasi bumi membantu dalam
revolusi matahari ke bumi, seperti bisa saja matahari 6 bulan saja berevolusi,
rotasi bumi membantu agar mencukupi 1 tahun dilihat dari bumi hingga pergerakan
matahari menjadi 1 tahun terasa. Rotasi bumi seimbang dengan revolusi matahari
sama-sama 6 bulan satu putaran agar menjadi 1 tahun hitungan yang terlihat dan
agar bulan tetap berjalan normal 1 bulan beriringan atau ada hitungan-hitungan
selainnya.
Al-Baghawi
rahimahullah berkata, “Baitul Makmur: banyaknya yang memenuhi dan penduduknya,
yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan sejajar dengan Ka’bah bumi.” Ma’alimut
Tanzil 7/382, Darut Thayyibah, cet. IV, 1414 H, syamilah
Ali
bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu ditanya tentang al-bait al-ma'muur, beliau
menjawab: Suatu rumah di langit yang dinamai "Adh-Dharrah" ia selurus
dengan ka'bah dari atas, keharamannya (kehormatan) di langit sama seperti
keharaman al-bait (ka'bah) yang di bumi, di dalamnya salat setiap hari 70.000
malaikat dan tidak akan kembali lagi selama-lamanya. [Syu'ab al-iman
Al-Baehqiy]
Riwayat
ibnu jarir: Baitul Makmur letaknya sejurus dengan Ka’bah yang ada di bumi.
Seperti yang diterangkan dalam hadits Dari Qatadah dia berkata, diceritakan
pada kami bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Baitul Makmur adalah sebuah masjid yang ada di langit sejurus dengan
Ka’bah. Seandainya Baitul Makmur itu jatuh niscaya menimpa Ka’bah. Setiap hari
ada tujuh puluh ribu malaikat yang masuk ke dalamnya, ketika mereka telah
keluar, mereka tidak pernah kembali ke Baitul Makmur.” ( Ibnu Jarir, Fii Fatkh
Al-Baari Juz 9 Hal. 493)
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utasimin rahimahullah berkata, “Baitul Makmur terletak
pada langit ketujuh. Sebagaimana pada hadits ‘sejajar dengan ka’bah’ maknanya
“di atasnya”. Ini bukanlah hal yang aneh. Allah atas segala sesuatu Maha
Menguasai. Atau maknanya ‘berlawanan arah’ sebagaimana penduduk bumi
memakmurkan ka’bah maka penduduk langit juga memakmurkan baitul makmur.” Liqa’
Bab Al-Maftuh
Merujuk sejajarnya Baitul Makmur
yang ada dilangit ketujuh, bila ia mau terus sejajar maka tidak bisa dipungkiri,
bila bumi diam langit akan diam, bila bumi berotasi maka langit akan
berarus/berotasi, agar Baitul Makmur dan Kabah tetap sejajar. Jadi saat bumi
dianggap berotasi langit juga akan berotasi, maka tidak bisa dipungkiri arus
langit yang mendorong matahari, matahari didorong oleh rotasi langit ini
sebagai pembantu gaya dorongnya, dalam tabir keghaibannya digambarkan pula
adalah malaikat-malaikat yang menariknya. Bila bumi berevolusi, langit akan
ikut berevolusi maka langit berevolusi dua model, mengikuti bumi melingkar
matahari kemudian mengikuti matahari dan bumi melingkar bimasakti atau kemudian
mengikuti bima sakti melingkari sistem yang lebih besar.
surah
At-Takwiir (81) ayat 15-16 yang terjemahannya adalah :
[81:15]
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang (al-khunnas)
[81:16] yang beredar (al-jawaari) dan terbenam (al-kunnas)
Pada terjemahan bahasa indonesia
di atas, al-khunnas di terjemahkan sebagai bintang-bintang, dan al-kunnas
diterjemahkan sebagai terbenam. Al-khunnas secara literal memiliki arti menarik
(retreat), and al-kunnas secara literal memiliki arti bersembunyi, tersembunyi,
menghilangkan, membersihkan, menetralkan. Bintang sendiri dalam bahasa arab
adalah al-najm, dan planet adalah kawkaban, bukan al-khunnas.
Jadi terjemahan surah At-Takwiir (81) ayat 15-16 kata per katanya adalah :
[81:15]
Sungguh, Aku bersumpah dengan "yang menarik"
[81:16]
"yang beredar, berjalan atau berlari", "yang tersembunyi,
menghilangkan atau menetralkan"
Melihat al-jawaari dan al-kunnas
berada di dalam satu ayat, yang berbeda dengan al-khunnas, maka tidaklah salah
apabila surah At-Takwiir (81) ayat 15-16 di atas memiliki dua entitas, yaitu
benda "yang menarik" dan benda yang
"beredar/menghilangkan/menetralkan". Dalam hal ini karena surah
at-takwiir secara umum membicarakan mengenai langit, Pengertian lainnya bahwa
benda angkasa saling tarik menarik (adanya tarikan gravitasi) kemudian menjadi
beredar dan saling menetralkan gravitasi pada titik pasnya agar menjadi tetap
posisinya. Namun bisa pula yang dimaksud dan dapat dimaknai adalah sifat air di
langit yang menarik sebagai arus, menjadikannya berjalan dan tersembunyi
keberadaannya.
Ada juga
pengertiannya sebagai black hole
Black
Hole adalah bintang yang berat massanya dan terssaljuyi sehingga tidak bisa
dilihat. 2. Makhluk ini berjalan dengan kecepatan mencapai puluhan ribu
kilometer per detik. 3. Black Hole menarik, menekan, dan membersihkan setiap
sesuatu yang ditemuinya dalam perjalanannya.
Nah,
sekarang kita merujuk kepada isyarat al-Qur’an mengenai benda tersebut. Allah
berfirman yang makna harfiahnya sebagai berikut, ‘Maka aku bersumpah dengan khunnas, yang berjalan lagi menyapu.’ (at-Takwir:
15-16)
Mari
kita cermati maknanya dan sejauh mana kesesuaiannya dengan data-data saint
modern. Kata khunnas berarti sesuatu yang tidak terlihat selama-lamanya. Kata
ini terbentuk dari kata khanasa yang berarti tersembunyi. Karena itu, setan
dalam surat an-Nas disebut khannas karena ia tidak terlihat. Kata al-jawari
berarti yang berjalan atau berlari. Dan kata al-khunnas terambil dari kata
kanasa yang berarti menarik sesuatu yang dekat dan menghimpun kepada dirinya
dengan kuat. Dan inilah yang benar-benar terjadi pada Black Hole, tepat seperti
yang dibicarakan al-Qur’an.
Saint
menyebut benda ini dengan Black Hole, tetapi penamaan ini tidak tepat. Karena
istilah ‘Hole’ berarti kosong, dan itu sama sekali berlawanan dengan
bintang-bintang yang memiliki massa yang berat sekali. Dan kata ‘Black’ juga
tidak tepat secara ilmiah, karena benda ini tidak memiliki warna, karena ia
tidak mengeluarkan suatu cahaya yang bisa dilihat.
Karena
itu, kata khunnas adalah kata yang mendeskripsikan hakikat makhluk tersebut
secara tepat. Dan kata khunnas yang berarti menyapu itu kita temukan di akhir
artikel-artikel ilmiah tentang makhluk ini. Bahkan para ilmuwan menyatakan,
‘Benda itu menyapu ruang angkasa.’
Gambar
di atas menunjukkan letupan suatu bintang karena kehabisan seluruh bahan
bakarnya, dan ia mulai membentuk Black Hole (khunnas), karena energi pada
bintang ini tidak lagi cukup baginya untuk eksis sebagai bintang. Inilah yang
mengakibatkan bintang itu memudar dan meningkat gravitasinya. Dan karena itu
al-Qur’an menyebut benda ini dengan kata al-jawari al-khunnas yang berarti yang
berjalan dan berlari.
Mengenai
bobotnya, Black Hole seberat bumi itu diameternya kurang dari satu sentimeter
saja! Dan Black Hole seberat matahari itu diamenternya hanya 3 km. Subhanallah!
Black
Hole ukuran sedang itu beratnya 10.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000
kilogram, atau 10 pangkat 31, dengan diameter 30 km saja. Ada banyak Black Hole
di pusat galaksi kita dan galaksi-galaksi lain, dan satunya memiliki berat
jutaan kali berat matahari.
Bagaimana
ia bisa dilihat sedangkan ia tidak mengeluarkan pancaran cahaya? Muncul pemikiran
dari seorang peneliti bahwa Black Hole itu memiliki ukuran tertentu, dan ia
berjalan di ruang angkasa. Ia pasti akan lewat di depan sebuah bintang sehingga
cahayanya tertutup dari kita, seperti kejadian gerhana matahari. Setelah ide
itu dilaksanakan dan terbukti benar, maka para ilmuwan sepakat bahwa cahaya
bintang tersebut tertutup karena lewatnya Black Hole, sehingga mengakibatkan
tertutupnya pancaran cahaya yang bersumber dari bintang tersebut. Hal itu
terjadi selama jangka waktu tertentu, kemudian bintang tersebut kembali
menunjukkan sinarnya.
Tidak hanya terbatas pada bintang
dan matahari sebagai "penarik", tapi bisa juga meliputi planet-planet
beserta bulannya, dan objek-objek lain yang memiliki gravitasi. Faktanya,
setiap objek memiliki apa yang dinamakan dengan atom.
Atom memiliki proton sebagai "yang menarik", elektron sebagai
"yang beredar", dan neutron sebagai "yang netral". Bahkan
didalam ilmu fisika partikel, terdapat konsep yang dinamakan dengan
anti-materi, dinama anti-atom pun memiliki antiproton sebagai "yang
menarik" dan positron sebagai "yang beredar"
Istilah atom diperkenalkan
pertama kali oleh Democritus dari Yunani dengan istilah atomos, sekitar tahun
450 SM. Atomos yang berarti "tidak dapat dibagi-bagi" mengacu
kepada teori adanya elemen terkecil yang membentuk suatu materi. Istilah ini
kemudian menyebar ke wilayah-wilayah lain dengan penyebutan yang berbeda-beda.
Di arab, hal ini dikenal dengan sebutan dzarrah. Dzarrah secara spesifik
disebutkan di dalam Al-Qur'an, bahkan diterangkan pula bahwa dzarrah atau atom
dapat dibagi-bagi dan terdapat partikel-partikel yang lebih kecil daripada
atom.
[10:61]
... Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar dzarrah (atom) di
bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih
besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata
[34:3] ... Tidak ada tersembunyi
daripada-Nya seberat dzarrah (atom) pun yang ada di langit dan yang ada di bumi
dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan
tersebut dalam kitab yang nyata
Kenyataannya, saat ini diketahui
bahwa tidak saja atom dapat dipecah-pecah menjadi elemen-elemen pembentuknya
yaitu proton, elektron dan neutron, akan tetapi telah diketahui pula bahwa partikel-partikel
pembentuk atom tersebut dapat dipecah-pecah kembali menjadi sub-partikel yang
lebih kecil lagi, yaitu apa yang dinamakan kelompok sub-atomik partikel atau
partikel dasar (elementary particle/fundamental particle), yaitu :
fermion (quark dan lepton), serta bosonic.
Spektrum
cahaya
[24:35]
... cahaya diatas cahaya (nuruun ala' nuurin)...
"nuruun ala' nuurin"
menggambarkan bahwa cahaya itu memiliki lapisan. Sebagaimana Allah
menggambarkan bahwa langit itu berlapis-lapis dengan istilah "Dialah yang
menjadikan tujuh langit, satu diatas yang lain" pada surah Al- Mulk (67)
ayat 3, atau ketika Allah menggunakan ekspresi dan gaya bahasa yang sama ketika
mengatakan kemurkaan yang berlapis di surah Al-Baqarah (2) ayat 90 : "...
Karena itu mereka mendapat kemurkaan diatas kemurkaan (kemurkaan yang berlapis)
..." atau pada Ali-Imran (3) ayat 153 : "... karena itu Allah
menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan (kesedihan yang berlapis)
...", maka di surah An-Nuur(24) ayat 35 ini juga menerangkan bahwa pada
dasarnya cahaya itu berlapis-lapis.
Ilmu pengetahuan saat ini menyatakan bahwa cahaya itu terdiri dari beberapa
lapisan spektrum. Cahaya itu sendiri merupakan bagian dari spektrum
elektromagnetik dimana apa yang kita sebut sebagai "cahaya" adalah spektrum
elektromagnetik yang dapat terlihat oleh manusia (visible spectrume). Spektrum
elektromagnetik ini dibagi berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya,
dimana yang diketahui manusia saat ini adalah mulai dari sinar gamma sampai
dengan gelombang radio. Lapisan-lapisan cahaya atau dapat dilihat pada gambar
dibawah.
Kekekalan
energi
[24:35] ... (pelita itu
seperti) dinyalakan dari pohon yang diberkati - zaitun; tidak timur dan tidak
barat; yang hampir-hampir minyaknya memendarkan sinar (terang) walaupun tidak
disentuh api ...
Dikatakan bahwa pelita itu
seperti dinyalakan dari minyak yang berasal dari pohon zaitun yang khusus.
Mengapa Allah mengumpamakan dengan pohon zaitun? Karena di zaman dulu, terutama
di daerah arab dan mediterania, minyak zaitun digunakan sebagai bahan bakar
untuk lampu. Tetapi lebih lanjut Allah menyatakan bahwa pohon zaitun ini,
sebagai sumber penghasil "minyak", bukan pohon zaitun biasa, akan
tetapi pohon khusus yang mampu menghasilkan minyak yang mempu menerangi tanpa
adanya api.
Seperti halnya kilat, lonjakan listrik sendiri mampu memberikan cahaya yang
terang, akan tetapi tidak lama. Untuk membuat listrik itu memberikan penerangan
yang lama, dibutuhkan media lain yaitu filamen, dimana listrik disini berfungsi
untuk memanaskan filamen sehingga akhirnya filamen berpendar. "Sang
pelita" lebih lanjut di katakan sebagai "laa syarqiyyatin walaa
gharbiyyatin", "tidak timur dan tidak barat". Sebagian tafsir
mengatakan bahwa "laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin" disini
mengindikasikan bahwa pohon zaitun disini adalah pohon yang tidak biasa, pohon
khusus yang tidak tumbuh di timur maupun di barat.
Hal ini mengindikasikan bahwa pohon tersebut bukanlah pohon zaitun secara
fisik, akan tetapi sebagai suatu bentuk sumber energi yang nantinya akan
menghasilnya "minyak" yang merupakan simbolisasi dari energi itu
sendiri. Listrik sendiri, yang merupakan bentuk energi yang mengalir dari dari
kutub positif ke kutub negatif, sering di asosiasikan juga dengan magnet yang
memiliki kutub utara dan selatan. Bukan timur dan bukan barat. Dan energi
listrik hampir-hampir menerangi, sebagaimana halnya kilat (lightning), dan akan
terus menerangi jika disalurkan ke dalam media lain yaitu filamen yang akan
berpendar jika dipanaskan dengan energi listrik yang berubah menjadi energi
panas, yang disimbolkan dalam ayat ini dengan "minyak", menggunakan
istilah metafora yang mampu diterima pada masa ketika ayat ini diturunkan dan
tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang akan membuktikannya di masa
kemudian.
Lebih jauh perlu di perhatikan juga bahwa "laa syarqiyyatin walaa
gharbiyyatin" juga dapat di artikan sebagai "tidak memiliki tempat
terbit dan tidak memiliki tempat tenggelam" dalam kaitannya dengan
"sang pelita". Ayat ini memberitahukan kita "sang pohon
zaitun" sebagai sumber minyak (baca: sumber energi) menghasilkan
"sesuatu" yang mempu memberikan cahaya, akan tetapi
"sesuatu" itu tidak lah terbit maupun terbenam. Tentu saja, listrik
sebagai suatu bentuk energi sebagaimana yang diterangkan dalam hukum kekekalan
energi, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat di ubah
dari dan ke bentuk energi yang lain. Dalam kaitannya dengan lampu, listrik
berubah menjadi energi panas sehingga mampu memanaskan filamen yang mengubah
energi panas menjadi energi cahaya.
Menurut teori "relativitas umum", kekekalan energi ini bersifat
relatif dan sebetulnya tidak bersifat kekal karena adanya lekukan umum
wakturuang "manifold" yang tidak memiliki simetri untuk translasi
atau rotasi. Dari sudut pandang agama, tentu saja semua bentuk energi awalnya
diciptakan oleh Allah dan dapat dimusnahkan jika Allah berkehendak. Itu lah
sebabnya dalam mengindikasikan energi yang dihasilkan oleh "sang sumber
energi" atau "pohon zaitun khusus" ini menggunakan istilah
"laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin", yang berarti pada awalnya di
ciptakan, dan suatu saat dapat dimusnahkan, akan tetapi dalam proses
ditengah-tengah-nya tidak dapat diterbitkan (baca: diciptakan) dan
ditenggelamkan (baca: dimusnahkan) oleh manusia, tetapi dapat di ubah dari dan
ke bentuk energi lain
11.
Demi langit yang mengandung hujan[1570] Ath Thaariq
[1570].
Raj'i berarti kembali. Hujan dinamakan raj'i dalam ayat ini, karena hujan itu berasal
dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali
ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya.
Maka bisa pula berarti dalam arti
literal “Demi langit yang mengembalikan”, berarti membuat atau memiliki siklus,
dari awal proses ke akhir proses mengembalikan ke awal proses lagi, seperti
hujan atau langit itu sendiri juga berproses awal ke akhir dan kembali ke awal.
Hal lain lagi ia juga bisa bermakna mengembalikan atau memantulkan seperti
lapisan ozon mengembalikan sinar radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang
datang dari luar angkasa dan lapisan ionosfer memantulkan kembali pancaran
gelombang radio dari bumi kebelahan bumi lainnya, atau lapisan magnet
memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif yang berbahaya yang
dipancarkan benda-benda luar angkasa kembali ke luar angkasa sebelum sampai ke
bumi. Pengulangan serupa sistem-sistem walau dalam pemakaian dan wujud berbeda
telah dijelaskan pula didalam alkitab dan Quran
Dalam
surah Adz-Dzaariyaat ayat 1-4 di bawah :
[51:1]
Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya (waldzaariyaati
dzarwan)
[51:2] dan awan yang mengandung hujan (falhaamilaati wiqran)
[51:3] dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah (faljaariyaati yusraan)
[51:4] dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan (falmuqassimaati amran)
Arti
literal kata per kata dari Adz-Dzaariyaat ayat 1-4 di atas adalah :
[51:1]
Demi (mereka - jamak) yang menyebarkan (dan) tersebar
[51:2] dan (mereka - jamak) yang membawa beban
[51:3] dan (mereka - jamak) yang mengalir dengan mudah
[51:4] dan (mereka - jamak) yang membagi urusan
Keempat ayat di atas ketika
diturunkan 15 abad yang lalu memiliki arti yang kurang dapat dimengerti secara
literalnya pada saat itu, sehinga seringkali ditafsirkan dan diterjemahkan
dengan angin yang menerbangkan debu sekuat-kuatnya (ayat 1), awan yang
mengandung hujan (ayat 2), kapal-kapal yang berlayar (ayat 3) serta
malaikat-malaikat yang membagi-bagi urusan (ayat 4). Namun sebagaimana yang
telah dijelaskan di postingan-postingan sebelumnya bahwa pemilihan dan
penggunaan kata adalah kekuatan Al-Qur'an. Pertanyaannya, selain dapat
ditafsirkan sebagai angin, awan, kapal yang berlayar dan malaikat, arti apa
lagi yang terkandung pada Adz-Dzaariyaat ayat 1-4 di atas ?
Jika diperhatikan lebih lanjut, awal ayat ke 2-4 di atas menggunakan konjugasi
"fa" yang dapat duga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
"dan". Konjugasi "fa" ini sendiri sebagai "dan"
dapat berarti melanjutkan penjelasan dari kalimat sebelumnya, sehingga tidak
menutup kemungkinan, ayat 1-4 di atas mendeskripsikan satu hal yang sama,
dengan adanya konjugasi "fa". Lebih lanjut lagi, apakah hal yang
dicoba untuk dideskripsikan oleh keempat ayat tersebut?
Untuk menjawab hal itu, kita beralih terlebih dahulu ke 3 ayat selanjutnya
yaitu Adz-Dzaariyaat ayat 7, yang terjemahan dan transliterasi dalam
bahasa Indonesianya adalah sebagai berikut :
[51:7]
Demi langit yang mempunyai jalan-jalan (wassamaai dzaati l-hubuk)
Arti literal ayat ke-7 di atas adalah
"demi langit (wassamaa-i) yang penuh dengan (dzaati)
jalinan/rajutan". Al-Hubuk secara literal berarti "rajutan" atau
"jalinan benang". Dan yang menjadi subjek disini adalah samaa-i,
bukan samaawaati, yang berarti al-hubuk ini ada di langit pertama atau langit
dunia. Di masa sekarang, fisika kuantum telah menemukan partikel-partikel dasar
atau elementary particles, yang diyakini membentuk materi dan anti materi di
alam semesta. Di antara elemen-elemen dasar tersebut terdapat kelompok yang
dinamakan dengan bosonic, yang terdiri dari empat jenis gauge boson (photon,
gluon, Z-boson, W-boson) dan Higgs Boson. Partikel elemen tambahan yang
diajukan para ilmuwan adalah graviton, yang merupakan partikel tak bermassa
dari spin-2 boson. Untuk partikel yang terakhir, Higgs Boson, meskipun
hipotesis keberadaannya telah diketahui sejak pertengahan abad ke-20, namun
pembuktian keberadaannya secara eksperimental baru dapat dilakukan pada tahun
2012, merupakan partikel yang banyak terdapat dalam bentuk tidak stabil, yang
sangat mudah meluruh menjadi elemen-elemen lain. Penemuan Higgs Boson ini yang
diharapkan dapat membawa ke arah pembuktikan keberadaan dark matter (materi
gelap).
Partikel-partikel bosonic yang
ada di luar angkasa, yang masing-masing partikel memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing. Hal ini sesuai dengan deskripsi yang dijelaskan oleh
Adz-Dzaariyaat ayat 1-4 di atas, mengenai sifat-sifat partikel bosonic yaitu :
·
bersifat menyebarkan dan tersebar
·
memiliki gaya (force) dan sebagian
memiliki massa
·
mengalir dengan mudah di alam semesta
·
tiap-tiap partikel memiliki tugas dan
fungsinya masing-masing : gluon (interaksi gaya kuat), z & w boson
(interaksi gaya lemah), photon (elektromagnetik / cahaya), graviton (interaksi
gravitasi), higgs boson (pembentuk partikel melalui peluruhan)
[51:1]
Demi (mereka - jamak) yang menyebarkan (dan) tersebar
[51:2] dan (mereka - jamak) yang membawa beban
[51:3] dan (mereka - jamak) yang mengalir dengan mudah
[51:4] dan (mereka - jamak) yang membagi urusan
Bahasa lainnya, langit yang
disifati atau langit yang memiliki air ini, materinya menyebar dan tersebar,
dapat membawa beban berat seperti benda-benda angkasa yang bermassa, mengalir
artinya berarus dengan mudahnya dan membagi urusan, aturan rel/arusnya ini
sebagai definisi langit yang mempunyai jalan-jalan dan ada gambaran dalam tabir
keghaiban adalah matahari dijalankan diatas jalan ini dengan roda (sebagai
tabir cukuplah demikian tanpa dirinci). Jadi bahasanya ada dua, sebagai bentuk
materi lengkapnya/lebih besarnya dari dark energy ini atau pecahan materinya
(materi dasarnya) seperti diatas.
Didalam Oceanografi dikenal apa
yang dinamakan dengan water mass (massa air), yaitu suatu kumpulan air yang
memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan karakteristik air-air
di sekitarnya. Merujuk sifat air juga dijelaskan ada pula dibawah arsy, air ada
bagian langit pula dan bagian bumi pula namun serupa nama mungkin tak sama
sifat-sifat asalnya dalam definisinya.
Hadis ini juga sering dipakai
pihak tertentu buat olok-olokan terhadap umat islam :
Rasulullah
saw. bersabda, "Telah ditugaskan
kepada matahari tujuh malaikat yang melemparinya dengan es setiap hari.
Kalaulah tidak demikian niscaya ia akan membakar segala sesuatu yang dikenainya.”
(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, Abu asy-Syaikh, dan Ibn Mardawaih Abu
Umamah al-Bahili)
Dari
Abu Umamah RA; Nabi Muhammad Saw bersabda: “Kepada
matahari diutus sembilan Malaikat. Setiap harinya mereka menghujani matahari
dengan salju. Seandainya matahari tidak demikian, niscaya tiada sesuatupun yang
terkena sinar matahari melainkan pasti terbakar!”. (Hadits Shahih Riwayat
Thabrani melalui Abu Umamah)
Tidak
cuma matahari, bisa jadi milyaran bintang-bintang serupa sifat dengan matahari
baik yang lebih besar maupun lebih kecil juga dilempari salju atau es.
Dari
sini ada 2 hal yang bisa dilihat secara nyata :
- Matahari sifatnya membakar
segala sesuatu, berarti matahari punya sifat api dan panas, mengapa ia
dikatakan dapat membakar segala sesuatu?
- Agar matahari tidak membakar
segala sesuatu maka ada sifat materi luar angkasa yang dingin yang
meminimalisir atau menetralkan sifat api tersebut, gambarannya salju atau
es.
Pertama Kita lihat sifat api dibumi dan
diluar angkasa
Sifat api di bumi
Kenapa api menyala
keatas?
karena
pada saat api menyala, udara disekitarnya akan terkena energi panasnya. Panas
ini menyebabkan udara di sekitar nyala api memuai, dalam arti jarak antara molekul-molekul
udara menjadi renggang - massa jenis udara disekitar api jadi lebih ringan
sehingga bergerak menjauhi gravitasi bumi, ruang kosong disekitar api yang
ditinggalkan udara ringan tadi akan diisi kembali oleh udara dingin
disekitarnya, lalu udara dingin tersebut jadi panas, memuai, massa jenis ringan
dan bergerak ke atas, begitu seterusnya sehingga terjadi aliran udara dari
sekitar nyala api ke arah atas, menyebabkan nyala api tampak terdorong ke atas.
Coba sistem seimbang tersebut kita ganggu dengan meniupkan udara ke arah nyala
api, pasti arah nyalanya akan terganggu sesaat karena kekuatan dorong aliran
udara ke atas kalah kuat dengan tiupan kita.
Rumus Kimia Api
Sebagai
mahasiswa kimia dia pernah memberikan pertanyaan cerdas (atau tidak) mengenai
rumus kimia api. Alasannya tanah, air dan udara ada rumus kimianya, tapi apa
rumus kimianya api? Rupanya dia masih berada pada ribuan tahun yang lalu ketika
Aristoteles mengajukan mengenai empat unsur yang ada di bumi ini.
Mungkin cukup mengherankan bagi semua orang juga. Bagiku juga cukup
mengherankan dan membuatku mencari penjelasannya. Waktu itu aku belum tahu
jawabannya, hanya saja aku yakin api itu tidak seperti air, tanah ataupun
udara. Menurutku api merupakan bentuk yang lain. Tapi setelah beberapa
pencarian (yang tidak diniati) aku mendapatkan jawabannya. Ternyata aku juga
salah, api merupakan bentuk lain dari oksigen, jadi sama sekali tidak berbeda
dengan air, udara atau tanah. Tapi pertanyaan temanku itu memang sedikit tolol
dengan menanyakan rumus kimia api. Mungkin lebih beradab bila ditanyakan apa
wujud api?
Air berwujud cair. Pada suhu nol memang berwujud padat dan keras, makanya
jangan heran bila seseorang meminum jus buah, kemudian meminta ditambahkan air
keras (karena memang es memang relevan dengan istilah itu). Begitupula bila di
atas suhu seratus, air berwujud gas. Udara umumnya berbentuk gas, sedangkan
tanah umumnya berwujud padat (tak bisa kubayangkan bila udara bukan gas, atau
tanah bukan padat).
Tapi apa wujud api?
Jelas
tak mungkin menggolongkannya sebagai benda padat atau cair. Yang paling
memungkinkan disebut sebagai gas. Siapapun bisa dengan mudah menguji hipotesis
ini. Nyalakan lilin, kemudian tutup dengan gelas atau semacamnya. Tanpa
menunggu hitungan detik, api tersebut akan mati karena persediaan oksigen
habis. Semua orang tahu itu (atau tidak?)
Tapi menurut saya
pernyataan yang mengatakan api bentuk lain dari oksigen adalah pernyataan yang
paling bodoh. Mengapa, karena kalau api adalah bentuk lain dari oksigen mustahil
api itu membutuhkan oksigen lain (dari luar) untuk bertahan hidup. Contoh api
yang hidup kemudian ditutup dengan wadah yang tak memungkinkan untuk
oksigen masuk, api itu akan mati. Kalau api itu adalah Oksigen dia akan tetap
bertahan hidup dalam wadah yang tertutup tersebut karena otomatis dia tak perlu
sokongan oksigen dari luar karena dia juga oksigen. Jadi intinya api bukan lah
bentuk lain dari Oksigen dapat dipatahkan dan setiap materi mempunyai rumus
kimia juga dapat dipatahkan.
Ternyata ada penjelasan yang lebih baik. Tentunya
karena menggolongkan api ke dalam gas ada beberapa kriteria yang bisa
didebatkan mengenai sifat-sifat gas yang seharusnya melekat seperti gas
menempati semua ruangan. Api jelas tidak memenuhi kriteria tersebut, karena bila
iya maka satu sulutan saja akan membakar seantero bumi ini.
Untuk
membunuh rasa penasaran, sebenarnya ada wujud keempat selain cair, padat dan
gas yaitu plasma. Secara sederhana (mudah-mudahan) plasma merupakan gas dari
atom yang terionisasi. Dan boleh terkejut karena 99% alam semesta ini terbuat
dari plasma. Dengan adanya elektron yang ditendang atau masuk tanpa permisi ke
dalam sebuah atom, plasma memiliki karakteristik magnet dan dapat bergerak.
Pergerakannya ini tak dapat diprediksikan. Jadi ketika lingkungan berubah, maka
plasma akan berubah, seperti sepasang pedansa di pesta. Bahkan bisa dibilang
plasma itu hidup. Bahkan bagi orang kimia dan fisika benda padat seperti meja
pun dikatakan bergerak karena elektron di dalamnya tak pernah diam.
Jadi api bisa dijelaskan sebagai gas oksigen yang diberi energi sehingga
elektronnya berloncatan memancarkan emisi. Emisi ini kemudian mejadi panas dan
warna nyala.
Sebenarnya istilah plasma bukanlah istilah baru. Tentu semua orang kini tahu
tentang TV plasma, tapi ini bukan dalam konteks tersebut. Sejak abad ke-19
sudah ada yang dinamakan gas terionisasi oleh Sir William Crookes, sang penemu
elektron. Namun baru pada tahun 1928 Irving Langmuir menamakannya plasma. Waktu
itu dia tahu itu merupakan bentuk keempat, tapi tidak tahu mengapa plasma
berperilaku seperti itu. Sampai sekarang pun para ilmuwan masih mencari tahu
mengapa plasma berperilaku seperti itu, selalu bergerak sesuai dengan perubahan
lingkungan.
Plasma
diyakini para ilmuwan sebagai penyelesaian dari masalah energi terbarukan. Perlu diketahui inti matahari yang bersuhu
15 juta derajat Celsius juga berupa plasma. Sudah tak terhitung ilmuwan
yang mencoba menirukan matahari dengan membuat reaktor raksasa kemudian memfusikan
berbagai unsur dalam cakupan reaksi nuklir. Mungkin Doc Oc dalam Spiderman 2
salah satu ilmuwan ambisius itu. Dalam percobaan itu Doc Oc membuat sebuah
reaktor yang sangat besar, tapi ternyata masih gagal. Satu alasannya, dia butuh
reaktor yang lebih besar lagi. Lebih besar, bahkan sampai melahap bumi ini
sendiri. Tapi bayangkan bila manusia bisa membuat matahari kedua. Bukankah bumi
hari-hari ini sudah terlalu panas?
Mungkin sebaiknya sudahi saja pembuatan matahari kedua itu. Oleh para ilmuwan
kini plasma diproyeksikan untuk mengisi bahan bakar roket. Plasma biasanya panas, tapi ada juga yang dingin. Plasma dingin ini
bisal diaplikasikan dalam chip komputer. Siapapun tidak mau komputernya terlalu
panas kan? Lainnya, plasma bisa mensterilkan peralatan atau apapun yang akan
rusak bila dibersihkan oleh panas. Atau membunuh sel kanker tanpa membunuh sel
jaringan yang sehat. Plasma juga bisa membuat serat memiliki data serap yang
lebih tinggi. Dan bisa juga makin melekatkan tinta pada kemasan snack.
Berdasarkan kelimpahannya, para ilmuwan memprediksikan di masa depan yang tidak
terlalu jauh lagi, plasma akan digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia.
Akan tiba saatnya (bila kiamat 2012 tidak terjadi tentunya). Dan ketika saatnya
tiba tak ada lagi mahasiswa kimia yang mempertanyakan rumus kimia dari api.
Sifat api di luar
angkasa
Astronot yang berada di International Space
Station (ISS) menganalisis api di luar angkasa. Mereka berupaya mengungkap
bagaimana dan mengapa api bisa terbentuk menjadi bulatan-bulatan kecil.
Dilansir
Redorbit, Rabu (19/6/2013), ribuan reaksi kimia berlangsung secara bersamaan
yang melibatkan elemen api. Molekul hidrokarbon dari sumbu dapat menguap dan
pecah-pecah terpisah oleh panas.
Peneliti mengombinasikan proses menguapnya hidrokarbon tersebut dengan oksigen
untuk menciptakan cahaya, panas, karbondioksida dan air. Terlihat bentuk mirip
tetesan air mata yang merupakan api, sebagai efek buoyancy (gaya apung) yang
terjadi ketika udara panas naik dan menarik udara sejuk.
Api tersebut terlihat berkedip. Namun, di ruang tanpa gravitasi, proses
pembakaran dari api akan berbeda, di mana api tersebut membentuk bola-bola
kecil.
"Dalam ruang difusi molekular, terjadi proses menarik oksigen ke api dan
produksi pembakaran dari api berada di tingkat 100 kali lipat lebih lambat dari
aliran 'apung' di Bumi," jelas Dan Dietrich, ilmuwan NASA Glenn Research
Center.
Astronot di stasiun luar angkasa ini merekam segala sesuatu dari pengapian
hingga memadamkan api tersebut. Astronot merekam menggunakan kamera yang
ditempatkan di Combustion Integrated Rack (CIR) NASA. Percobaan 'memainkan' api
ini dikenal dengan nama Flame Extinguishment Experiment atau FLEX.
Astronot melakukan percobaan api tersebut untuk memahami bagaimana memadamkan
api di lingkungan mikrogravitasi. Sebab, mereka menemukan adanya tetesan kecil
yang merupakan pembakaran di dalam ruang bakar FLEX.
Pada
percobaan dalam FLEX-2, api pembakaran heptana itu padam tetapi ada hal yang
sangat mengejutkan tim, ternyata tetesan bahan bakar terus menyala. Tetesan itu
menyala tanpa ada nyala api yang terlihat.
Dijelaskan oleh Williams. Sebenarnya ada api, tapi nyala api itu sangat dingin,
sebuah kejadian yang sama sekali tak terduga. Api itu membakar pada suhu
relatif rendah antara 500 K sampai 800 K dan menunjukkan proses kimia yang
benar-benar berbeda karena normalnya api menghasilkan jelaga, CO2 dan air.
Tetapi pada nyala api tersebut menghasilkan karbon monoksida dan formaldehida.
Pada
percobaan tersebut diharapkan para ilmuwan bisa semakin memahami bagaimana api
tercipta. Dengan demikian maka bisa diterapkan pada pengapian kendaraan
bermotor agar terjadi pembakaran yang bersih dan tentunya bebas polusi.
Tetesan tersebut terus membakar. "Itu benar, mereka tampaknya akan
terbakar tanpa (terlihat) api," tutur Forman A. Williams, profesor fisika
di University of California, San Diego.
Ia meyakini bahwa api tidak benar-benar hilang, namun api di luar angkasa ini
menjadi 'api dingin' (berwarna kebiruan) yang bisa membakar pada suhu relatif
lebih rendah. Api tersebut bersuhu sekira 500-800 Kelvin, ketimbang api pada
umumnya yang bersuhu 1500 dan 2000 Kelvin.
Aneh
ini katanya api butuh udara atau oksigen diluar buat hidup? emang darimana
udara itu di dapat diluar angkasa?
Wah
… tunggu dulu, bukankah matahari tidak seperti api dalam wujud plasma diatas
itu, lihat itu ada lidah apinya keluar dan tidak berbentuk bulat seperti api
dingin itu dan matahari juga sangat panas, katanya inti matahari yang bersuhu
15 juta derajat Celsius juga berupa plasma, berarti seperti api dingin
diataskan membentuk bola, kalau panas bulat cair intinya kan, Ada dua jenis
plasma, yaitu plasma dingin dan plasma panas. Pada umumnya plasma dingin
berbentuk mirip gas. Contohnya adalah aurora (cahaya yang berpendar di langit,
terlihat di sekitar daerah kutub), sementara plasma panas berbentuk mirip zat
cair, contohnya adalah inti dari bintang-bintang yang ada di luar angkasa,
Bentuknya nyaris bulat dan terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet.
Lalu lidah api matahari apa wujudnya? Dan mengapa ia dikatakan dapat membakar
segala sesuatu? Apa badai matahari dapat membakar benda bila terkena langsung?
Apa
karena ini ya? Tentunya karena menggolongkan api ke dalam gas ada beberapa
kriteria yang bisa didebatkan mengenai sifat-sifat gas yang seharusnya melekat
seperti gas menempati semua ruangan. Api jelas tidak memenuhi kriteria
tersebut, karena bila iya maka satu sulutan saja akan membakar seantero bumi
ini. Bila lidah matahari adalah berwujud gas maka satu sulutan dapat membakar
segala sesuatu?
Gas
adalah suatu fase benda dalam ikatan molekul, bisa berbentuk cairan, benda
padat, ikatan molekul akan terlepas pada suhu titik uap benda. Gas mempunyai
kemampuan untuk mengalir dan dapat berubah bentuk. Namun berbeda dari cairan
yang mengisi pada besaran volume tertentu, gas selalu mengisi suatu volume
ruang, mereka mengembang dan mengisi ruang di manapun mereka berada. Tenaga
gerak/energi kinetis dalam suatu gas adalah bentuk zat terhebat kedua (setelah
plasma). Karena penambahan energi kinetis ini, atom-atom gas dan molekul sering
memantul antara satu sama lain, apalagi jika energi kinetis ini semakin
bertambah.
Dari
sini ada tiga hal lagi : matahari yang dapat membakar segala sesuatu dalam
wujud apa apinya? matahari melakukan fusi nuklir dan kenapa dibumi tidak bisa
membuat matahari kedua/fusi nuklir serupa itu? dan api atau O2
dikatakan butuh oksigen lagi buat hidup, Darimana oksigen luar datang dan
dimana pendingin matahari datang dari hadis diatas?
Kenapa
tidak sama dengan komet/bintang berekor, matahari nga punya ekor juga ya, kalau
ada mungkin harusnya akan dapat membakar kan?
Bagian-bagian
komet terdiri dari inti, koma, awan hidrogen, dan ekor. Bagian-bagian komet
sebagai berikut.
- Inti, merupakan bahan yang
sangat padat, diameternya mencapai beberapa kilometer, dan terbentuk dari
penguapan bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian berubah menjadi
gas.
- Koma, merupakan daerah kabut
atau daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
- Lapisan hidrogen, yaitu
lapisan yang menyelubungi koma, tidak tampak oleh mata manusia. Diameter
awan hidrogen sekitar 20 juta kilometer.
- Ekor, yaitu gas bercahaya yang
terjadi ketika komet lewat di dekat Matahari.
Inti komet adalah
sebongkah batu dan salju.
Ekor komet arahnya selalu menjauh dari Matahari. Bagian ekor suatu komet
terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas. Bentuk ekor debu tampak
berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus. Koma atau ekor komet
tercipta saat mendekati Matahari yaitu ketika sebagian inti meleleh menjadi
gas. Angin Matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang
mengepul ke arah belakang kepala komet. Ekor inilah yang terlihat bersinar dari
bumi. Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.
Wah
… kok ada salju pada komet darimana ya? Katanya udara tidak ada diluar angkasa?
H2O atau air dalam wujudnya bila cair, bentuk padatnya air itu salju
dan es, bentuk gas katanya udara? Wahh…. jangan-jangan luar angkasa ada air?
Iyalah malaikat melempar salju dan es pada matahari? Darimana coba pendingin
ini? Materi apakah yang dingin di luar angkasa? Apa wujud air diluar angkasa
karena nash dan alkitab seakan-akan merujuk bahwa langit berisi atau memiliki
air? Plasma kah?
Miliaran
komet mungkin mengorbit jauh di pinggir terluar tata surya sana, namun kita
tidak dapat melihatnya dari bumi. Mereka bersinar di langit hanya saat mereka
bergerak di dekat Matahari. Penjelasan yang paling diterima luas mengenai komet
adalah model bola salju kotor, yang diajukan oleh astronom AS, Fred Whipple
tahun 1950.
Saat
sebuah komet berada di bagian jauh tata surya, ia hanya terdiri dari nukelus.
Tanpa ekor dan tanpa coma. Bentuk dan permukaannya tidak beraturan. Nukleus tersusun sebagian besar oleh air
beku dan gas beku lainnya (salju) yang bercampur dengan padatan logam atau
batuan (kotor). Kepadatannya sangat rendah begitu juga gravitasi permukaannya.
Kedua Kita lihat sifat materi luar
angkasa yang dingin yang meminimalisir atau menetralkan sifat api mungkin dalam
wujud gasnya
Kenapa makin ke
atas suhu udara makin dingin?
Padahal
kan makin dekat dengan matahari?! Pertanyaan yang cukup fair. Sayangnya kalau
kita google, kebanyakan jawaban yang ada SALAH, yaitu menghubungkan dengan
hukum Gay Lussac yang mengatakan bahwa tekanan udara dan suhu berbanding lurus
(PV = nRT). Penurunan suhu dan penurunan tekanan udara tehadap ketinggian
adalah dua kejadian alam yang terpisah, memiliki sebab masing-masing! Jadi,
jawaban tersebut tidak tepat untuk menjawab pertanyaan di atas. Mengapa?
Pertama, hukum Gay Lussac tersebut berlaku pada suatu sistem yang tertutup dan melibatkan
volume dari gas. Kesebandingan baru berlaku apabila volumenya tetap (PV = kT) .
Padahal perlu kita ketahui volume atmosphere kita tidaklah tetap, tidak ada
batasan yang fixed dari atmosphere kita. Bila suatu tempat dipanaskan, udaranya
bukan makin besar tekanannya, tetapi malah turun karena volumenya mengembang
(ingat peristiwa angin darat dan angin laut?), Apakah sudah ada yang mencoba
menerapkan hukum Gay Lussac secara kuantitatif pada atmosfir bumi? Cobalah!
Oke,
kalau bukan karena pengaruh tekanan, jadi apa dong yang menyebabkan suhu udara
di atas jadi lebih dingin? Jawabannya sebetulnya sederhana: karena makin jauh
dari sumber panas! Analoginya adalah api unggun, makin dekat dengan api unggun
udara sekitar makin panas bukan? Dan sebaliknya makin jauh dari api unggun
(sumber panas), maka udaranya makin dingin.
Lho
kok?! Nah, ini. Kesalahan orang-orang adalah mengasumsikan sumber panasnya
adalah matahari. Bukan! Sumber panasnya adalah permukaan bumi yang menjadi
panas karena disinari cahaya matahari. Cahaya matahari sendiri sebetulnya tidak
panas, tetapi dia membawa energi yang menjadi panas kalau ketemu partikel,
seperti permukaan bumi. Itulah sebabnya
luar angkasa , bahkan yang dekat matahari sekalipun memiliki suhu mendekati 0
absolut (-273 C), karena di luar
angkasa tidak ada partikel yang bisa ditabrak cahaya untuk mengubahnya menjadi
panas! (ada sedikit debu kosmik sih, tapi sangat kecil)
Masih
bingung? Kok cahaya matahari dibilang nggak panas? Padahal kalau berjemur kita
kepanasan? Hallooo..... yang panas kan kulit kita, bukan cahayanya! Cahaya
matahari cuma membawa energi yang ketika ketemu kulit kita terus energinya
berubah menjadi panas. Coba, kalau kulit kita dibuat dari solar cell seperti
Silicon, alih-alih menjadi panas, energi matahari akan diubah menjadi listrik
di kulit kita. Oleh karena itu, hati-hati para wanita yang habis operasi
Silicon, jangan dijemur itu piranti anda, nanti tubuh anda penuh muatan
listrik, he he he, just kidding, ojo dianggap guyon.
Apakah
listrik panas? Listrik, sama seperti cahaya matahari adalah gelombang
elektromagnet. Keduanya merambat sambil membawa energi. Listrik sendiri
sebetulnya tidak panas, tetapi dia membawa energi yang kalau ketemu dengan
resistance (hambatan), misalnya setrika, filamen, lampu, dll, akan menghasilkan
panas!
Kalau
masih bingung juga, silakan pelajari lagi tentang konsep panas. Bahwa konsep
panas terkait dengan energi kinetik partikel. Tidak ada partikel, maka tidak
ada panas! Oke?
Kenapa makin ke
atas suhu udara makin dingin?
Jawaban
yang cerdas adalah karena banyak malaikat melempari milyaran bintang-bintang
serupa matahari dengan salju atau es? Tidak heran di luar angkasa suhunya dapat
mencapai -270°C (-455°F) mendekati 0 obsolut. Luar angkasa dianggap tidak
memiliki materi/partikel terkecuali ada materi yang menghalang maka radiasi
sinar matahari membuat materi itu menjadi panas, itu sebabnya astronot
berlindung disisi gelap bila memperbaiki logam diluar wahananya dan memakai
baju khusus tahan panas dan dingin ekstrem. Benarkah luar angkasa tidak
memiliki materi? Kata ilmuan sih ada cuma nga tahu apa partikel atau materi
ini?
Jangan
tanya penulis, penulis bukan saintis tapi penulis bisa berkata bahwa seperti
kata penulis diawal-awal dan seperti yang tersirat di nash dan alkitab maka
langit bersifat air atau langit adalah wadah yang berisi sifat air pula, bisa
jadi materi dari sifat air pada langitlah yang dimaksud salju dan es pada hadis
diatas, air ini pula yang menjadi adanya materi salju dan es pada komet dan
menjadikan luar angkasa diantara bintang-bintang dingin juga membuat matahari
tidak membakar segala sesuatu, masalahnya apa wujud air langit ini? Plasmakah,
plasma cair atau plasma gas, plasma dingin atau plasma panas ataukah ada wujud
kelima dari air? Apakah oksigen dari air ini yang dipakai matahari berfusi
nuklir? Dan lihatlah kenapa luar angkasa dingin selain masalah jauhnya dari
matahari atau bintang ya? Pertanyaan yang paling mendasar apakah rumus kimianya
H2O karena apakah memang materi langit ini benar-benar adalah air
yang kita tahu.
Bila
telah di dapat sifat air ini, bukan mustahil ia ada punya oksigen, maka
astronot tinggal mencari teknologi untuk merubahnya menjadi bentuk wujud gas udara/oksigen
buat bernafas lama diangkasa, bisa pula untuk membuat bumi baru dengan hujan
buatan dari langit, bukankah berarti oksigen bisa berlimpah diluar angkasa
walau dalam wujud lain awalannya tersebut, mungkin bisa dirubah kelak menjadi
oksigen buat bernafas, dan ini juga bisa menjelaskan bagaimana arus langit
terjadi dan juga bisa membuat matahari baru buat ilmuan dalam membuat fusi
nuklir tersebut, karena ini yang dibutuhkan dan berbeda sifat pada air di
atmosfir bumi (udara/gas) dan pada air di laut (cair) juga akan mempermudah
perjalanan antariksa dengan sifatnya yang menjadi banyak jalan-jalan/jaring dan
bahan bakar oksigen cair yang dapat diambil dari kandungan materi langit ini.
Adz-Dzaariyaat
ayat 1-4
[51:1]
Demi (mereka - jamak) yang menyebarkan (dan) tersebar
[51:2]
dan (mereka - jamak) yang membawa beban
[51:3]
dan (mereka - jamak) yang mengalir dengan mudah
[51:4]
dan (mereka - jamak) yang membagi urusan
Bahasa
lainnya, langit yang disifati atau memiliki air ini, materinya menyebar dan tersebar,
dapat membawa beban berat seperti benda-benda angkasa yang bermassa, mengalir
artinya berarus dengan mudahnya dan membagi urusan, aturan rel/arusnya ini
sebagai definisi langit yang mempunyai jalan-jalan, ditambah sifat tidak
menjadi partikel langit penyebab panas pada cahaya, menyebabkan dingin di luar
angkasa dan membagi urusannya buat macam-macam fungsi diatas tadi dan bila
langit diam, maka sifat lainnya materi ini adalah menarik, bila langit berotasi
maka sifat materi ini adalah mendorong. Langit bila ia wadah, selain berisi
benda-benda angkasa maka ia juga mempunyai/berisi materi sifat air. Bila langit
diam, maka bumi diam, materi langit yang bersifat air, punya daya menarik
benda-benda angkasa. Bila bumi berotasi maka langit berotasi pula, materi
langit di dalam langit yang bersifat air ini sebagai daya pendorong benda-benda
angkasa agar berevolusi dan berotasi. Sifat suhu dingin dari materi langit ini
berpengaruh atau penetral pada matahari agar tidak membakar segala sesuatu dan
dalam keadaan itu terjadi pula proses perubahan reaksi kimia pada materi langit
yang bereaksi pada matahari dimana materi langit akan menghasilkan oksigen
untuk proses penghidupan sifat api di matahari, sebagaimana hal serupa namun
sedikit beda dengan api di bumi yang butuh udara (oksigen) luar untuk hidup.
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan.
Qs. Al Baqarah: 164
Bisa
jadi ada makna lain dalam ayat ini, bahwa awal mula air di bumi adalah air dari
materi langit yang diturunkan agar planet bumi yang mati kemudian dapat hidup
yang merupakan bagian dari penyempurnaan bumi.
Sifat
suhu dingin dari materi langit ini berpengaruh atau penetral pada matahari agar
tidak membakar segala sesuatu dan dalam keadaan itu terjadi pula proses
perubahan reaksi kimia pada materi langit yang bereaksi pada matahari dimana
materi langit akan menghasilkan oksigen untuk proses penghidupan sifat api di
matahari, sebagaimana hal serupa namun sedikit beda dengan api di bumi yang
butuh udara (oksigen) luar untuk hidup.
di bawah lautan
terdapat api dan di bawah api terdapat lautan
Contoh
serupa sistem adalah api didasar laut, lava adalah berwujud cair dan panas,
laut pula berwujud cair, kemungkinan dimana fenomena ini muncul adalah dilaut
yang bersuhu dingin dengan batasan tertentu. Darimana api di laut ini dapat
hidup terus dan dari mana mendapatkan oksigen luar? Jadi perbandingannya
matahari adalah plasma panas berwujud mirip zat cair/gas, dan kemungkinan air
di langit adalah plasma dingin berwujud mirip zat cair/gas. Kedua-duanya
sebanding dengan isi dari hadis bahwa Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api
dan di bawah api terdapat lautan dengan asumsi sesungguhnya di bawah
serupa air terdapat api dan di bawah api terdapat serupa air
Pertanyaannya,
apa yang pertama memantik apinya hingga ada dan keluar (yang menjadi koreknya),
klo di darat ditiupkan udara, maka bara akan mengeluarkan api yang akan hidup
kembali. Klo dilaut ini, dari lahar ini, apa yang menjadi koreknya, arus dingin
lautkah? Lalu bila matahari dan bintang-bintang, apa yang memantik lidah apinya,
arus langit yang dinginkah? Api butuh oksigen luarkan, di darat, tiupan udara,
jelas. Di laut lahar berapi ini, tiupan air dingin laut, ada udaranya kah? Di
luar angkasa materi gelap dingin, menjadi pemantiknya, ada udaranya kah?
Baru-baru
ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan
lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat
Celcius. Meskipun suhu lava tersebut
luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap (karena materi
laut dingin menjadi dindingnya), dan
walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Firman
Allah SWT berikut ini: "Demi bukit.
Dan Kitab yang ditulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan Demi Baitul Makmur
(Ka'bah). Dan demi surga langit yang ditinggikan. Dan Demi laut, yang di dalam tanahnya ada api." (QS:
At-Thur: 1-6).
Alquran menjelaskan api di dalam lautan itu dengan istilah 'Masjur'. Dalam bahasa Arab, 'Masjur' dimaknai dengan sesuatu
yang berada di atas, dipanaskan dari oleh panas dibawahnya.
Salah
satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun
sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api
magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut
dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar
samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan
dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata
atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.
Nabi
SAW bersabda: "Tidak ada yang
mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang
berperang di jalan Allah. Sesungguhnya
di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Hadits
Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa:
Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Hadits
ini sangat sesuai dengan firman Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an
pada permulaan Surah Ath-Thur, tentang lautan yang di dalam tanahnya ada
api "al-bahrul masjur."
Bangsa
Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami
isyarat Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena
bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” (dan apabila lautan dijadikan meluap Qs. At Takwiir: 6) sebagai
menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga
dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan.
Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin
dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat
tanpa ada yang rusak salah satunya?
Namun
firman Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana
empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).
Hal
inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa
kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan
mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan
menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti
baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan
pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia
dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil
menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Mengapa
penulis mengambil hadis tentang malaikat-malaikat ini :
Perlu
diingatkan, dalam tabir, malaikat ada yang bertugas menurunkan hujan juga ada
yang berwenang terhadap awan dan petir, bagaimana cara dan keadaannya itu hal
bertabir, maka biarkanlah sesuatu itu tetap dalam keghaibannya dan bila ia
tertulis didalam nash imanilah demikian adanya, namun dalam ayat kauniyah (alam
semesta nyata dan saint) siklus hujan dan banyaknya hujan, cara terjadinya
petir dan pergerakan awan bisa dijelaskan oleh saint, dalam ayat-ayat
syariahnya itu punya beberapa makna dan hikmah karena ini memang mengandung penjelasan
terhadap kejadian pada alam semesta manusia makanya nash-nash ini bisa
menjelaskan dan dijelaskan oleh saint, namun ada juga yang benar-benar bertabir
tanpa bisa dijelaskan oleh saint maka imanilah dalam keadaan seperti apa adanya
tabir itu dan perlu diingatkan kalau nash berbicara Allah SWT maka sangat
berbeda, ini tidak termaksud dapat dijelaskan proses nyatanya dalam ayat
kauniyah karena sangat diluar jangkauan saint, dalam tabir, imani demikian
adanya apa yang tertulis tanpa dimajaskan atau dirinci bagaimana cara dan
keadaannya, Bila Allah berkata bersemahyam diatas
arsy maka demikianlah adanya, bila Allah berkata dekat dikala hambaNya sujud,
demikianlah adanya. Namun bukan dalam sudut pandang, menempatkan atau
mengadakan dzatNya dan sifatNya dapat diwujudkan pada apapun makhlukNya, dan
bukan dalam sudut pandang membatasi kesempurnaan kemampuan dan keilmuan Allah
SWT dan sudut pandang yang tepat adalah ihsan, dalam ayat-ayat
syariah/Qauliyah maka tiap hikmah yang ada didalamnya, fahamilah itu.
Ayat
Qauliyah, Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt.
di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang
cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95): 1-5 Demi (buah) Tin dan
(buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman;
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Ayat Kauniyah, Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling
yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian,
peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya
mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang unik,
maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya
QS.
Nuh (41): 53 Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Dia-lah yang
menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. QS. Ali 'Imran: 7
[183].
Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat
dipahami dengan mudah.
[184].
Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung
beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali
sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya
Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang
ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan
lain-lain.
Bukti adanya serupa
air di langit
Ilustrasi : Punch Hole (Lubang di
Langit). Teori lainnya : Pesawat terbang dapat membuat lubang di awan dan
menyebabkan hujan, inilah yang disimpulkan dari penelitian terbaru, juga teori
lainnya lagi : Awan berbentuk melingkar dengan sabuk pelangi itu ternyata
sebuah lubang awan (Falstreak Hole) atau juga dikenal sebagai pukulan lubang
awan (Skypunch). Lubang-lubang tersebut terbentuk ketika tetesan air di awan
membeku menjadi kristal es, menjadi sedikit lebih berat dari tetesan sekitarnya
sehingga menarik sebagian dari awan ke bawah. Efek pelangi terjadi karena
kristal-kristal yang membeku tersebut membiaskan cahaya.
Ibrahim
B. Sayed, seorang ahli fisika dan profesor obat-obatan nuklir dari Universitas
Louisville, AS, mengungkapkan kekagumahnya atas kebenaran ayat-ayat Al-qur'an
tentang fenomena-fenomena alam dari pandangan ilmu pengetahuan "Telah
terbukti dalam sejarah, Islam tidak pernah berselisih dengan sains, dan
Al-qur'an tidak berkontradiksi atau berlawanan dengan penemuan-penernuan sains
modern. Sejalan dengan itu para pakar Barat memuji ilmuwan-ilmuwan Muslim yang
telah menguasai Ilmu pengetahuan jauh lebih dulu dari mereka. Bahkan 1400 tahun
sesudahnya, sains modern mulai menerangi kebenaran wahyu-wahyu Al-qur'an dan
menguatkan keabsahannya." tutur Ibrahim B. Sayed selanjutnya.
Tidaklah kamu
melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari
siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan. Qs.
An Nuur: 43
Antara
lain ia mengutip surah an-Nur: 43 yang isinya menceritakan bagaimana Tuhan
mencucurkan hujan dari awan yang ditiupkan angin ke suatu tempat dan menjadi
mendung yang kian pekat dan padat. "Tidakkah
kaulihat Allah menggiring awan dan mengumpulkannya, lalu menjadikannya
bertumpang tindih. Maka kaulihat hujan pun turun dari celah-celahnya. Pada
saat tersebut Allah menggambarkan proses terbentuknya awan dan hujan yang
mengucur dari awan-awan itu. Fenomena ini sudah dikenal seluruh umat manusia
dan bukan sesuatu yang luar biasa.
Akan
tetapi, satu hal yang belum diketahui kebanyakan manusia adalah kelanjutan ayat
tersebut yang bercerita tentang komet-komet salju, yang di situ dinamakan
gunung-gunung dari baradin. Tetapi anehnya, bukan berasal dari awan, melainkan
dari langit atau ruang angkasa. "Dan
Allah menurunkan dari langit, gunung-gunung berisi butiran-butiran es yang
dijatuhkan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya, dan dipalingkan dari siapa
pun yang dikehendaki-Nya." Ayat-ayat senada dapat dijumpai pula pada
surah al-Baqarah: 22 yang mengatakan bahwa A1lah menurunkan air dari langit dan
bukan dari awan. Juga pada surah Ibrahim: 32 serta an-Nahl: 10 dan 65.
Masalahnya
ialah, mengapa Allah menyatakan bahwa ia menurunkan air dari langit,
bertentangan dengan pernyataan lainnya bahwa air itu turun dari awan? Bila
tidak dipelajari secara cermat, penggal kedua ayat 43 surah an-Nur tersebut,
yang menyatakan bahwa Allah menurunkan gunung-gunung berisi butiran-butiran es,
akan membuat orang kafir lebih meremehkan dan memandang rendah firman-firman
Tuhan. Sebab yang dimaksud dengan baradin dalam ayat itu, atau hati dalam
bahasa Inggrisnya, adalah hujan beku atau batu es.
Ayat
ini dengan jelas menerangkan bahwa Tuhan menurunkan gunung-gunung berisi
bola-bola es atau komet-komet salju dari langit ke bumi. Sampai tahun 1986
fenomena tersebut belum diketahui manusia. Barulah pada tahun 1988 kebenaran ayat
itu mendapat konfirmasi dari ilmu pengetahuan, atau dalam bahasa yang lebih
tepat, ilmu pengetahuan baru menemukan kebenaran ilmiah yang sudah lama
diungkapkan oleh Alquran. Dr. Louis Frank, seorang ahli fisika dari Universitas
Iowa, mempelajari data yang dikumpulkan oleh satelit Dynamic Explorer 1 sejak
tahun 1981 hingga 1986.
Satelit
tersebut merekam gambar-gambar ultraviolet, terutama untuk mempelajari lapisan
udara yang mengitari bumi. Dari gambar-gambar ini Dr. Louis Frank menemukan
lubang-lubang yang menembus atmosfer. Hingga saat itu belum ada yang bisa
menerangkan, lubang-lubang apa itu sebenarnya. Ia memilah-milah sejumlah
penjelasan dari berbagai pakar setelah menganalisisnya dengan tekun. Akhirnya
ia menyimpulkan bahwa lubang-lubang itu hanya mungkin terbuat oleh bola-bola es
atau komet-komet salju yang datang dari ruang angkasa (langit).
Ia
memperkirakan, tiap komet beratnya sekitar 100 ton, terbungkus oleh lapisan
hidrokarbon berwarna hitam. Komet-komet itu berjatuhan ke bumi kurang-lebih 100
juta banyaknya tiap tahun, atau 19 butir tiap menit. Ukurannya kira-kira 30
kaki (20 meter). Menurut Dr. Clayen Yeates, ahli fisika pada Laboratorium
Tenaga Dorong Jet di Pasadena, komet-komet tersebut berkecepatan 10 km per
detik sejajar dengan kecepatan bumi, dan berada 1000 km di atas bumi. Bola-bola
batu atau komet-komet salju itu lalu berpencaran menjadi butiran-butiran kecil
dan menguap di atmosfer. Akhirnya uap ini akan berjatuhan sebagai hujan dan
menyatu dengan sistem perputaran air di bumi.
Dalam
perhitungan Dr. Louis Frank, tiap 10.000 tahun komet-komet itu dapat mengisi
satu Inci dari seluruh persediaan air yang terdapat di bumi. Maka bumi ini
terbentuk 4,9 biliun tahun yang lalu, dan kejadian tersebut sudah berlangsung
sejak awal terbentuknya bumi, proses turunnya komet-komet itu memang dapat
memenuhi kebutuhan air untuk mengisi semua lautan dan bungkahan-bungkahan salju
di kutub.
Dengan
menggunakan teleskop yang dapat menangkap seisi ruang angkasa di Observatorium
Kltt Peak, Arizona, Dr. Yeates meneropong ke langit dan melihat bola-bola es itu berada pada jarak 150.000
km di atas bumi. Ia berhasil memotret bola-bola es atau komet-komet salju
itu kian mendekati bumi. Seraya mendecak takjub la berkata kepada Prof .
Ibrahini B. Sayed, "Sungguh mengherankan. Hasil-hasil penyelidikan ini
sesuai betul dengan ramalan-ramalan Al-qur'an."
Dan Kami turunkan
dari langit air yang Amat bersih.
(Al-Furqon 48) Yakni dengan memandang “min” dengan makna Ibtidaiyyah atau
permulaan, seperti pendapat sebagian Ulama’. Dengan kata lain makna ayat adalah
“Dan Kami turunkan bermula dari langit air yang amat bersih”.
Pen:
karena diluar angkasa adalah gudangnya mata air lumpur hitam (air langit) yang
matahari tenggelam diantaranya (akan diterangkan belakangan sekaligus
keterangan tambahan tentang kisah Zulkarnain)
(islamlagi)
Subhanallah... Sebuah teori mengatakan asal-usul air adalah dari objek
trans-Neptunus, atau meteorit (protoplanet) yang kaya akan air menabrak Bumi. Pengukuran
rasio isotop hidrogen deuterium dan protium menunjukkan peran asteroid karena
kemiripannya dengan persentase ketidakmurnian dalam kondrit yang kaya akan
karbon di samudra Bumi, sementara pengukuran terhadap konsentrasi isotop di
komet dan objek trans-Neptunus tidak terlalu mirip dengan yang di Bumi. Melihat
unsur yang terkandung dalam air, teori inilah satu-satunya yang lebih masuk
akal.
Dr.
Masaru Emoto, ketua dari Institute International Hado Membership (IHM) yang
telah melakukan beberapa eksperimen yang menakjubkan mengenai kristal air.
Menurutnya, lima tahun yang lalu, sebuah asteroid membawa es ke bumi. Para
peneliti dari Universitas Hawaii mengukur dan menemukan bahwa beratnya 100 ton.
“Setiap tahun ada puluhan juta kepingan es sebesar itu jatuh ke bumi dari ruang
angkasa. Apabila kita menghitung jumlah air yang terbawa, orang akan melihat
bahwa sangat mungkin asal mula air di bumi berasal dari ruang angkasa. Para
peneliti Universitas Hawaii mengatakan bahwa mungkin pada permulaan di bumi tidak
ada air dan air muncul di bumi berasal dari ruang angkasa.
Pendapat
Masaru Emoto tersebut diperkuat dengan penemuan terbaru. Seorang peneliti dari
ilmu fisika Universitas Lowa menyimpulkan bahwa setiap hari ribuan komet
berukuran rumah-rumah kecil memasuki atmosfer bumi, dan semuanya dapat
dikategorikan planet-planet air. Begitu komet-komet ini memasuki atmosfer,
mereka terurai dan berubah menjadi uap air. Foto-foto yang merekam bumi pada
saat itu memperlihatkan titik-titik gelap yang dinaungi oleh uap air. Foto-foto
ini dapat membantu mengindentifikasi ukuran dan jumlah komet pembawa air
memasuki atmosfer bumi. Fisikawan, Louis A. Frank mengatakan bahwa mereka
menemukan sesuatu datang pada kecepatan dua puluh komet per menit atau satu
komet per tiga detik. Dia juga mengatakan tipe komet tersebut terlihat seperti
dua buah kamar rumah kecil dan beratnya dua puluh sampai empat puluh ton.
Profesor
Frank menggunakan satelit NASA untuk mengambil gambar-gambar tersebut. Pertama
kali dia mempublikasikan hasil penelitiannya pada tahun 1986. Dia mengatakan
kepada wartawan CNN bahwa ini sepertinya “hujan kosmik” yang halus dapat
dianggap satu-satunya sumber air di bumi. NASA pun menanggapi penelitian Dr.
Frank dengan serius. Petugas NASA, Steve Maran memberitahu CNN bahwa walaupun
masih memerlukan banyak penelitian untuk benar-benar memahami komet-komet ini,
namun jelas sekali bahwa mereka mengandung jumlah air yang besar.
“Kulit
es yang keras ini mengelilingi dengan longgar membungkus “bola-bola salju”.
Ketika komet-komet masuk ke atmosfer bumi, bola-bola salju tersebut terurai dan
menjadi uap air. Tidak seperti komet yang lebih besar, mereka tidak mengandung
debu dan metal. Kesimpulannya, mereka tidak terang seperti komet besar ketika
melintas udara. Sejak mereka terurai terpisah pada ketinggian di atas 965 km,
mereka bukan sebuah ancaman bagi manusia atau pesawat terbang,” demikian
seperti dikutip CNN belum lama ini.
Menurut
penelitian ilmiah terbaru ini telah ditemukan bahwa air bumi terbentuk selama
jutaan tahun dari luar angkasa melalui miliaran meteor yang jatuh di Bumi.
Sangat menakjubkan bahwa Al-Qur'an telah mengungkapkan sumber air dari langit.
Allah SWT mengatakan:
Dan Kami turunkan
air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (Al-Mukminun : 18)
Subhanallah...Ayat
ini menegaskan bahwa sumber air bumi adalah dari langit, sebuah fakta yang
telah terbukti secara ilmiah. Sepertinya fakta ilmiah itu tidak diketahui pada
saat wahyu Al-Qur'an. Ini perlu direnungkan, karena pertanyaan ini diungkapkan
jauh sebelum manusia mengetahui alat cangggih dan jauh sebelum manusia memiliki
ilmu tentang astronomi. Namun hal ini merupakan fakta bahwa wahyu yang diterima
Nabi Muhammad telah membimbing dan menjelaskan akan fakta yang telah ditemukan
para ilmuan empat belas abad yang lalu. Subhanallah...MahaBenar Allah atas
segala firman-Na. (K.7,A.A)
Jadi
dalam ayat An Nuur: 43 terdapat pengertian akan dua makna tentang proses hujan
dan hujan salju di bumi (bainiyyah) dan serta makna kedua tentang awal mula
proses terciptanya air (sungai, danau dan lautan) di bumi yang berasal dari
sifat air di langit yaitu dengan turunnya hujan dari langit (dari mata air yang
berlumpur hitam).
Jadi
udara yang kita hirup di bainiyyah juga bisa dikatakan atau dikatagorikan
sejenis air pula, air dalam wujud gas atau plasma gas.
Dan Kami turunkan
air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Qs. Al Mu'minuun: 18
Pen:
didalam alkitab juga ada dijelaskan dibaginya air ini, yang satu
bertempat-tempat khusus dan tidak tersebar kemana-mana (dibatasi daratan)
Itu
pula sebabnya ada juga orang-orang yang berpandangan bahwa kekhalifahan bangsa
jin (Nisnas di bumi) telah ada saat bumi masih mati yaitu mungkin masih
berbentuk padat panas membara atau belum ada kehidupan untuk manusia yang
mendukung, orang-orang ini berpandangan pada ayat Al 'Ankabuut: 63
Dan sesungguhnya
jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari
langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu
mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi
Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). Qs. Al 'Ankabuut: 63
Dengan
makna lain bahwa cobalah kau tanya bangsa Jin, Syetan dan Iblis atau nenek
moyang Jin, Siapa yang menurunkan air hujan dari langit ketika bumi masih
membara/mati hingga ada air di daratan bumi, Tentu mereka akan menjawab:
"Allah". Dengan pengertian mereka mengetahuinya karena pernah
langsung melihat dan mengalami peristiwa tersebut. Kemudian setelah peristiwa
itu, terciptalah air sungai, danau dan laut dan muncullah kehidupan pohon-pohon
pada masa ketiga (Tanah liat pada hari Sabtu, gunung pada hari Minggu,
pepohonan pada hari Senin). Karena tentang Nisnas ini masih lingkup tabir
(penulis tidak membenarkan dan menyalahkan, cukuplah batasannya
kemungkinan-kemungkinan yang ada, karena manfaatnya juga kurang untuk tahu detailnya).
Masih
berpikir tidak ada serupa air dilangit? dari mana komet-komet salju murni itu
ada dan muncul dilangit?
“Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?” Qs. Al
Anbiyaa': 30
Air
= H2O, terdiri dari hidrogen dan oksigen, hidrogen adalah materi pertama muncul
setelah pengembangan alam semesta sebelum fixnya (ada hadis yang menyatakan
telah fixnya besaran alam semesta) atau (baca: hanya bisa diambil separuh
pengertian big bang, mengembangnya langit sebatas besaran apa yang Tuhan
kehendaki saja) yang merupakan materi penyusun alam semesta, sedangkan oksigen
adalah 70% materi di bumi.
Apakah
segala makhluk hidup di bumi saja yang berasal dari air, tidak untuk semua
apa-apa yang ada di alam semesta manusia ini berada.
"Dan Dia-lah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya
(sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih
baik amalnya."
(QS. Hud: 7)
Ini
merupakan berita dari Allah Ta'ala bahwa Arasy-Nya dahulu di atas air sebelum
diciptakannya matahari dan bumi serta apa yang ada di dalamnya.
Qatadah
berkata, "Tuhan kalian menjelaskan kepada kalian bagaimana awal penciptaan
sebelum diciptakannya matahari dan bumi." (Tafsir Thabari, 15/246)
Bukhari
juga meriwayatkan (no. 2953) dari Imran bin Hushain radhiallahu anhuma, bahwa
sejumlah orang dari Yaman bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
"Kami bertanya kepada anda tentang perkara ini" Beliau berkata,
'Dahulu Allah, tidak ada sesuatupun selain-Nya, dahulu arasy-Nya di atas air,
Dia menulis dalam sebutannya segala sesuatu, lalu Dia menciptakan langit dan
bumi."
“Arsy
berada di atas air, dan Allah ‘azza wa jalla berada di atas ‘Arsy, yang
mengetahui apa-apa yang kalian lakukan” [HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir;
shahih]
Berkata
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu: "Al-Qalam ini Allah ciptakan
ketika Allah memerintahkannya menulis taqdir semenjak 50 ribu tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi, jadi Al-Qalam tersebut diciptakan sebelum langit
dan bumi, dan dia adalah mahluk pertama yang pertama dicipta sebelum alam
semesta, dan penciptaannya setelah Al-'Arsy, sebagaimana ditunjukkan oleh
dalil-dalil dan inilah pendapat jumhur salaf" (Majmu' Al-Fatawa 18/213)
Kesimpulan
yang bisa kita ambil dari hadist-hadist dan ucapan para ulama di atas bahwa
Al-Arsy dan air lebih dahulu diciptakan daripada Al-Qalam, namun bukan berarti
maknanya Al-Arsy adalah mahluk yang pertama kali Allah ciptakan secara mutlak,
karena yang demikian butuh dalil yang jelas dan shahih. (Lihat lebih jelasnya
perkataan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu' Al-Fatawa 18/217)
“Sebelum
menciptakan alam semesta, Allah telah mengetahui dengan ilmu-Nya yang qadim,
bahwa Dia akan menciptakan udara, dan akan menciptakan langit di atas udara
tersebut, dan akan menciptakan laut dari air, dan akan menciptakan roda
diatasnya sebagai kendaraan bagi matahari yang menyinari dunia”, dalam hal ini bila diurutkan dan
bila dikhususkan sebelum jadi/ada alam semesta, dengan ilmuNya, Allah SWT telah
tahu juga dan kemudian akan membuat/menciptakan
adanya roda (rel) diatasnya sebagai kendaraan matahari atau maksudnya
adanya roda diatas air (materi langit) jadi bisa disimpulkan atau dapat
dikatakan udara adalah sifat bainiyyah antara bumi dan langit, langit berada
diatasnya dan salah satu isi dari langit yaitu materi langit disifati seperti
air atau punya arus dan sebagaimana sifat air seperti itulah sifat materi
langit dan dijelaskan juga laut yang ada dibumi ada karena awalnya diciptakan
dari sifat air dari materi langit ini salah satu kemungkinannya dengan siklus
hujan yang turun dari langit, maka arus dari air ini atau sesuatu materi diatas
air langit atau melingkupi/membungkus air langit ini menjadi serupa arus/rel
yang akan menjadi serupa sistem kerja dari roda agar matahari dan benda-benda
angkasa lain dapat bergerak. Jadi pergerakan benda angkasa bukan hanya pengaruh
2 gravitasi tarik menarik dari benda angkasa namun juga karena adanya arus/rel
di dalam langit, dapat dikatakan pula pengaruh gravitasi menahan agar tidak
keluar orbit arus/rel ini. “Sebelum
menciptakan alam semesta, Allah telah mengetahui dengan ilmu-Nya yang qadim,
bahwa Dia akan menciptakan udara (bainiyyah), dan akan menciptakan langit di
atas udara tersebut, dan akan menciptakan laut dari air (air yang dimaksud air
yang berada dilangit, laut di bumi awalnya berasal dari air di langit), dan
akan menciptakan roda (bersifat arus atau rel) diatasnya (diatas air dilangit)
sebagai kendaraan bagi matahari yang menyinari dunia”. Berdasarkan sistem
“jalan-jalan/rajutan/jalinan” maka bisa ada pengertian lain pula tentang “Dia menciptakannya dari mutiara putih
dengan ukuran 140 kali ukuran bumi, dan meletakkannya di atas roda (‘ajalah).
Roda ini memiliki 860 tali pengikat (‘urwah) dan pada setiap tali itu terdapat rantai
dari yaqut merah. Allah memerintahkan 60.000 Malaikat Muqorrobin untuk menarik
matahari dengan rantai-rantainya itu”, seperti bahwa tarik menarik
gravitasi antar benda-benda angkasa tidak hanya terhadap 2 benda angkasa
melainkan ia tiap-tiap pada satu benda angkasa bisa berjumlah banyak tarik
menarik gravitasi seperti kemungkinan matahari berjumlah 860 daya tarik menarik
hingga dikatakan sebagai “jalan-jalan/rajutan/jalinan, serupa jalinan benang
atau rajutan dan juga kemungkinan lainnya lagi, ini bisa menyerupai suatu
kaedah perhitungan atau rumusan terhadap sesuatu hal.
Dalil
“gunung berjalan seperti jalannya awan”
bisa jadi penguat akan adanya rotasi bumi namun bisa pula hanya penguat akan
adanya daya ayun bumi. Seperti pergerakan angin yang mendorong awan, maka
gunung pula didorong arus yang ada di bainiyyah (jadi materi langit itu
berarus/berrel, bainiyyah juga ada arusnya namun apakah arus bainiyyah ini
adalah sebenarnya angin atau sebuah bentuk lain pergerakan materi diudara maka
perlu diteliti lagi apakah sifat angin dapat melakukan hal tersebut pada
gunung, sementara gerakan angin di bumi sudah diketahui bermacam-macam arah),
gambarannya gunung serupa seperti banyak sayap baling atau banyak sayap kincir
yang tertanam kuat pada inti baling atau kincir tersebut (bumi) agar tidak
lepas atau pecah dari intinya dan bila diembus arus di udara maka ia sebagai
sayap tersebut akan memutar bumi (membuat bumi berotasi) atau sekedar mengayun
bumi saja, jadi maksud gunung berjalan real karena sifat fungsi serupa sayap
baling atau kincir dari bumi dan juga ditambah adanya gerak lain gunung dari
pergerakan lempeng tektonik, selain itu karena bumi tergantung dan berada
diantara materi langit serupa air maka daya dorong atau daya tarik sifat arus
dibainiyyah bisa memutarnya atau mengayunnya dengan mudah dan sedikit gaya
tarik atau dorong saja karena gunung yang menjadi sayap baling atau kincirnya
bumi.
Dalam
badan kita ada banyak air, tapi kenapa bila kulit terluka, darah yang keluar?
Dalam hati kita ada banyak darah, tapi kenapa bila hati terluka, airmata yang
keluar?
Sekarang
tinggal mencari materi apa yang keluar dari bumi yang kembali ke langit???
Selain dari amal dan doa.
Dialah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia
mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa
yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. Dan Dia bersama
kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan Qs. Al Hadiid: 4
[1454].
Yang dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan do´a-do´a
hamba.
Maka
Beliau berkata; "Dialah Allah yang
tidak ada sesuatu selain Dia sedangkan 'arsy-Nya di atas air, lalu Dia menulis
di didalam adz-Dzikir (Kitab) segala sesuatu (yang akan terjadi) lalu Dia
menciptakan langit dan bumi"
Berdasarkan
hal ini kemungkinan pada zat “Kursi” telah terdapat serupa air pula, dan dalam
penciptaan langit dan bumi pada sewaktu masih bersatu, sebingkah penuh maka
telah terdapat materi awal atau adanya atom hidrogen dan oksigen awal,
diantaranya akan membentuk serupa air pada langit dan mengembangkan atau
memiliki juga partikel/atom hidrogen dan partikel/atom oksigen dan diantaranya
yang lain ia membentuk sesistem tanah diatas air (yang dimaksud serupa air di
langit, terjadi bersamaan dengan pembentukan air langit itu pula) dan darinya
bumi dibentuk dan diperluas.
Setelah
langit tunggal terbentuk dan bumi terbentuk, kemudian terjadi proses
pembentukan bainiyyah, dengan adanya cahaya dari langit tunggal maka terjadilah
siklus air dari langit ke bumi dan kembali ke langit dan setelah dalam tahap
penyempurnaan bumi atau telah ada tumbuh-tumbuhan maka siklus ini juga membawa
mikroorganisme dari bumi, selain ada juga akibat letusan gunung berapi dan
jatuhnya meteor kelak setelah terbentuknya meteor. Microorganisme ini yang
kelak akan menjadi pemicu dan pengikat agar terbentuknya sesistem tanah lain di
langit dan darinya sebuah benda angkasa dibentuk dan diperluas dan
menjadikannya sistem paralel serupa yang sambung menyambung membentuk
benda-benda angkasa lainnya dan akan mengisi penjuru langit terdekat sambil
sementara langit mulai membentuk lapisan-lapisannya, setelah kejenuhan didaerah
sekitarnya bumi, ia membentuk sesistem tanah yang lain yang kemudian kelak
bersamaan ketika terbentuk banyak akan dijadikan sebagai alat pelempar setan,
demikian pula kejenuhan ditempat lain-lainnya. Hipotesa ini berdasarkan adanya
penemuan banyaknya alga/ganggang sejauh 900 km diatas bumi, kemungkinan siklus
tersebut benar-benar membawa microorganisme dari bumi ke langit. Namun hal ini
tidak bermaksud membenarkan evolusi manusia, karena terhadap penciptaan manusia
ia berbeda caranya.
“Wallis
memperoleh sampel meteorit dari peneliti Sri Lankan Medical Research Institute
di Kolombo. Sebanyak 628 pecahan batu meteorit diberikan oleh peneliti Sri
Lanka. Wallis dan timnya yang melakukan identifikasi sampel-sampel tersebut.
Mereka menemukan ada tiga sampel yang tergolong carbonaceous chondrite. Mereka
mengonfirmasi bahwa batuan yang dimaksud memang berasal dari pecahan meteorit.
Merujuk pada hasil foto elektron fosil alga yang ditemukan, Wallis menegaskan
bahwa flagella tipis yang dimiliki oleh fosil alga itu merupakan bukti bahwa
mikroorganisme yang melekat di meteorit tersebut telah berevolusi dengan
lingkungan yang memiliki gaya gravitasi dan tekanan rendah. Fakta yang
mengejutkan dari kajian Wallis dan timnya adalah, semua fosil yang ditemukan di
sampel yang dianalisis seluruhnya adalah jenis mikroorganisme perairan tawar yang hidup di Bumi. Alga
(ganggang) dapat terbawa udara. Kapan asinnya air baru ada pertama kalinya?”.
Kemungkinan
ada pula siklus perubahan serupa air dari bainiyyah (udara) menjadi bentuk
terionisasi di langit, lalu diantaranya serupa air dilangit membentuk meteorit
kecil es yang juga akan ada yang kembali jatuh ke bumi. Jadi bentukan siklus
hujan ada 2 jenis, siklus yang terjadi hanya di bainniyah saja dan siklus yang
terjadi pada bumi dan langit. Perkiraan penulis, siklus ini yang keluar dari
bumi bisa berupa gas, yang paling mungkin adalah metana atau karbondioksida
atau oksigen (udara) itu sendiri. Kemudian ia terionisasi menjadi bentuk plasma
gas dingin atau mungkin pula ada wujud kelima air.
Bila
kita berkata “dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup”, Api dalam rumus kimianya adalah O2, atau
oksigen juga, maka sama saja berpendapat Iblis, Syetan dan Jin terbuat dari
unsur oksigen dalam wujud plasma (api), tidak heran mereka dapat berjalan dalam
aliran darah serupa oksigen yang kita hirup, keluar masuk ke tubuh. Jadi apa
rumus kimia tanah, yang manusia terbuat dari tanah? Selain itu berapa umur
tertua tanah liat, karena berdasarkan hadis, tanah liat adalah masa awal bumi
terbentuk dan yang tertua ada dibawah Kabah, itulah prediksi yang paling
mendekati umur dunia. Lalu apakah cahaya punya rumus kimia pula? Apa unsurnya
dan apa wujud cahaya itu? Berapa kecepatan materi pecahan cahaya ini? Seperti
tersirat pada makna lainnya bahwa ada pecahan atom dan pada cahaya dan ia
merupakan cahaya pula, cahaya ini terbungkus cahaya pula. Maka konstanta
kecepatan cahaya sekarang pada saint bisa ada yang mengalahinya. Apa
konsekuensinya? Tahukah kalian apa konsekuensi geosentris adalah benar? Banyak
dalil-dalil astronomi sekarang akan hancur dan dalil-dalil evolusi akan hancur
pula serta filsafah/ideologi ikutannya akan runtuh pula. Namun bisa pula
perhitungan heliosentris dan geosentris, masing-masing dipakai pada skala dan
tempatnya tertentu pula.
Allah (Pemberi)
cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di
dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara,
yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun
yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Qs. An Nuur: 35
Disini
penulis bukan ingin menentang saint, penulis hanya ingin berkata bila sudut
pandang kita adalah saint menjelaskan nash, maka ia mempunyai batasan sebatas
apa adanya penemuan saint pada masa tersebut saja namun bila kita selalu
berpatok nash menjelaskan saint maka batasannya adalah sampai puncak ilmu
pengetahuan yang diberi Allah untuk manusia, sudut pemikirannya bisa jauh lebih
kedepan dari batasan saint yang ada saat ini. Namun itupun juga sejauh mana
bila faham akan nash bernilai benar dan sejauh mana kedalaman ilmu, bahasa dan
tafsir dalam lingkup nash tersebut. Prinsip ini berbeda dari orang-orang yang
hanya pandainya mengolok-olok agama Islam saja. Takwil berdasarkan nafsu bahwa
Islam adalah salah, Quran bukan Wahyu.
Dia-lah yang
menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk
mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.
QS. Ali 'Imran: 7
Penulis
pun belum tentu punya pemahaman dalil yang bernilai benar, jadi berharap
ahli-ahli ilmu dari kalangan Islam lah yang lebih giat dalam meneliti kedalaman
kandungan pada nash.
Cuplikan literatur
Ilmu di Seluruh
Penjuru Langit dan Bumi
Benar
sekali bahwa hidup adalah perjalanan untuk mencari ilmu, setiap hal setiap
detik, yang kita lewati pada hakikatnya mengandung hikmah dan pelajaran bagi
orang yang mau memikirkan. Saat ini sudah memasuki musim hujan, entah berangkat
maupun pulang kerja sering kali harus menggunakan perlengkapan perang yaitu jas
hujan, sendal jepit, dan kresek besar agar bisa berangak atau pulang dan lappy
serta barang-barang dalam tas yang lain tetap aman. Dari hujan pun saya
menyadari bahwa Allah itu sungguh Maha Pemurah, Maha Mengatur, Maha Berkuasa.
Setiap saya berangkat dan pulang saya melewati sawah-sawah yang terbentang
luas, yang saat ini sedang memasuki musim tanam. Dan tadi sore saat hujan saya
berpikir tentang banyak hal sepanjang jalan pulang.
Coba
bayangkan, siapa yang menciptakan air??? Air yang hakikatnya hanyalah 2 macam
atom H dan O yang tidak telihat dan saling berikatan menjadi hal yang paling
vital dalam kehidupan umat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa air, dan
Allah menurunkan GRATIS dari langit dan mengeluarkannya GRATIS pula dari dalam
tanah. Dengan air, tumbuh-tumbuhan padi, gandum, buah, sayur, tumbuh dan
berbuah menjadi makanan untuk manusia. Siapakah yang membuat tanaman itu
berbuah??? Usaha manusiakah??? Atau Kemurahan Allah??? Bukankah bisa saja
tanaman yang berbuah banyak tiba-tiba diserang hama menjelang panen? Sungguh
manusia itu hanya bisa berusaha, sedang hasilnya adalah karunia dan Kemurahan
serta Kasih Sayang Allah.
Hasil
tanaman satu orang dengan orang yang lain berbeda-beda dan sungguh itu semua
adalah karena Allah hendak melebihkan satu orang dari yang lainnya, Allah menentukannya
dengan kadar yang berbeda. Seraya turunnya tiap tetes air hujan Allah
menurunkan rahmat-Nya untuk bumi, untuk manusia dan semua makhluk ciptaan-Nya.
Bukankah Allah sungguh Maha Pemurah??? Allah-lah yang mencukupkan semuanya
untuk manusia, Allah pula berkuasa untuk mencabut segalanya dengan secepat
kedipan mata.
Pernahkan
terlintas dalam renungan, semua yang kita miliki benar-benar milik-Nya. Lalu
masih layakkah kita bersedih atas kehilangan sesuatu??? Bukankah kehilangan
kita juga atas izin Allah??? Dan bukankah apa-apa yang hilang dan diikhlaskan
akan diganti yang lebih baik??? itu janji Allah. Janji yang pasti.
Dan
masih pantaskah kita tidak bersyukur??? setiap helaan nafas adalah hal yang
harus disyukuri, karena berarti kita masih diberi waktu dan kesempatan untuk
menyiapkan bekal untuk perjalanan menuju akhirat. Seringkali karena kesedihan
yang sedikit manusia jadi lupa bersyukur.
Dari
hujan sepanjang perjalanan ini saya berpikir begitu banyak, begitu banyak
nikmat yang Allah karuniakan pada manusia, pada saya khususnya. Lalu jika saya
masih malas-malasan beribadah, menunda-nunda shalat padahal suara azan sudah
terdengar, berat untuk menambah beberapa lembar bacaan tilawah sesudah shalat,
kadang memilih untuk menyanyi daripada untuk dzikir ataupun sekedar
murajaah….ohhh.. betapa tidak tahu diri kamu yaninda.
Hey
you.. kalau you jadi gubernur memanggil anak buah untuk pertemuan jam 8, dan
anak buahmu datang jam 9 bagaimana reaksimu??? Ini Allah yang memanggil. Untung
Allah itu Maha Pengampun, tidak langsung marah dan menghukum hamba-nya walau
sering menunda sholat. Maluuuu… beneran malu sama Allah… Selama ini dari 5x
dalam sehari waktu sholat, mungkin cuma 3 atau 4x yang di awal waktu. entah ada
aja yang bikin salah satu molor. Tilawahpun gak pasti, kadang bisa sehari
se-juz kadang 2 atau 3 lembar, kadang malah lewat… Astaghfirullah.
Padahal
Allah itu gak butuh. Gak butuh sholat-mu, tilawahmu, dzikirmu. Gak butuh!!!
Kamu
yang butuh, Kamu yang butuh, Kamu yang butuh!!!
Pikir
baik-baik. Renungkan baik-baik.
Apa
bekalmu kelak???
Berapa
banyak nikmat yang kamu terima???
Berapa
nikmat yang kamu syukuri???
Berapa
yang kamu sedekahkan???
Bagaimana
Sholatmu??? Qiyamul Lail-mu??? Dhuha-mu??? Rawatibmu???
Bagaimana
Puasa sunnah-mu???
Bagaimana
tilawahmu??? Hafalanmu???
dan
Apakah seimbang ibadah-mu dibandingkan nikmat yang kamu terima????
sungguh
ibadahmu hanyalah kewajibanmu sebagai hamba, dan sebagai hamba sungguh
pengabdian dan syukurmu itu SANGAT KURANG. Camkan lah baik-baik….
*edisi
menahan lelahan air mata sambil ngetik
oleh
http://lovelyninda.wordpress.com/2013/12/23/ilmu-di-seluruh-penjuru-langit-dan-bumi/
Inilah beberapa alasan kenapa
penulis mengambil teori ini berdasarkan faham penulis saja kepada nash, bila
salah maka ia kesalahan penulis, Allah SWT kemudian RasulNya berlepas dari apa
yang penulis tulis ini.
Dari
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya
matahari tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena seseorang, kecuali
untuk Yusya’. Yaitu pada malam–malam dia berjalan ke Baitul-Maqdis (untuk
berjihad)” [HR. Ahmad 2/325 no. 8298; shahih]
Ini kisah klo tidak salah Joshua/Yosua, nabi Israel atau ada yang mengatakan
bahwa ia adalah murid nabi Musa as saat dibawa dalam perjalanan bertemu
Khaidir. disebutkan matahari tidak terbenam dari siang/sore sampai walau pada
saat itu harusnya sudah malam kalau waktu normal (matahari tidak ditahan),
dilihat dari disebutkan penyandaran kata-kata malam “pada malam–malam dia
berjalan ke Baitul-Maqdis” ketika Joshua/Yosua sampai didekat atau masuk di
Baitul Maqdis yang sebenarnya hari normalnya harusnya sudah malam, namun masih
sore karena matahari ditahan dan menjadi penyebab siang dan malam adalah
penyandaran pada matahari.
Sebagai penutup telah dijelaskan
nash bahwa akan ada perbedaan pendapat pada umat akan hal ini.
7.
Demi langit yang mempunyai
jalan-jalan/jalinan/rajutan[1415],
[1415]. Yang dimaksud adalah
orbit bintang-bintang dan planet-planet ataukah langit memang punya jalan buat
orbit tetap tiap benda angkasa.
8. sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan
berbeda pendapat. Adz Dzaariyaat
Kecuali
… diayat 9
Kitab kejadian
1:1Pada
mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (pen:dari satu kemudian berpisah)
1:2Bumi
belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah
melayang-layang di atas permukaan air. (pen: bumi masih mati, belum sempurna
hidup)
1:3Berfirmanlah
Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
1:4Allah
melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
1:5Dan
Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari pertama. (pen: Dibuatnya cahaya masih dalam wujud gas panas,
langit tunggal berwujud gas/asap, saat berpisahnya bumi dan langit tunggal
dengan adanya bainiyyah)
1:6Berfirmanlah
Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari
air." (bainiyyah sebagai pemisah antara langit dan bumi, disebut sebagai
cakrawala disini, dan air juga telah disifati dua jenis, air di bumi dan air di
langit)
1:7Maka
Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala
itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. (langit pun disifati
atau memiliki seperti air)
1:8Lalu
Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah
hari kedua. (pen: disini bainiyyah ini dinamakan juga cakrawala atau juga
sebagai langit, sama seperti nash yang mengatakan hujan diturunkan dari langit
artinya atmosfir sudah dianggap termaksud salah satu lapisan langit namun
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, tetap
disebut bainiyyah/cakrawala di dalil lain pada nash atau ada makna kedua
berbeda diantara dua nash diatas)
1:9Berfirmanlah
Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu
tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. (pen: air
laut tidak dibuat tersebar dan menyebar seperti air di langit melainkan hanya
berkumpul pada satu tempat)
1:10Lalu
Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:11Berfirmanlah
Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang
berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji,
supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.
1:12Tanah
itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan
segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat
bahwa semuanya itu baik.
1:13Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
1:14Berfirmanlah
Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang
dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan
masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, (pen: matahari dan bulan
belakangan tercipta daripada bumi, kalau bumi dahuluan tercipta dan bumi yang
dianggap berevolusi pada matahari, maka sebelum matahari tercipta, bumi
berevolusi pada apa dong?)
1:15dan
sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi."
Dan jadilah demikian.
1:16Maka
Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar
untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan
menjadikan juga bintang-bintang. (pen: bintang-bintang belakangan juga tercipta
daripada bumi)
1:17Allah
menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
1:18dan
untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah
melihat bahwa semuanya itu baik. (pen: siang dan malam dinisbahkan ke matahari
dan bulan sebagai penguasanya, perkataan umum dari dulu dan sehari-hari sunset,
sunrise, matahari terbenam dan matahari terbit itu adalah jenis perkataan makna
geosentris)
Kitab Ayub
9:5Dialah
yang memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang
membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya; (pen: gunung berjalan juga di
alkitab)
9:6yang
menggeserkan bumi dari tempatnya, sehingga tiangnya bergoyang-goyang; ((6)
Allah membuat gempa sampai bumi berguncang, dan tiang penyangga dunia
bergoyang-goyang), (pen: dari kesimpulan pendapat beberapa ulama terdahulu
bahwa langit tanpa tiang ikut dapat bergoyang pula bila pusatnya (bumi)
bergoyang karena gempa atau hal lainnya, sesuai pula dengan untuk selarasnya
Kabah di bumi dengan yang ada dilangit)
9:7yang
memberi perintah kepada matahari, sehingga tidak terbit, dan mengurung
bintang-bintang dengan meterai; (pen: lagi matahari diperintahkan berhenti
terbit, termaksud penisbahan siang dan malam kepada matahari)
9:8yang
seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang
laut (pen: disebutkan juga tentang pemuaian langit atau teori bigbang, seorang,
satu bukan tiga)
Mazmur 104
104:1
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar ! Engkau yang
berpakaian keagungan dan semarak,
104:2
yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti
tenda, (pen: yang melebarkan/memuaikan langit seperti atap)
Mazmur 93:1
*ITB*
TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang
kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang
*ITL*
Bahwa Tuhan yang memegang perintah, dan Iapun berpakaikan kemuliaan, ia itulah
perhiasan Tuhan, dan kuasa itulah mengikat pinggangnya. Maka bumi ini telah
tetap, tiada ia akan bergoncang.
*KJV*
The LORD reigneth, he is clothed with majesty; the LORD is clothed with
strength,
wherewith he hath girded himself: the world also is stablished, that it cannot
be moved.
**
יְהוָה מָלָךְ גֵּאוּת לָבֵשׁ לָבֵשׁ יְהוָה עֹז הִתְאַזָּר אַף־תִּכֹּון תֵּבֵל בַּל־תִּמֹּֽוט׃
Kata 'kun' dalam bahasa ibrani tegak, tidak miring seperti anggapan ilmuwan
tanda kutip. Sementara kata 'mo' dalam bahasa Ibrani, gerak. Ayat tersebut di
atas ingin memberitahukan kita bahwa bumi TEGAK dan TIDAK BERGERAK, tidak
berputar pada porosnya dan tidak berotasi mengelilingi matahari.
Dari
Abu Dzar bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “Tahukah kalian ke manakah
matahari ini pergi?” Mereka berkata, “Alloh dan Rasul-Nya lebih mengetahui?”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat
peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu
sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau
datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia
berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia
bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya:
‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan
terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak
menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di
bawah Arsy, lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’,
maka dia pun terbit dari barat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda (yang artinya), “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi
ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum
beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”
Takhrij
Hadits :
- Diriwayatkan oleh Bukhari
4802,3199,7424,7433, Muslim 159 -dan ini lafazhnya, Ath-Thayyalisi dalam
Musnadnya 460, Ahmad dalam Musnadnya 5/145,152,165,177, Abu Dawud 4002,
Tirmidzi 3227, Nasa’i dalam Sunan Kubra 11430, Al-Baghawi dalam Syarh
Sunnah 4292, 4293, dan lain sebagainya. Seluruhnya dari jalur Ibrahim bin
Yazid at-Taimi dari ayahnya dari Abu Dzar z.
- Abu Isa At-Tirmidzi berkata,
“Hadits ini hasan shahih.” Al-Baghawi berkata, “Hadits shahih menurut
syarat Muslim.”
Dari
Abu Dzar Al-Ghifariy RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya matahari itu terbenam dan dia bersujud
di bawah ‘arsy Allah. Hampir-hampir saja matahari tidak diizinkan lagi untuk
terbit. Maka terbitlah dia dari arah barat!”. (Hadits Riwayat Bukhari dan
Muslim)
Telah
menceritakan kepada kami ‘Ayyasy bin Al Walid telah menceritakan kepada kami
Waki’ dari Al A’masy dari Ibrahim At Taimi dari Ayahnya dari Abu Dzar berkata: “Aku bertanya kepada nabi -shallallahu
‘alaihi wasallam- mengenai kutipan ayat: ‘(dan matahari berjalan di
persinggahannya)’ (Qs. Yasin: 38), beliau berkomentar: ‘Persinggahannya (persinggahan
matahari) adalah di bawah ‘Arsy‘”. (Hadits shahih didalam Kitab Shahih
Bukhari nomor 6881)
(BUKHARI
- 2960) : Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Yusuf telah bercerita kepada
kami Sufyan dari Al A'masy dari Ibrahim at-Taymiy dari bapaknya dari Abu Dzar
radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Abu
Dzar ketika matahari sedang terbenam: "Tahukah
kamu kemana matahari itu pergi?". Aku jawab; "Allah dan Rasul-Nya
yang lebih tahu". Beliau berkata: "Sesungguhnya dia akan terus pergi
hingga bersujud di bawah al-'Arsy lalu dia minta izin kemudian diizinkan dan
dia minta agar terus saja bersujud namun tidak diperkenankan dan minta izin
namun tidak diizinkan dan dikatakan kepadanya: "Kembalilah ke tempat asal
kamu datang". Maka matahari itu terbit (keluar) dari tempat terbenamnya
tadi". Begitulah sebagaimana firman Allah QS Yasin ayat 38 yang artinya:
(Dan matahari berjalan pada tempat peredarannya (orbitnya). Demikianlah itu
ketetapan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui) ".
Hadis
ini selain menjelaskan tentang akan terjadinya “matahari terbit dari barat”
juga menceritakan tentang matahari dalam sudut pandang pihak/makhluk ketiga
(sudut pandang matahari itu sendiri) bukan sudut pandang dari manusianya. Perlu
halnya diketahui dalam melihat sudut pandang, umumnya terbagi tiga hal yaitu,
sudut pandang Pencipta, sudut pandang Subjek dan sudut pandang Objek. Jadi
dalam hadis seperti ini, harus pula dipahami maknanya dalam sudut pandang Allah
sebagai pencipta, juga melihat sebagai/andaikan seperti dalam sudut pandang
matahari dan dalam sudut pandang manusia, penulis biasanya menyebut hal ini
“melihat dan memahami segala sisi dan dalam hubungan timbal baliknya”, bisa
saja ada sisi lainnya pula.
Dalam sudut pandang
Allah sebagai Pencipta,
demikianlah adanya tabir ini, Kita dapat mengimaninya dengan batasan tabir
ghaibnya. Soalnya yang dapat mengetahuinya hanya Allah SWT dengan matahari itu
sendiri, dan mungkin juga makhluk ghaib lainnya yang bersidimensi sama dengan
prihal keghaiban ini, seperti Malaikat. Namun bisa pula sebenarnya tabir yang
ini dapat dilihat manusia secara nyata dalam dimensi manusia dan ada dibuka
dalam dalil-dalil lainnya yang mungkin saja belum kita fahami secara mendalam.
Dalam sudut pandang
pihak ketiga,
Matahari mungkin akan menjawab begini, apa kau adalah aku, aku adalah kau, itu
prasangka dirimu dalam sudut pandangmu sendiri sebagai pihak kesatu, bila tidak
bisa melihat atau kau ragu aku melakukan sujud, coba kau jadi diriku maka kau
tahu aku sujud kepada Penciptaku dan kau juga akan tahu bagaimana cara aku
sujud. Kita makhluk berbeda, maka cara sujud Kita berbeda. Kalau aku berkata
aku sujud sambil berjalan, kau akan bingung, kalau aku berkata aku sujud sambil
diam, kau juga bingung, karena kau bukan aku dan tidak tahu cara aku bersujud.
Kalau kau berkata tentang aku, “matahari bersujud dengan cara diam”, eh… apa
kau sejenisku matahari juga, hingga tau cara aku bersujud, Kalau kau berkata
tentang aku, “matahari bersujud dengan cara tetap berjalan”, eh… apa kau
golongan bangsaku “matahari juga”, hingga tau cara aku bersujud. Maka penulis
hanya berkata “tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah”,
hanya kepada Allah tabir ini dikembalikan, hanya pertolongan Allah yang dapat
membukanya.
Hampir-hampir
penulis mau berkata kepada mereka yang mengolok-olok, hai … kalau begitu, kau
matahari ya, bukan manusia, dong! hingga tahu matahari tidak sujud, logikamu
matahari selalu beredar tidak pernah berhenti, maka kau menganggap matahari
tidak sujud, padahal bisa saja, matahari sujud sambil berjalan atau sujud
sambil diam dan atau bisa pula matahari sujud secara diam, namun hitungan
kecepatan diamnya berbeda dengan kau, kau memakai jam, menit dan detik,
sementara matahari bisa memakai jam kecepatan cahaya atau bahkan lebih dari itu
atau kecil dari itu, maka kau tidak melihat kecepatan sujud matahari ini,
karena terbatasnya dan ada batasan ruang lingkup kecepatan dirimu dalam
melihat. Jadi kau …. adalah matahari juga kan, karena kau merasa tahu? Kalau
kau balik menanya ke penulis, penulis akan menjawab, kami bersandar kepada
Allah SWT dan rasulNya dalam hal ini, bila Tuhan mewahyukan seperti itu,
demikianlah adanya iman Kami, “Kami dengar dan Kami patuh”.
Dalam sudut pandang
manusia, ada
pertanyaan kalau memang hakikatnya matahari pergi pulang ke arsy tiap hari,
dalam logika kita manusia di muka bumi, tentu harus ada masa di antara dan di
dalam 24 jam bumi tidak mendapat sinar matahari dan juga alam semesta. Namun
separuh manusia yang melata di muka bumi ini selalu dalam keadaan melihat
matahari. Matahari tidak pernah tenggelam dari pandangan seluruh manusia di
sekeliling bumi. Matahari hanya kelihatan terbit buat segelintir orang yang
kebetulan berada pada posisi matahari terbit. Demikian juga matahari hanya
terbenam dalam pandangan manusia yang kebetulan berada di belahan bumi yang
sebentar lagi membelakangi matahari. Dan semua itu terjadi bergantian. Tapi
sesungguhnya matahari tidak pernah absen dari kita. Yang terjadi sesungguhnya,
manusia lah yang absen dari matahari dengan membelakanginya. Jadi kapan sujud
matahari itu?
Maksudnya
kalau matahari melakukan sujud dibawah Arsy berarti matahari harusnya terlihat
seperti akan stop-stop tiap detik waktu sesuai adanya pemakaian waktu untuk
sujudnya dilihat dari bumi, Ya .. dalam pandangan sepihak. Bila hal ghaib ini
juga jelas dapat dilihat atau dapat diukur dalam dimensi manusia, berarti akan
ada bentuk lain pergerakan yang memungkinkan tafsir ghaib tersebut dapat
ditafsiri manusia secara saint (kauniyah). Namun bila tetap ghaibnya, tidak ada
daya dan upaya kecuali dengan izin/pertolongan Allah yang dapat
membukanya/melihatnya.
Jadi
bila demikian harusnya ada satu sela masa dimana membuktikan matahari sujud
dibawah arsy? Ya … susah dijelaskan kalau ini masih ditabirkan oleh Allah,
namun kalau telah dibukakan tabirnya tentu akan terlihat hal tersebut.
Masalahnya apakah dapat dilihat dalam sudut dimensi manusia dan apakah hal ini
berlaku tiap detik gerakannya (pen: detik hanya hitungan gambaran kata-kata penulis,
soalnya hitungan terkecil waktu umumnya dipakai manusia adalah “detik”) atau
hanya berlaku suatu masa (periode) tertentu secara berkala (periode) atau tidak
pula.
Langit yang tujuh, bumi
dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Alloh. Dan tak ada suatu pun
melainkan bertasbih dengan memuji-Nya tetapi kamu sekalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS.Al-Isra’:44)
Apakah kamu tiada
mengetahui, bahwa kepada Alloh bersujud apa yang ada di langit, di bumi,
matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata,
dan sebagian besar daripada manusia
(QS.Al-Hajj:18)
Mungkin
timbul pertanyaan: Kalau matahari sujud, lantas bagaimana sujudnya?
- Imam Nawawi berkata, “Adapun
sujudnya matahari, maka hal itu dengan perbedaan yang diciptakan Alloh
baginya.” Syarh Shahih Muslim 2/197
- Al-Hafizh Ibnu Katsir
berkata, “Setiap makhluk sujud karena keagungan Alloh baik suka maupun
terpaksa. Dan sujudnya segala sesuatu itu berbeda-beda sesuai dengan
pribadinya masing-masing.” Tafsir Al-Qur’an al-Azhim 5/398
- Al-Kaththabi berkata, “Dalam
hadits ini terdapat informasi bahwa matahari sujud di bawah Arsy. Hal itu
tidak mustahil bisa terjadi ketika dia melewati Arsy dalam peredarannya.”
Syarh Sunnah 15/95-96, al-Baghawi
- Samahatusy Syaikh Abdul Aziz
bin Baz berkata, “Seluruh makhluk bersujud dan bertasbih kepada Alloh
dengan tasbih dan sujud yang diketahui Alloh sekalipun kita tidak mengerti
dan mengetahuinya.” Majmu` Fatawa
wa Maqalat 8/295
- Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin, “Hadits ini menunjukkan bahwa makna (لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا)
adalah tempat peredaran, karena dia sujud di bawah Arsy. Kita tidak
mengetahui bagaimana sifat sujudnya, sebab matahari tidak sama seperti
manusia sehingga sujudnya bisa disetarakan dengan sujudnya manusia, bahkan
dia adalah makhluk yang lebih besar. Oleh karena itu, janganlah muncul
pertanyaan kepada kita: Apakah matahari sujud sambil berjalan ataukah
berhenti dahulu? Bagaimana matahari sujud dan meminta izin kepada Alloh
sedangkan dia terus berjalan dalam orbitnya?!!” Tafsir Surat Yasin hal.137
- Syaikh Abdur Rahman
al-Mu`allimi berkata, “Bagaimanapun sifat sujudnya matahari, yang penting
hal itu menunjukkan kepada kita akan kepasrahan dan ketundukannya yang
sempurna terhadap perintah Rabbnya selama-lamanya. Barangkali saja
tenggelamnya matahari ke arah bawah seperti dalam pandangan mata kita itu
yang dimaksud dengan sujudnya matahari.” Al-Anwar al-Kasyifah hal.294
Ada
perkataan bernada seperti ini :
-
“Dan keindahannya tampak bagi penduduk
bumi. Setiap harinya matahari itu berhenti di atas khatulistiwa di atas Ka’bah,
karena ia adalah pusat bumi” = Pada dalil ini menyatakan bahwa matahari itu
indah dan keindahan matahari terlihat oleh para penduduk bumi. Matahari itu
setiap hari selalu mengelilingi bumi, namun dia suka berhenti dulu tepat di
atas Khatulistiwa yakni di atas Ka’bah, Mekkah Al-Mukarromah. Matahari berhenti
beredar di atas Ka’bah karena matahari tahu bahwa Ka’bah adalah pusat bumi.
-
“Dan berkata: ‘Wahai para malaikat
Tuhanku, sesungguhnya setiap kali sampai ke tempat yang sejajar dengan Ka’bah
yang merupakan kiblat mukminin ini, aku malu kepada Allah -’Azza wa Jalla-
untuk melewatinya.” = Ini adalah dalil bahwa matahari bisa berbicara, kepada
siapa? Yakni kepada para Malaikat Muqorrobin yang bertugas menarik matahari di
atas roda. Matahari yang sedang berjalan di langit, sengaja dia mogok dulu
ketika dia melihat Ka’bah tepat di bawahnya. Makanya matahari curhat kepada
para Malaikat Muqorrobin supaya dia mogok dan belum mau melanjutkan
perjalanannya, karena dia merasa malu kepada Allah ketika dia melewati Ka’bah,
Mekkah Al-Mukarromah.
Kemudian
disisi lain ketika berbicara tentang sujudnya matahari dibawah Arsy, mereka
berkata mataharikan selalu berjalan/beredar, kapan ia diam. Atau mengatakan
matahari beredar siang hari saja, sementara malam tidak karena melakukan sujud.
Nah kan jadi rancu. Diatas bilang matahari berhenti diatas Kabah pada tengah
hari, ketika bicara tentang sujudnya matahari, bilang matahari selalu jalan
atau matahari jalan pada siang hari dan sujud diwaktu malam saja. Materinya
bukan ingin mengajak memahami dan memaparkan maknanya tapi hanya ingin membuat
mengembang dengan batasan agar membingungkan atau menyesatkan orang lain yang
membacanya terhadap faham agama orang yang membacanya. Tapi biasanya seorang
muslim malahan bisa jadi akan mendapat hikmah, manfaat dan ilmu pemahaman lebih
dalam terhadap agamanya dari sebab-sebab perbuatan itu dan mereka tidak
mendapat manfaatnya melainkan akan menambah kejelekan diri sendiri. Sebagai
wahyu dari Allah SWT, akan ada masanya nash akan membela dirinya. Dan itu perlu
kau.. ya kau.. umat islam, untuk membelanya.
Terlepas
hal tersebut, pertanyaan mendasar apakah ini bisa dijabarkan secara saint,
kemungkinannya ada sih berdasarkan dalil-dalil yang mendukungnya namun ini
berdasarkan faham penulis terhadap dalil-dalil itu sendiri dan belum tentulah
faham penulis ini adalah bernilai benar juga, jadi ini lagi-lagi bersifat
hipotesa semata. Point-pointnya adalah :
Berdasarkan
bagian hadis diatas dijelaskan bahwa matahari setiap kali sampai ke tempat yang
sejajar dengan Ka’bah ia akan sejenak berhenti, disini point pentingnya sejajar
dan setiap kali sampai yaitu pada tengah hari.
Berdasarkan
hadis lain bahwa kabah adalah pusat lapisan 7 bumi dan lapisan 7 langit, dan
juga hadis lain tentang Ka'bah itu adalah sesistem tanah di atas air, dari
tempat itu bumi ini diperluas.
Tuhan yang
memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat
terbenamnya[1442]
Qs. Ar Rahmaan : 17
[1442].
Dua tempat terbit matahari dan dua tempat terbenamnya ialah tempat dan terbenam
matahari di waktu musim panas dan di musim dingin.
Istiwa A'zham
(Persinggahan Utama) - Saat Matahari di Atas Ka'bah
Dalam
satu tahun masehi, matahari singgah dua kali tepat di atas Ka’bah. Hal ini
merupakan pengetahuan yang sudah tua umurnya. Namun sepertinya masyarakat awam
tidak banyak yang mengetahui. Dalam bahasa arab disebut sebagai peristiwa
Istiwa A’zham (Persinggahan Utama).
Dengan
kata lain, di mana pun kita berdiri, sepanjang masih berada di antara garis
lintang 23,44 LU hingga 23,44 LS, akan terjadi situasi di mana Matahari
bakal tepat berada di atas kepala kita dalam dua kesempatan berbeda setiap
tahun Masehi (Tarikh Umum). Jika hal ini terjadi, tak ada benda yang berdiri
tegak lurus muka Bumi atau paras air laut rata-rata yang memiliki bayangannya
saat Matahari mencapai puncak kulminasinya.
Jadi, "hari tanpa bayangan" tak hanya sekedar terjadi di garis
khatulistiwa saja. Bagi Jakarta, misalnya, fenomena hari tanpa bayangan akan
terjadi setiap tanggal 4/5 Maret dan 8/9 Oktober.
Kabah sebagai pusat kota suci Mekkah terletak pada garis lintang 21,427 LU
sehingga juga mengalami fenomena hari tanpa bayangan yang sama, yakni pada
tanggal 27/28 Mei pukul 12.17 dan 14/15 Juli pukul 12.27 waktu Mekkah setiap
tahunnya.
Namun, dengan konsepsi kiblat sebagai lingkaran berdiameter 45 km yang berpusat
di Kabah, fenomena tersebut bakal terjadi pada 26-28/27-29 Mei dan
13-15/14-16 Juli, bergantung apakah tahun Matahari yang sedang dijalani
merupakan tahun kabisat atau bukan. Rentang waktu ini merupakan konsekuensi
dari bergesernya proyeksi posisi Matahari di muka Bumi sebesar rata-rata 20
km/hari ke arah utara/selatan dari suatu tempat dalam kulminasi atasnya.
Inilah waktu di mana Matahari memerankan dirinya sebagai penjaga kiblat
(qibla-keeping) sehingga setiap titik di muka Bumi yang tersinarinya dapat
menyejajarkan arah kiblat setempatnya dengan leluasa. Peran ini sebenarnya juga
bisa dilakukan oleh Bulan mau pun benda langit lainnya seperti planet-planet
dan bintang-bintang tertentu. Namun, dengan dominasi Matahari sebagai pusat
tata surya sekaligus benda langit terbenderang bagi Bumi, kedudukan
Matahari sebagai penjaga kiblat jauh lebih menonjol.
Peristiwa ini menyuguhkan banyak makna. Salah satunya adalah bahwa hanya dengan
perpindahan kiblat inilah di hari-hari ini kita dapat menikmati peranan
Matahari sebagai penjaga kiblat yang berkesinambungan. Hal ini takkan terjadi
jika kiblat masih ada di Baitul Maqdis. Sebab, dengan lokasinya di garis
lintang 31,78 LU, tempat ini takkan pernah mengalami situasi hari tanpa
bayangan sepanjang masa.
Peristiwa
ini terjadi pada tanggal 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu
Mekah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27. Artinya, semua orang
yang bisa melihat matahari pada saat itu dan menghadapkan wajahnya ke sana
telah menghadapkan wajahnya ke kiblat. Atau jika kita melihat bayangan benda
yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis
arah kiblat.
Bagi
yang di Indonesia, waktu kejadian tersebut adalah 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16
Juli jam 16:27 WIB. Jadi, bagi yang ingin mengecek atau melihat benar tidaknya
arah kiblat yang digunakan selama ini silakan keluar pada waktu tersebut dan
lihat matahari (atau bayangannya)
Kesimpulannya :
Bila
dikatakan Kabah sebagai tempat bumi diperluas, sebagai pusat bumi, kemudian
nyata pula ada sejajarnya dengan matahari hingga matahari berhenti setiap kali
sampai (tengah hari), maka point edar (titik semu orbiter) matahari dimana
kedua tempat terbit matahari dan kedua tempat terbenamnya jelas pula bisa
diketahui, dengan sudut pandang manusia atau perhitungan melihat dan mengamati
dari Kabah dan saat sejajarnya matahari dengan kabah. Dan ingatlah bahwa dalam
satu tahun masehi, matahari singgah dua kali tepat di atas Ka’bah, dan juga
adanya sudut miring/tidak tegak lurus/ayunan dari poros bumi, bukankah sangat
jelas ada makna lain pula pada “Tuhan
yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua
tempat terbenamnya[1442] Qs. Ar Rahmaan : 17”. Maka nyatakan letak kedua
tempat terbit dan kedua tempat terbenamnya matahari dapat diketahui, di point
edar (titik semu orbiter) matahari yang mana koordinat, jarak dan hitungannya
pada waktu terjadinya peristiwa tersebut, maka itulah benar-benar yang
dinamakan “titik terbit dan terbenam matahari yang ada di langit” namun
hitungan ini hanya berlaku bila geosentris adalah yang lebih tepat dan kemudian
pula dikondisi wilayah/daerah yang mana dibumi dalam sudut pandang bumi yang
dimaksud sebagai wilayah terbit dan wilayah tenggelam matahari berdasarkan 2
tempat terbit matahari dan kedua tempat terbenamnya sebagai kondisi real di
bumi. Ada pembedaan makna dan pengkhususan wilayah untuk langit dan juga ada
khusus untuk bumi.
Untuk
wilayah lain pada saat sejajar matahari di tengah hari, ia harusnya gugur
karena bukan pusat bumi.
Tuhan yang memelihara
kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya
Qs. Ar Rahmaan :
17
Maka
kemungkinan paling sedikit bisa jadi ada 3 makna pada ayat ini :
- Dua tempat terbit matahari
dan dua tempat terbenamnya ialah tempat dan terbenam matahari di waktu
musim panas dan di musim dingin
- Dua tempat terbit matahari
dan dua tempat terbenamnya ialah menyangkut adanya 2 titik pada garis semu
orbiter matahari sebagai benar-benar wilayah khusus untuk
dinamakan/penamaan dari 2 tempat terbit dan 2 tempat terbenam matahari,
namun ini adalah wilayah perhitungan geosentris.
- Maksud dari dua tempat
terbit matahari dan dua tempat terbenamnya adalah 1.Menyangkut adanya
titik pada garis semu orbiter matahari sebagai benar-benar wilayah tempat
terbit dan terbenam matahari (ada di langit) dan juga 2.Menyangkut pula
adanya titik khusus pada daerah di bumi sebagai benar-benar wilayah tempat
terbit dan terbenam matahari dalam sudut pandang manusia dan untuk makhluk
bumi (ada dibumi).
Bisa
jadi wilayah/daerah/lokasi titik pandangan manusia saat 2 tempat terbitnya
matahari (timur) di bumi adalah wilayah yang banyak setan dari jenis manusianya
pula, seperti ada di :
(BUKHARI
- 3032) : Telah bercerita kepada kami Muhammad telah mengabarkan kepada kami
'Abdah dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika alis (bagian lingkar luar) matahari mulai terbit janganlah
kalian shalat hingga terang (selesai masa terbitnya), dan jika alis matahari
mulai terbenam janganlah kalian shalat hingga benar-benar telah hilang
(terbenam), dan janganlah kalian menunggu untuk shalat saat terbitnya matahari
atau saat terbenamnya, karena saat seperti itu dia terbit pada dua tanduk syaitan", ('Abdah bin Sulaiman)
berkata; "atau asy-syaitan (definitive), aku tidak tahu mana yang
dikatakan oleh Hisyam.
Sahih
Bukhari, Volume 4, Book 54, Number 494: Diriwayatkan Ibn Umar: Rasulullah
bersabda, “Ketikan bagian pinggiran
(atas) matahari terlihat (di waktu subuh), jangan melakukan sholat sampai
matahari sepenuhnya terlihat, dan ketika bagian pinggiran (bawah) matahari
terbenam, jangan melakukan sholat sampai matahari terbenam seluruhnya. Dan kamu
seharusnya tidak sholat pada saat matahari terbit dan terbenam karena matahari terbit diantara kedua sisi
kepala dari iblis (atau Setan). (pen: untuk yang ini jangan diambil
perhatian, karena ini termaksud praduga dan berburuk sangka, ini maksudnya
sekedar pembelajaran saja bagi Kita semua, karena yang dimaksud kemungkinan
besar adalah setan yang bertabir, bukan dari golongan manusianya)
Hitungan
ini hanya bisa berdasarkan prinsip geosentris
1. Bila dianggap posisi 0o
derajat di Kabah, maka bila hitungan biasa 12 jam siang dan 12 jam malam, maka
apakah wilayah posisi terbit ini?, bila berpatokan dengan matahari ketika
sejajar di Kabah, maka yang dibalik sejajarnya pada bagian bumi yang malam
adalah benua Amerika (+12 jam), dan hampir pas membagi 2 benua Amerika, ini
diasumsikan bahwa revolusi full matahari terhadap bumi adalah 1 hari dan bumi
dalam keadaan diam tidak berotasi, apakah bulan 1 hari pula berevolusi dan
rotasi bulanlah selama 1 bulan agar terjadi fase-fase bulan? (masih tabir apa
geosentris adalah saint yang benar dan masih tabir hitungan geosentris yang
tepat), jadi batasan tempat terbenam (finish) dalam sudut pandang matahari
sendiri adalah tempat sujudnya hingga mencapai batasan tempat terbit (star)
tersebut, seperti modeling lapangan lari. Kecepatannya adalah kecepatan dari
matahari sendiri, jadi dalam sudut pandang manusia, adakah sela terdiam sejenak
dari batasan -12jam ke +12jam yang selisih sedetik ini bila dilihat dalam
dimensi manusia.
2. Bila 12 jam siang yang dibagi
tengah atau +6 jam dari Kabah, maka akan kena Indonesia bagian timur, Jepang,
Korea, Australia namun titik tengahnya sepertinya laut, asumsi geosentrisnya
kecepatan rotasi bumi adalah 2 kali dari kecepatan revolusi matahari terhadap
bumi atau kecepatan revolusi matahari = kecepatan rotasi bumi atau hitungan
yang lainnya. Disini sama dengan pembanding bahwa sujud matahari adalah ketika
pergerakan terbenam hingga batas terbitnya matahari (matahari sujud sepanjang
malam hari dan dalam tabir caranya), bulan melakukan kebalikkannya. Lihat pula
apa ada perubahan kecepatan gerak matahari sebelum detik-detik matahari terbit.
3. Tapi kalau ternyata itu adalah +3
jam, sepertinya masuk wilayah Khurasan (asumsi ini dibangun berdasarkan salah
satu kemungkinan dari varian lain terhadap hitungan geosentris. Walaupun akan
ada beberapa titik tempat terbit dan terbenamnya pada orbiter matahari selama
revolusi matahari ke bumi namun yang asli atau dimaknai yang benar adalah titik
yang sama dari sudut tengahnya sejajar Kabah.
4. Dan terakhir adalah sudut pandang
pada sejauh kemampuan mata manusia yang memandang dari Kabah sebagai pusat
pengamatan terhadap pandangannya tempat terbit matahari tersebut atau
tempat/wilayah dibumi yang dianggap tempat terbitnya matahari dalam pengamatan
di Kabah.
Penulis
berasumsi saja, soalnya tidak melihat secara langsung atau pakai hitung-hitungan
dan jangan diambil perhatian, karena ini termaksud praduga jelek dan berburuk
sangka. Sekedar sebagai pemahaman makna akan beberapa kemungkinan dari
kedalaman isi dalil-dalil agama.
(BUKHARI
- 6563) : telah menceritakan kepadaku
Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf dari
Ma'mar dari Az Zuhri dari Salim dari ayahnya dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, bahwasanya beliau berdiri ke samping mimbar dan bersabda: "Fitnah muncul disini, fitnah muncul disini, (yaitu)
dimana tempat tanduk setan muncul, " atau beliau mengatakan: "tanduk
matahari."
Disini
jadi jelas pula, bahwa point pada titik semu orbiter matahari yang khusus itu
adalah sebagai tempat terbenamnya, yang bisa berarti pula daerah itu adalah
tempat bersujud matahari dibawah Arsy ketika terbenam dan ada hadis pula yang
menyatakan pintu tobat ada di barat (kedua-duanya adalah batasan tabir),
kemudian matahari dan bulan terbenam dipintu itu, lalu tertutup kedua daun
pintu itu bagaikan tidak ada retaknya, maka ketika itu tidak lagi diterima
taubat dan tidak diterima amal yang baru sesudah tertutup pintu itu. Tempat
terbenam adalah tempat sujud matahari dan juga ada terdapat pintu taubat
disekitar sana, sedangkan tempat terbit adalah tempat atau antara 2 tanduk Syetan.
Lalu
bagaimana dengan matahari yang sujud dibawah Arsy, apakah diam atau berjalan.
Penulis juga tidak tahu, namun mungkin pula bisa disimpulkan.
Bisa
jadi ayat ini bagian alkitab yang benar (asli) namun penulis tidak membenarkan
dan juga tidak menolak karena gugur tidaknya dalil alkitab sebagai penguat juga
dilihat dari nash, masalahnya saat ini penulis masih mencari referensi nash
yang tepat untuk hal tersebut. Klo ada yang dapat dalilnya, tolong, disharing
ke penulis. Jadi ini sangat lebih-lebih lagi bersifat hipotesa semata.
Yosua
10:12 Lalu Yosua berbicara kepada TUHAN pada hari TUHAN menyerahkan orang Amori
itu kepada orang Israel; ia berkata di hadapan orang Israel: "Matahari,
berhentilah di atas Gibeon dan engkau, bulan, di atas lembah Ayalon!".
(pen: penisbahan matahari penyebab siang dan malam dengan dihentikanya
matahari, sama dengan hadis nabi terhadap pengabaran cerita tentang nabi Israel
ini ketika berjihad)
Yosua
10:13 Maka berhentilah matahari dan bulanpun tidak bergerak, sampai bangsa itu
membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam
Kitab Orang Jujur? Matahari tidak
bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh. (pen:
ini bisa jadi penguat dalam penjelasan penulis sebelumnya, dari salah satu
kemungkinan bahwa langit berarus, membuat menarik/mendorong revolusi matahari
pada bumi, dan bumi membantu agar genap setahun dengan berotasi pula, namun
penisbahannya kepada matahari penyebab siang dan malam sesuai dalil lainnya,
seperti contoh revolusi matahari 6 bulan, bumi berotasi 6 bulan atau
perbandingan revolusi matahari adalah ½ kecepatan rotasi bumi atau hitungan
yang lainnya, matahari bergerak lambat-lambat yang dimaksud gerak semu matahari
secara lambat terbenamnya dari gerakan rotasi bumi saja yang pada waktu itu
matahari ditahan. “Sesungguhnya matahari
itu terbenam dan dia bersujud di bawah ‘arsy Allah”. Ada penekanan kata
“sesungguhnya”, sesuai definisi bahasa umum adalah lebih menyatakan dan
menguatkan pernyataan atau pendapat “bahwa matahari bergerak terbenam”. Karena
penulis tidak tahu juga, sifatnya masih hanya teori saja)
Yosua
10:14 Belum pernah ada hari seperti itu, baik dahulu maupun kemudian, bahwa
TUHAN mendengarkan permohonan seorang manusia secara demikian, sebab yang
berperang untuk orang Israel ialah TUHAN.
Dari
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
“Sesungguhnya matahari tidak pernah tertahan tidak terbenam hanya karena
seseorang, kecuali untuk Yusya’.
Yaitu pada malam–malam dia berjalan ke Baitul-Maqdis (untuk berjihad)” [HR.
Ahmad 2/325 no. 8298; shahih]
Ini
kisah klo tidak salah Joshua/Yosua, nabi Israel atau ada yang mengatakan bahwa
ia awalnya adalah murid nabi Musa as saat dibawa dalam perjalanan bertemu
Khaidir. disebutkan matahari tidak terbenam dari siang/sore sampai walau pada
saat itu harusnya sudah malam kalau waktu normal (matahari tidak ditahan),
dilihat dari disebutkan penyandaran kata-kata malam “pada malam–malam dia
berjalan ke Baitul-Maqdis” ketika Joshua/Yosua sampai didekat atau masuk di
Baitul Maqdis yang sebenarnya hari normalnya harusnya sudah malam, namun masih
sore karena matahari ditahan dan menjadi penyebab siang dan malam adalah
penyandaran pada matahari.
Bisa
jadi akan ada yang bilang ini plagiat, jadi untuk beberapa bagian alkitab yang
dibilang plagiat bisa jadi bagian yang benar (asli) dari alkitab, bisa pula
separuh asli, dan bisa pula aspal. Jadi katakan saja, Bukankah hal itu telah
tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Bukankah hal itu telah tertulis dalam Quran
dan Hadis?
Pengkhotbah
1:6 Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia
berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. (pen: ada dalil tentang
siklus juga, namun tidak tahu apa siklus ini benar pada kenyataan)
Pengkhotbah
1:9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat
lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.
Pengkhotbah
1:10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"?
Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada. (pen: penjelasan adanya
perulang-ulangan serupa sistem, penulis juga masih mencari dalil nash yang
tepat hal ini, soalnya saat ini dalil yang penulis dapatkan dari nash adalah
perulang-ulangan prilaku, walau bisa juga dimaksudkan serupa sistem tapi
rasanya kurang tepat saja buat hal-hal seperti ini)
Pengkhotbah 1:5 Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. (belum ketemu dalil
di nash)
Pada
hadis ada tertuang tentang matahari yang setiap kali sampai ke tempat yang
sejajar dengan Ka’bah ia akan sejenak berhenti, jadi bisakah diasumsikan
matahari sujud dengan cara diam atau tetapkah berjalan?
Jadi
ada sudut pandang yang bisa diteliti, apakah benar ada pergerakan diam sejenak
ini. Karena 2 hal masalah diam adalah pada saat sujudnya matahari dibawah Arsy
(saat matahari terbenam) dan diamnya sejenak matahari diatas Kabah (tengah
hari). Maka lihat dan hitunglah apakah ada sesaat loncatan perlambatan atau
kemudian percepatan pergerakan seperti terburu-buru ini dari matahari, dari
nilai kecepatan seharusnya matahari berjalan/beredar, dari normalnya kecepatan
gerak matahari tersebut secara biasa. Pada dua kondisi tersebut, lihatlah di
atas kabah dan lihatlah pula pada point semu garis edar ketika matahari
terbenam dari ujung barat dari sudut titik tengah Kabah, klo tidak bisa terbaca
gerak terburu-buru ini, maka ia hal tabir atau matahari sujud dalam keadaan
tetap bergerak. Jadi ini hanya teori-teorian yang masih harus dicari kebenarannya.
Dalam hal ini ada 3 kemungkinan setelah melihat ada tidaknya perubahan
kecepatan jalan/edarnya matahari tersebut seperti gambaran “terburu-buru
terbit”.
- Bila ada perubahan
percepatan jalan/edar matahari di orbiternya, maka matahari sujud dalam
keadaan diam sejenak dengan masa waktu khusus buat matahari sendiri
melakukan sujud tersebut (cara wujud sujud matahari dalam tabir tetap hal
yang pasti, namun pada ayat kauniyahnya, cara dengan diam atau cara dengan
bergeraknya bisa dilihat dengan apa yang dapat
dilihat/difahami/diilmui/di-saint-kan oleh manusia).
- Bila tidak ada perubahan
percepatan jalan/edar matahari di orbiternya, matahari tetap berjalan
sesuai kecepatan revolusinya secara normal maka dapat dikatakan matahari
sujud dalam keadaan bergerak/beredar, disini ada 2 hal pula, pertama: Lama sujudnya matahari
adalah hanya pada titik semu orbiter terbenam tersebut saja (caranya
tabir), kedua: Batasan lama
sujud matahari dengan cara bergerak ini adalah terbenamnya sampai hingga
terbitnya (sepanjang malam) dalam sudut pandang mata manusia atau ilmu
pengetahuan manusia dari titik pengamatan di Kabah, berarti bulan
melakukan kebalikkannya. Ini adalah sudut pandang manusia dengan batasan
dimensinya, namun bisa saja dalam dimensi manusia, kita melihatnya bergerak
ternyata pada tabir atau dimensi matahari sendiri ia adalah wujud posisi
diam atau memang wujud bergerak pula dalam sudut pandang dimensi matahari
itu sendiri karena Kita tidak tahu bagaimana pergerakan fisik (perumpamaan
saja: pergerakan cara sujud anggota tubuh) sejati dari matahari, matahari
bukan manusia dan manusia bukan matahari.
“Untuk
setiap kabar ada tempat letaknya dan nanti kamu akan mengetahuinya” (QS.
Al An’aam : 67)
Kalaupun
tidak mampu mencari kebenarannya, maka imani apa adanya batasan tabir sesuai
kemungkinan-kemungkinannya dan nanti saja kelak terjawab di akhirat atau
ditanyakan kepada nabi Isa as, Soalnya banyak hipotesa, misteri, dan teori yang
akan gugur dan dibuang ke tong sampah ketika Beliau datang, termaksud bisa saja
hipotesa penulis ini juga, ditambah pada masa damai itu tidak adanya permusuhan
dan pertikaian, kemungkinan orang-orang akan lebih menekankan pada kemajuan
teknologi pada masa itu, bila hal tabir ditanyakan dan kemudian diberitahukan
oleh Beliau akan jawaban-jawabannya, bisa jadi ilmu pengetahuan sangat
berkembang super cepat dimasa akhir kekhalifahan Islam dan menjadikannya
warisan peradaban dan teknologi terakhir Islam kepada orang-orang di periode
Kiamat.
Masalah
Allien, masalah Nisnas, masalah peradaban awal, masalah astronomi, masalah dan
hitungan saint lainnya dan sebagainya juga termaksud misteri-misteri lain bisa
jadi akan terungkap, karena memang saatnya yang tepat untuk bisa dibuka, hal
yang berdasarkan tingkat kecanggihan berpikir orang sekarang telah dapat
menerima hal tersebut. Namun perlu juga diingat bahwa bisa pula kemungkinan
keduanya adalah orang-orang jaman tersebut hanya ingin sekedar tahu saja dan
sudah cukup hanya sampai disitu, karena mereka mungkin saja akan lebih gencar,
fokus dan lebih memperbanyak ibadah saja soalnya sudah tahu waktu mereka akan
berakhir dengan cepatnya.
Adakalanya
seseorang yang melihat orang lain yang berakhlak buruk, ia mengambil ilmu dan
hikmah dari melihat hal tersebut, hingga mengetahui apa-apa yang dianggap
bernilai akhlak buruk dan apa-apa sifat yang tidak disukai orang lain, kemudian
ia menimbulkan apa-apa yang dimaksud dengan akhlak baik pada dirinya dan
menjauhkan prilaku yang tidak disukainya dan umum tidak disukai orang lain
terhadap sebuah sifat atau prilaku, adakalanya seseorang yang melihat orang
lain yang berakhlak baik, ia akan berusaha lebih keras untuk menjadikan
akhlaknya serupa atau lebih baik pula. Adakalanya orang lain membuat suatu
prasangka dan makar yang bermaksud sesuatu yang buruk atau jelek, namun
dengannya kadang pula seorang muslim dapat mengambil manfaat dari prasangka dan
makar tersebut atau dengannya membuat orang-orang menemukan hidayah hingga
menjadi muallaf, sementara orang itu hanya sekedar mendapatkan nilai prasangka
dan makar saja yang tidak bermanfaat buatnya.
Mereka
membuat ambigu, prasangka dan penghinaan, tapi orang muslim bisa jadi malahan
mendapatkan hikmah pelajaran berharganya, bukankah itu akan menambah sakit hati
mereka saja. Tertawaan yang berbalik akan menambah kebencian dan sakit hati
pada diri sendiri. Sebagai pesan untuk mengingatkan, lihatlah ayat ini :
"Segolongan
dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak
menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.” (Ali Imran 3:69)
Maka janganlah kamu
mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran
dengan jihad yang besar.
Qs. Al Furqaan: 52
Dan tidaklah Kami
mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil
agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap
ayat-ayat kami dan peringatan- peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan. Qs. Al Kahfi: 56
Demikianlah balasan
mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka
menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. Qs. Al Kahfi: 106
Tidak
ada daya dan upaya kecuali dengan izinNya/pertolonganNya.
Kecepatan
diatas kecepatan cahaya, kecepatan cahaya diatas cahaya, kecepatan Buraq,
Konstanta B = 14989624.94 km/detik atau 1498962.494 km/detik. Buraq
sendiri lebih cepat lagi berlipat-lipat dari kecepatan ini.
Artikel
ini ditulis khusus untuk pemula, yang ingin belajar/tertarik tentang Teori
Relativitas.
Pertanyaan
dasarnya adalah: Bagaimana cahaya matahari bisa sampai ke bumi?
Jawabannya adalah: Menggunakan media Eter (edisi Fisika lama)
Ternyata Eter tidak ada, berarti cahaya sampai ke bumi tanpa media/perantara.
(edisi Fisika modern)
Ingat, tanpa perantara. Dengan tidak adanya media/perantara, maka seharusnya
cahaya tidak memerlukan kecepatan untuk mencapai bumi.
Sederhananya, misalnya jika kita butuh makanan saat lapar dan kita telpon ke
delivery order untuk pesan Pizza. Maka Pizza itu butuh perantara/media untuk
sampai ke rumah kita, yaitu diantar oleh petugas delivery order sehingga
membutuhkan waktu untuk menempuh perjalanan dari tempat delivery order ke rumah
kita, dengan kata lain Pizza ini butuh kecepatan untuk sampai ke rumah kita.
Seandainya Pizza ini tidak butuh seorang pengantar untuk sampai ke rumah kita,
maka Pizza ini akan sampai sekejap mata. Wuuzzzz.... langsung sampai...
Mulai paham kan... Hehe...
Nah,, kenyataannya,, cahaya matahari mencapai bumi memerlukan waktu sekitar 8
menit.
Mengingat: Dalam berbagai percobaan di bumi telah diketahui bahwa kecepatan
cahaya adalah 300.000 km/detik.
Saya belum tahu apakah sudah ada percobaan di luar angkasa yang hampa udara dan
bebas dari gravitasi bumi, apakah kecepatan cahaya hasilnya sama....
Sampai sini dapat disimpulkan bahwa cahaya masih memerlukan kecepatan untuk
merambat meskipun cahaya bisa merambat tanpa media.
Sampai sini juga dapat disimpulkan bahwa kecepatan cahaya adalah kecepatan
tertinggi yang bisa dicapai di alam ini,,,, loh kok bisa menyimpulkan demikian
yaaaa..... hehe... kembali lagi alasannya karena cahaya matahari tidak
memerlukan jasa pengantar (media) untuk mencapai bumi.
Pahamkaannn........
Oke,,, kita sudah punya 2 kesimpulan, yaitu:
·
Cahaya
merambat tanpa media
·
Kecepatan
cahaya adalah kecepatan tertinggi
Ada
pertanyaan lagi ni. Apa yang terjadi dengan kecepatan cahaya ketika sumber
cahaya juga mempunyai kecepatan terhadap objek/layar tempat jatuhnya cahaya?
Jika sumber cahaya mempunyai kecepatan relatif terhadap layar, apa yang terjadi
dengan kecepatan cahaya?
Mengingat: Kita telah mengenal Efek Dopler yang berlaku terhadap gelombang
suara, Efek Dopler ini tidak berlaku terhadap cahaya karena cahaya tidak
memerlukan media rambat.
Maka terjawab pertanyaan di atas bahwa kecepatan cahaya adalah tetap untuk
setiap pengamat yang bergerak relatif atau bergerak dipercepat terhadap sumber
cahaya.
Sampai sini dapat kita simpulkan bahwa ketika suatu berkas cahaya diciptakan
oleh sumber cahaya, ketika itu pula cahaya mendeteksi keberadaan
tujuannya/layarnya dan mengetahui waktu berapa lama dia akan sampai pada
tujuannya itu sehingga ketika waktunya telah tepat, maka cahaya pasti sudah
sampai pada tujuannya itu tidak peduli apakah tujuannya itu telah berpindah
tempat.
Einstein
pun mengakui kebenaran percobaan Morley dan Michelson, hal ini yang mendasari
Einstein bahwa Eter itu tidak ada. Tetapi kali ini Einstein ceroboh, bahwa
sebenarnya percobaan Morley Michelson menghasilkan dua pilihan kesimpulan, yaitu:
·
Pilihan
kesimpulan pertama yaitu Eter itu tidak ada. Hal ini dibuktikan dengan
peralatan percobaan Morley Michelson dimana kecepatan cahaya tetap walaupun
peralatan itu diubah posisinya dengan diputar 90 derajat.
·
Pilihan
kesimpulan kedua adalah Eter itu ada. Dengan percobaan yang dilakukan Morley
Michelson, jika kita tetap mengasumsikan bahwa Eter itu ada, maka syaratnya
adalah Zat Eter ini harus mempunyai kecepatan yang sama terhadap bumi dimana
percobaan itu dilakukan. Dengan kata lain, Zat Eter ini diam terhadap bumi.
Einstein tidak pernah memikirkan pilihan kesimpulan yang kedua ini, atau bisa
saja dia takut untuk mengungkapkannnya karena jika yang benar adalah pilihan
kesimpulan yang kedua maka teori Heliosentris yang selama ini diyakini adalah
salah.
Sebenarnya untuk lebih meyakinkan kita, perlu adanya percobaan Morley Michelson
yang dilakukan di luar bumi. Misalnya saja di bulan.
Jika ternyata Eter itu ada, maka teori Geosentris berlaku dan teori Relativitas
pun hanya akan jadi suatu kesalahan yang dilakukan oleh Einstein, kecepatan
cahaya tidak lagi merupakan kecepatan tertinggi di alam.
Fisikawan
mainstream masih berpegang pada teori relativitas untuk menjelaskan kecepatan
cahaya di ruang hampa. Meskipun demikian masih ada yang berusaha mencari
penjelasan alternatif.
Kekuatan Misterius
Mengubah Alam Semesta
Para
ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta sedang mengalami pengembangan yang lebih
cepat. Menurut mereka 'energi gelap' adalah kekuatan pendorong di balik
pengembangannya. Namun, tidak diketahui apa sebenarnya 'energi gelap' itu,
sehingga berpaling ke doktrin kuno.
Beberapa
sarjana telah menghidupkan kembali konsep 'ether' atau 'quintessence'
(Intisari-unsur ke-5) filsuf Yunani kuno. Menurut orang zaman dahulu kala,
ether adalah suatu unsur yang murni dan berasal dari surga yang
berkesinambungan, berbeda dengan ke-4 unsur lainnya yang membentuk dunia.
Dalam
sebuah artikel terkait NASA mengatakan, "Jika ether adalah energi gelap,
kita tidak tahu bagaimana rupanya, kita juga tidak tahu materi apa yang
berinteraksi dengannya, dan lebih tidak tahu lagi mengapa ia bisa eksis. Karena
itu, energi gelap yang akan berkelanjutan merupakan sebuah misteri."
Teori
ether modern akan menjadikannya sebagai suatu energi yang terus berubah di lokasi
dan waktu yang berbeda. Einstein juga pernah menyebutkan suatu energi ruang
yang terjadi dengan cara yang tidak pernah kami amati. Sampai ketika para
sarjana mulai meneliti pengembangan alam semesta, mereka baru menyadari bahwa
teori gravitasi Einstein mungkin perlu direvisi. Teori gravitasi yang ada
sekarang mungkin tidak bisa secara akurat menggambarkan daya tarik antara
objek.
Dalam
sebuah artikel dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics yang diberikan
kepada NASA mengatakan, "Para sarjana umumnya enggan merevisi hukum fisika
yang ada sekarang, terutama teori gravitasi Einstein. Namun, beberapa ilmuwan
terkemuka kini sedang memeriksa kemungkinan perlunya revisi terhadap teori
(Einstein) yang dihormati ini."
Artikel
itu lebih lanjut menyebutkan, tidak peduli apa itu energi gelap, namun,
massanya yang sudah diketahui menempati 68% di alam semesta. Sedangkan massa
misterius (dark matter) lainnya menempati 27%, menyisakan segudang masalah bagi
kita. Kita hanya bisa menyelami massa yang hanya tersisa 5% itu. Ini juga hanya
suatu gambaran terhadap alam semesta yang sudah diketahui. Alam semesta
kemungkinan juga merupakan sebutir pasir yang luas di padang pasir.
(joni/rahab). http://erabaru.net/headline/6803-kekuatan-misterius-mengubah-alam-semesta
Terjemahan
dari Indonesia :
45. Apakah kamu
tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan
tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas
bayang-bayang itu,
46. kemudian Kami
menarik bayang-bayang itu kepada kami[1069] dengan tarikan yang perlahan-lahan.
Qs. Al Furqaan
[1069].
Maksudnya: Bayang-bayang itu Kami hapuskan dengan perlahan-lahan sesuai dengan
terbenamnya matahari sedikit demi sedikit.
Makna
pertama : tentang proses bayangan dibumi
Terjemahan
dari Malaysia :
[45]Tidakkah engkau
melihat kekuasaan Tuhanmu? – bagaimana Ia menjadikan bayang-bayang itu
terbentang (luas kawasannya) dan jika Ia kehendaki tentulah Ia menjadikannya
tetap (tidak bergerak dan tidak berubah)! Kemudian Kami jadikan matahari
sebagai tanda yang menunjukkan perubahan bayang-bayang itu;
[46]Kemudian Kami
tarik balik bayang-bayang itu kepada Kami, dengan beransur-ansur. Qs. Al
Furqaan
Makna
kedua : tentang dark energy
Lihat
pada ayat di atas. Domir "hi" ('alaihi) itu merujuk kepada
"dzilla" bayang-bayang (dark energy), bukan matahari yang menjadikan
dalil kekuasaan Allah SWT tentang "dzilla" (dark matter/dark energy)
yang sentiasa membekalkan tenaga kepada matahari agar dapat sentiasa membakar
dan menyala. "Kami" biasanya adalah pemakaian untuk melibatkan
beberapa materi atau beberapa bagian makhlukNya menjadi sebuah satu proses,
penisbahan kepada Pencipta (Allah) sebagai pembuat, pemberi sebab-pemberi
akibat, yang memerintahkan, yang mengizinkan proses itu, sementara dalam proses
alamiahnya dikerjakan oleh beberapa ciptaan-ciptaanNya yang bekerjasama/bergotong
royong menciptakan proses tersebut terjadi pada alam. Dark energy memang
bergerak dengan beberapa sebab kerjasama materi-materi lainnya, atau
bagian-bagiannya dari dark energy itu sendiri, matahari bisa menjadi cara untuk
menyelidikinya.
Makna
ketiga : bisa jadi ada lagi dengan sebab-sebab dalil pada ayat setelahnya atau
adanya dalil-dalil pendukung lainnya.
Ada
pula hadis yang bisa jadi sebuah kemungkinan yang menyatakan bahwa pada masa
nabi ada, alam semesta telah fix besarannya.
Selain
berkaitan dengan ilmu falak, juga berkaitan dengan ilmu fisika modern, yakni
teori relativitas waktu, Pada ayat 18 dari surah al Kahfi, disana ada kata:
1.
“Kami balik-balikan mereka kekanan dan kekiri”
2.
“Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling ” (karena
ketakutan)..
dari
point pertama diatas jika kita asumsikan, bahwa mereka itu di gerakkan dengan
kecepatan tinggi (mendekati kecepatan cahaya oleh malaikat), maka mereka akan
merasakan waktu seakan bergerak sangat lambat, sehingga pada waktu mereka
bangun, maka mereka hanya merasakan tidur 1/2 hari saja, padahal sudah tidur
ratusan tahun. sedangkan poin ke:2 menunjang asumsi kita di point pertama,
karena jika kita bisa mendapati sesuatu benda berkecepatan tinggi (mendekati
kecepatan cahaya) di dekat kita, pastilah kita ketakutan..
Berdasarkan
kisah pemuda kahfi dengan asumsi nash ini kekaitannya dengan teori relativitas
waktu, pergerakan kekanan dan kekiri hingga terjadi penguluran waktu atau
panjang dan pendek bayangan seperti bila menggoyang telunjuk kiri kanan yang
ditengah akan hilang karena hampir transparant dan bisa disaksikan bayangan
tersebut dari sorot cahaya, ditutupnya pendengaran mereka agar tidak ada
efek merusak karena suara mendekati kecepatan cahaya tersebut. maka batasannya
adalah usia tetap muda namun waktu tetap maju dan mereka tidak mundur dalam
waktu, malahan tetap maju 309 tahun dengan tetap usia muda yang mereka anggap
tidur sebentar saja tapi heran lihat anjingnya telah menjadi tulang belulang,
karena hampir transparant kadang-kadang pergerakannya ditengah dan kelihatan
diujung-ujung saja agak jelas maka akan menakutkan yang melihat pada waktu itu.
jadi klo pun ada teknologi time travel bisa ke masa depan bukan undur kemasa
belakang, dalam nash juga ada contoh 2 batasan 1000 tahun dan 50000 tahun dalam
sehari jadi demikian juga batasan kecepatan manusia, bilapun mereka mendapatkan
kecepatan cahaya tapi ini juga masih batasan kecepatan, sepertinya akan masih
ada energi yang tidak dapat dilewati/membatas dari +1 ke 0 ke -1, tersangkut
diantara 0 keatas saja. kemungkinan air langit / dark metter maka serupa dapat
dicontohkan seperti itu jadi transparant karena itu disuruh lihat dari sinar
matahari pada waktu ujung-ujungnya pagi dan petang baru kelihatan sedikit.
Langit
yang disifati jaring/rajutan, menggambarkan dark energy, yaitu seperti matahari
punya 860 jalur ikatan daya tarik menarik gravitasi, diumpamakan 1 ikatan
jaring benda-benda angkasa putus dengan meledaknya satu benda angkasa dari
ikatan rajutan tersebut maka benda-benda langit seputarnya yang lain otomatis
bergerak mencari ikatan-ikatan sambungan gravitasi-gravitasi yang terputus itu,
merombak daerah kedudukan awalnya benda-benda angkasa yang memiliki ikatan
titik hilang itu merajut kembali jaring-jaringnya, ini bukan pembuktian bahwa
langit masih mengembang dengan tambah cepat tapi karena benda-benda seputarnya
itu mencari rajutannya kembali agar terikat pada banyak jalur rajutan/jaring
menggenapi jalur rajutan yang harus ia miliki yang hilang karena meledaknya
satu benda angkasa, jadi klo pesawat kya lift dari satu benda angkasa yang
memiliki ratusan ikatan daya tarik menarik, dengan menyesuaikan tarikan satu
jalurnya akan mempercepat perjalanan pesawat itu satu kemudahan dari dark
energy.
Coba
tanya saintis bila ada bintang hidup atau bintang mati (supernova) apa jalinan
rajutan ini bolong saja kaya jaring nelayan yang bolong titik sambungan
jaringnya atau karena gravitasi ikatan yang banyak benda-benda tersebut akan
membuat menyusun ulang formasinya?
Mengapa
bumi berada/mengantung ditempat yang tergelap?
38. Ataukah mereka
mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang
gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan
suatu keterangan yang nyata.
Ath Thuur
44. Jika mereka
melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan: "Itu adalah
awan yang bertindih-tindih."
Ath Thuur
Namun
tidak tahu apa bisa seperti itu, bagian ini sih hanya karangan saya saja.
Maka
carilah terjemahan literalnya dari melihat dan memakai seluruh akar-akar kata
bahasa-bahasa di dunia bahkan bahasa daerah sekalipun yang cocok dan tidak
menyalahi dengan tafsir ayat-ayat tersebut dan tidak pula bertentangan dengan
dalil-dalil lainnya dan boleh jadi Anda menemukan banyak makna tersembunyi pada
ayat-ayat ini. Begitupun keseluruhan isi nash maka Anda akan menemukan banyak
kandungan makna yang sangat dalam dari isi nash, seperti kata seseorang, yang
penulis pun berpandangan sama bahwa bahasa nash seperti bahasa kode komputer,
ia adalah supernya super komputer, bahasa Arab adalah satu bahasa hibrid, iaitu
bahasa pertuturan manusia yang berkonsepkan bahasa komputer; hybrid antara
bahasa manusia dan bahasa komputer, seperti salah satu contoh dibawah ini :
Terjadi
perselisihan apakah kedua nama ini berasal dari bahasa Arab ataukah bukan. Yang
berpendapat bahwa keduanya dari bahasa Arab, mereka mengatakan bahwa keduanya
berasal dari kata ajja (َ جَّأ ), yang berarti berkobar. Atau dari kata ujaaj (ُ
جاٌجَأ ) yang berarti air yang sangat asin. Atau dari kata al-ajj ( جُّأ لَ اْ
), yang berarti melangkah dengan cepat. Atau Ma`juj berasal dari kata maaja (َ جَام
) yang berarti goncang. (Asyrathus Sa’ah, Yusuf Al-Wabil hal. 365-366). Dalam
kamus Lisanul-’Arab dikatakan bahwa kata Ya’juj dan Ma’juj berasal dari kata
ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul. Kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata
ajja berarti pula asra’a, maknanya berjalan cepat.
Sejumlah
ahli bahasa meyakini bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah orang-orang Turk. Ya’juj
dan Ma’juj, menurut ahli lughah, ada yang menyebut isim musytaq (memiliki akar
kata dari bahasa Arab) berasal dari Ajaja an-Nar artinya jilatan api. Menurut
Abu Hatim, Ma’juj berasal dari Maja, yaitu kekacauan. Ma’juj berasal dari
Mu’juj, yaitu Malaja. Namun, menurut pendapat yang sahih, Ya’juj dan Ma’juj
bukan isim musytaq, melainkan isim ‘ajam dan laqab (julukan). Ada pula yang
menyebutkan kata Ya’juj dan Ma’juj adalah dari bahasa Cina. Ya bermakna Asia,
Jou atau Zhou adalah benua (tempat tinggal) dan Ma adalah kuda. Ya’juj adalah
Benua Asia dan Ma’juj adalah bangsa berkuda. Bangsa nomad berkuda.
Mungkin
saja pada satu waktu tertentu ada yang memang berciri seperti itu dan satu
waktu yang lain berciri khusus seperti yang lainnya itu.
Ada
pendapat seperti ini, bahwa untuk mengetahui atau memahami makna-makna lebih
detail pada nash, harus faham bahasa induknya, bahasa yang dipakai nash dan
tidak berselisih dari pendapat-pendapat nabi, sahabat dan ulama terdahulu pula.
Namun karena nash merupakan wahyu dan diturunkan untuk seluruh umat manusia di
bumi yang notabene beragam bahasanya dari penciptaNya langsung, dan terlihat
banyak mualaf menyadari bahwa kandungan nash memang mudah mereka fahami
meskipun mereka tidak tahu tata sastra bahasa aslinya. Sebagai wahyu mungkin
saja memang nash punya makna-makna lain bila dicarikan kesesuaiannya literalnya
dan tentunya selama tidak melanggar hal-hal yang pokok dan sudah baku dalam
syariat islam.
“motor”
ditulis terdiri hanya satu kata, bila memperinci bagian motor maka akan terbentuk
satu booklet kecil, bila memperinci bagian-bagiannya lagi, seperti ban, maka
akan ada pendapat, model ban, jenis pemakaian yang cocok, jenis karet, ukuran,
dsb, ia akan membentuk satu atau beberapa buku tebal karena bila dirinci lagi
tentang cara mendapatkan karet, industrinya, pengolahan karetnya, bibit karet,
cara menanam, masalah hama, dsb. Maka akan banyak kata yang harus ditulis dan
melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terlibat, karena bagian-bagian motor
tidak hanya ban saja, dan jadi apa Kau kira isi kandungan Quran itu tidak
semesta alam. Katakanlah: Sekiranya
lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula). Qs. Al- Kahfi: 109. Penulis tidak
pandai hal tersebut.
Pengembangan
eksperimen-eksperimen ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada paradigma Alquran
jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan umat manusia. Premis-premis
normatif Alquran dapat dirumuskan menjadi teori-teori empiris dan rasional.
Matahari
Tenggelam/Terbenam Di Dalam Laut Yang Berlumpur Hitam.
Aku(=Abu
Dzar) pernah membonceng rasulullah SAW berada di atas keledai saat matahari
berada di arah barat. Kemudian beliau bersabda: “Tahukah di manakah matahari
ini tenggelam?”. Aku menjawab: “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau
bersabda: “Sesungguhnya matahari tenggelam di MATA AIR(= aynin) YANG BERLUMPUR
HITAM”. (Hadist
HR. Abu Daud, no. 3488)
Hingga
apabila dia telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, dia melihat matahari
terbenam di dalam laut yang ber LUMPUR HITAM dan dia mendapati di situ
segolongan umat. Kami berkata: Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh
berbuat kebaikan terhadap mereka. (QS. 18:86)
Terkadang ayat ini menjadi bahan untuk
menunjukkan bahwa ayat diatas tidak masuk akal. Dan menjadikannya bahan untuk
mengolok-olok umat islam. Bagaimana mungkin Matahari tenggelam di laut
berlumpur hitam?.
Untuk menjawab ini, ada beberapa
hal yang harus diketahui.
“Tenggelam/terbenam didalam “mata
air”/”laut” yang berlumpur hitam” yang dimaksud disini, salah satunya bermakna
atau merupakan makna kias/majas/konotatif, kata pakar tafsir kenapa bermakna
kias sebab adanya qarinah/indikasi yang mencegah untuk dimaknai sebagai kata
denotatif/hakikat, baik pada ayat itu sendiri ataupun pada ayat sebelumnya dan
atau sesudahnya. Qarinah/denotatif oleh kata sesudahnya “dan dia mendapati
disitu segolongan umat” yang dari segi logika mustahil ada manusia yang hidup
dengan matahari. Bila tidak tahu akan jenis dan macam majas dijelaskan disini http://id.wikipedia.org/wiki/Majas, dalam
mata pelajaran bahasa hal majas ini, kata kias adalah tanda kutip “sangat umum
dan sangat biasa” dalam percakapan atau tulisan dan seperti pula puisi,
peribahasa, ungkapan dan pantun pada setiap bahasa di dunia. Jadi kesan
olok-olok ini seperti orang yang bodoh yang tidak pernah belajar atau mendapat
pendidikan akan sastra atau mata pelajaran bahasa. Ada hadis (maaf, lupa lagi redaksinya)
seperti demi jihad rela menjual anak dan istrinya, bila dikonotasikan negatif,
tentu akan dimaknai atau diakali orang yang mengkonotasikannya sebagai
perbuatan bejat, maka coba dikonotasikan positif, yang bisa bermakna gaya
“hiperbola”, hiperbola
(Yunani Kuno: ὑπερβολή 'berlebihan') adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu
secara berlebihan. Karena kuatnya “tekad” jihadnya, “seakan-akan” untuk
itu ia rela menjual anak dan istrinya untuk menggapai tujuannya itu. kekuatan
tekadnya sampai tingkatan “seakan-akan” sebanding nilainya dengan hal tersebut,
sangking semangatnya untuk berjihad. Dalam kenyataan realnya tidak dilakukan
demikian cuman menunjukkan tingkatan atau besarnya tekad/keinginan baja
seseorang itu untuk berjihad.
Tenggelam disini juga menandakan bahwa
“waktu” pada saat peristiwa/momen/kejadian itu adalah hari sudah menjelang sore/senja.
Seperti halnya jika anda pergi ke pantai, saat sore hari Matahari seolah-olah
tenggelam di laut (SunSet). Ini mengindikasikan hari sudah sore saat
Dzulkarnaen tiba di tepi lautan tersebut. Dan tentu secara dasar bahwa adanya
pernyataan sunset ini sama saja menguatkan atau mengindikasikan bahwa bumi
adalah berbentuk bulat.
Hal yang lain, yang menarik yaitu
“sampai ke tempat terbenamnya matahari” dapat
dikatakan adalah bermakna wilayah atau arah, yaitu arah barat atau wilayah
barat. Dapat juga dikatakan perjalanan dari Zulkarnain menuju matahari
tenggelam alias menuju arah barat. Dan ini pun selain “terbenam didalam laut
lumpur hitam” bermakna kias, kalimat diatas juga dibuat bermakna kias pula.
Karena sebagai kalimat kias tentu sebuah redaksi kalimat akan menjadi punya
atau menghasilkan beberapa makna-makna atau beberapa maksud-maksud yang ingin
disampaikan. Bila pelaut dimalam hari berpatokan rasi bintang, maka dapat
dikatakan kapal itu menuju rasi bintang “ini”, maka patokan orang yang berjalan
siang hari untuk mengetahui arah perjalanannya apakah timur, barat, utara, dan
selatan atau untuk mengetahui arah timur dan barat disiang hari adalah melihat
arah terbit dan tenggelamnya matahari. Kenapa harus dikias dua kali “sampai”
dan “terbenam” yang padahal bisa pula diartikan masing-masing adalah barat,
mungkin saja disini selain mempunyai makna “arahnya yaitu barat” juga punya
pengertian tersirat sebuah penekanan akan “barat” itu sendiri sebagai wilayah
atau sebuah rujukan tempat kejadian/moment/peristiwa tertentu. Seakan-akan ada
arti lain bahwa di barat sana, ada sesuatu yang berhubungan dengan matahari
yang ditenggelamkan/disembunyikan/dicampakkan/dibuang agar tidak terlihat lagi.
Merujuk “dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang ber LUMPUR HITAM” dapat
dikatakan Zulkarnain ketika itu, pada waktu sore/senja itu telah sampai
disebuah daerah dimana ia dapat melihat sebuah laut atau danau dan ia melihat
sunset yang jatuhnya/terbenamnya diatas laut/danau tersebut, bila kita saat ini
ada di Bali, sunset jatuh dilaut mana ya? jadi ia berada didaerah yang tidak
jauh dari danau atau lautan tersebut. Maka ciri-ciri tempat seperti ini
harusnya lebih mudah dirujuk adanya didalam peta. Ditambah bahwa lautan itu
terlihat gelap, entah karena perairannya atau karena waktu sore/senja harinya yang
memang sudah menuju malam. Banyak pendapat mengatakan daerah tersebut adalah
seputaran wilayah laut hitam, disebut Laut Hitam karena berwarna hitam yang
disebabkan Lumpur di dasar laut yang berwarna Hitam. Laut ini ada di perbatasan
Turki dan Rusia. Sedangkan disebut laut Merah karena berwarna merah karena
dasar lautnya terdapat ganggang berwarna Merah yang berada di daerah Mesir. Nah
dari arah penglihatannya ke barat itu, sebenarnya posisi matahari secara
realnya entah dirujuk titik tengah siang harinya (sebagaimana ada penegasan
untuk “tujuan lain” diayat selanjutnya, namun untuk dapat dirujuk untuk ayat
ini juga), saat itu Zulkarnain melihatnya senja, sementara dibarat yang lebih
jauhnya (merujuk arah lebih barat) lagi dari tempat Zulkarnain berada saat itu,
bukanlah senja tapi diwaktu sebelumnya, masih lebih terang/siang atau sudut
terjauh tenggelamnya itu dari arah pandang dia, maka tempat tersebut adalah
adanya diwilayah barat atau eropa saat ini, entah di wilayah mana. Sebagaimana
pengertian serupa model akan dalil lain akan “tempat terbitnya matahari atau
tempat tenggelamnya matahari” dan mungkin saja wilayah di “barat” itu dijadikan
rujukan waktu dunia.
Jadi makna lainnya secara kiasan
pula dapat dikatakan dibarat sana ada sesuatu yang berhubungan dengan matahari
yang tenggelam atau ditenggelamkan dilumpur hitam.
" Hingga
apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari
terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam ... ". Pertanyaan, Apakah hal ini tidak
bertentangan dengan kenyataan bahwa, matahari tidak pernah terbit di sebelah
timur, dan terbenam di sebelah barat, sebab kenyataannya terjadinya siang dan
malam akibat dari rotasi bumi pada porosnya.
Karena
berdasarkan kenyataan yang nyata pulalah, sama ketika anda melihat dari bumi
anda perpijak akan sunset dan sunrise maka dari arah mata angin mana sunset dan
sunrise itu, barat dan timur, bukan? "dia telah sampai ke tempat terbenam
matahari" dapat bermakna penunjukan arah, yaitu barat. Dari kenyataan
manusia di bumi dalam menentukan arah dan waktu hari, siang, pagi atau senja
dan malam (kompas alami akan barat melihat condongnya arah matahari dari titik
tengahnya, siang hari) maka maknanya sampai didaerah barat (arah barat),
kemudian dilanjutkan "melihat matahari terbenam" secara kias dapat
difahami pula bahwa itu dapat menunjukkan makna waktu, kapan orang-orang dapat
melihat “matahari terbenam” yaitu ketika hari telah mendekati malam, alias
senja. Dan melihat sunsetkan harus menghadap mata angin barat, ya nga? nah ini
kalau mau bicara kenyataan. disini ada makna 2 barat, dia berjalan kearah barat
(sampai disana ketika waktu senja), dari tempatnya sekarang yang dibarat ini,
dia pula juga sedang melihat atau tetap melihat kearah barat (aktivitas)
melihat sunset yang matahari jatuh atau tenggelam di lautan yang berlumpur
hitam.
Seumpama
saya dikala siang hari iseng ikut bergerak mengikuti arah matahari berjalan
yang tentunya saya melihat matahari makin lama makin condong kesebuah arah,
kemudian tentu saya akan perpindah dari titik awal saya menuju kesebuah titik
baru yang sesuai dengan arah tersebut, yang orang-orang terdahulu karena
manusia mengetahui “nama-nama” telah menyebutkan perpindahan antara titik ini
dengan menamainya arah kemudian dispesifikkan lagi arah tersebut dengan nama
barat agar mudah menyebutkan kondisi dan letak perpindahan ini. Pada satu waktu
kemudian karena saya mengikuti pergerakan matahari ini, yang tentunya
lama-kelaman matahari ini akan makin condong ke barat hingga nantinya hilang di
ufuk. Bila ketika matahari itu telah mau menghilang tentu disana, di satu titik
baru dimana saya sekarang berada diarah barat ini saya dapat melihat fenomena
matahari tenggelam. Saya dapat beristirahat sejenak disana karena tidak mungkin
lagi mengikuti arah condong matahari, karena mendekati waktu malam dimana tentu
matahari akan tidak tampak lagi. Maka saya beristrahat di waktu senja dan
sambil menikmati panorama matahari sedang tenggelam. Jadi mana yang lebih nyata
antara apa yang sedang saya lihat, rasakan dan nikmati saat itu dengan sebuah
teori. Mana lebih nyata dimata saya. Teori ini pun dibangun secara asumsi dan
hipotesa yang tanda kutip “sejalan” dengan kemajuan jaman ini, ke masa depannya
lagi, entahlah karena saint selalu berdinamika, seperti pergerakan benda yang
jatuh di ketinggian, pesawat angkasa yang terlihat mengelilingi bumi atau
mungkin karena saya berada di titik sama di pesawat itu jadi saya mengira bumi
yang berputar padahal pesawatnya sendiri yang berputar seperti di film-film,
apakah di planet lain ada stasioner yang benar-benar sesestabil stasioner bumi,
gunung berjalan apakah yang dimaksud hanya karena lempeng daratan bumi yang
diketahui dibawahnya ada bentuk cair, apakah perputaran itu termaksud pula inti
bumi dan lain-lainnya atau hanya di maksud pada lempengannya saja atau tidak
kesemuanya unsur bumi dan lapisannya, percobaan bandul foucault, dsb. Intinya
yang mana lebih nyata dimata saya dan bukankah teori itu sampai sekarang masih
diperdebatkan dan tidak senyata apa yang lagi saya lihat, fenomena alam yang
saya lihat ketika berjalan mengikuti arah matahari ini. Jadi redaksinya sih
adalah penggalan kisah pengalaman seseorang nan tidak ada hubungannya dengan
teknologi atau ilmu pengetahuan, apalagi kejadian ini di masa lalu yang belum
ada masalah perdebatan atau penemuan teori-teori ilmu pengetahuan itu.
“Dia
telah sampai”, siapa yang menyaksikannya? Wah kaya nga pernah baca novel saja.
Contoh novel ya, nulis redaksi itukan bisa memakai kalimat/pengganti kata dari
sudut pandang si tokoh secara langsung (pihak pertama), atau bisa juga sudut
pandang ketiga yang umumnya sebagai pengkisah, klo di novel si pengkisah bisa
mengkisahkan secara fiktif atau juga berdasarkan pengalaman pernah melihat
secara langsung akan kejadian pada si tokoh. Banyak bertanya tapi nanya
nyeleneh gitu sih. Cari sendiri dech siapa yang menyaksikan, perkataan siapa
itu.
Disuatu
tempat di daerah saya, kadang di hari libur, bila sore tidak terlalu terik, adalah
sesuatu yang menyenangkan rasanya, nongkrong di melaway sambil menikmati
capuccino dingin memandang kearah laut, melihat aktivitas kapal-kapal di laut
dan memandang matahari yang mulai dan akan berlahan-lahan tenggelam di seberang
sana diiringin mendengar suara murrotal yang indah yang keluar dari masjid yang
dekat kawasan tersebut, terasa suasana senja nan sejuk dihati, murottalnya pun
mengetuk-ngetuk kesyaduan hati namun bila melihat kearah depan, berbalikkannya,
malah sebaliknya bikin kepala pusing karena banyaknya kendaraan yang lalu
lalang, ditambah saya ini sebagai bagian dari pada kaum jomblo yang terbully,
ya memang lebih enak memandang kelaut aje. … Gmana? puas!
Namun
apakah ada hubungan redaksi ayat ini dengan ilmu pengetahuan, ya mungkin saja
ada, namun saya memandang hubungannya secara lain, dan ini berdasarkan cocoklogi
saya pula, cara saya memandang pula. Kalau pertanyaan tadi diatas menggunakan
cara pandang cocoklogi dengan sudut berbeda, ternyata penulis pun telah melihat
dengan cara pandang berbeda pula.
Berhubung ada pula orang-orang
yang mengolok-olokan redaksi ini berdasarkan cocokloginya maka penulis juga
akan melakukan kaedah yang sama, cocoklogi. Jadi dibawah ini bukan tafsir
resmi, sekali lagi ini bukan tafsir hanya sekedar cocoklogi yang butuh
pembuktian dan penguatan dalil-dalil berdasarkan kaedah-kaedah sastra arab,
kaedah-kaedah dan ilmu-ilmu tafsir, ilmu hadis dan ilmu lain-lain penunjangnya.
Ini diserahkan kepada ahli-ahli keilmuan tersebut.
86. Hingga apabila
dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam[887]
di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan
umat[888]. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh
berbuat kebaikan[889] terhadap mereka.
[887].
Maksudnya: sampai ke pantai sebelah barat di mana Dzulqarnain melihat matahari
sedang terbenam.
[888].
Ialah umat yang tidak beragama.
[889].
yaitu dengan menyeru mereka kepada beriman.
90. Hingga apabila
dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati
matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka
sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari[890] itu,
[890].
Menurut sebagian ahli tafsir bahwa golongan yang ditemui Dzulqarnain itu adalah
umat yang miskin. Pen: ada juga yang berkata bahwa ini merujuk tempat atau daerah
yang kurang atau tanpa perbukitan/pegunungan, untuk pelindung dari matahari
seperti dataran tinggi/rendah yang luas, padang ilalang, rawa, atau daerah
gurun (sekaligus maknanya bahwa Zulkarnain di siang hari itu di arah timur
telah sampai di daerah serupa itu). Dalam kaitan makna kias lainnya bahwa ada
sesuatu yang berhubungan dengan matahari, di barat sana ia ditenggelamkan
kedalam lumpur hitam (kias) dan bahwa di timur sebenarnya sesuatu yang
berhubungan dengan matahari ini buat orang timur (kias) itu jelas pemahamannya
dan jelas terbuka hal sebenarnya kenyataannya karena tidak diberi penghalang
atau sengaja dihalangi antara orang timur dengan pengertian dan pemahaman
dengan sesuatu yang berhubungan dengan matahari ini. Bagi orang timur ia sangat
transparan dalam pemahamannya. (bahasa indonesia punya struktur bahasa yang “persis”
sama dengan bahasa arab, maka bisa diterjemahkan atau diliteralkan kata perkata.
*Selama bukan menentang hal pokok atau bertentangan dengan syariat).
Dibarat
sana matahari tenggelam dilumpur hitam (dalam redaksi dalil dan kejadian adalah
disengaja oleh Pencipta seperti itu redaksi bahasanya) dan sesuatu yang
berhubungan dengan matahari, oleh barat sengaja ditenggelamkan dilautan lumpur
hitam (kias), sedangkan di timur, orang-orang timur ini seharusnya faham bahwa
sesuatu yang berhubungan dengan matahari ini, karena nyata tidak ada penghalang
antara mereka dengan sesuatu ini, dan ini telah ada turun temurun bahkan dari
umat-umat sebelumnya dan sejenis mereka.
Setelah
mencari tahu, sesuatu yang berhubungan dengan matahari yang tanda kutip “sampai
sekarang diributkan” versi barat dan timur atau versi saint barat dan agama
samawi adalah adanya pertentangan teori tentang “matahari mengelilingi bumi”
atau “bumi mengelilingi matahari”, adanya heliosentris dan geosentris.
“Pergerakan harian
bintang, bulan dan matahari di langit sebenarnya fenomena yang mudah diamati
siapa saja, sehingga tak heran, sejak zaman Yunani kuno, dominan pendapat yang
menganggap bumi pusat alam semesta (geosentris). Apalagi kemudian teks-teks
agama-agama samawi seolah-olah mengatakan demikian. Tak heran kalau kemudian
astronom, sekaligus jenderal dan pendeta Mesir kuno Ptolomeus menegaskan teori
geosentris. Dia mewajibkan keyakinan itu untuk menutup kesempatan para
penyembah matahari”.
Jadi
secara cocoklogi pada kias lainnya ini, ada pengertiannya bahwa sebenarnya
“matahari mengelilingi bumi”, bahwa di barat sana tentang “matahari
mengelilingi bumi” ditenggelamkan pengetahuannya ke lumpur hitam, sedang orang
timur yang sejenis, mereka harusnya jelas mengetahuinya karena tidak terhalang
atau sengaja dihalangi.
Dan pula pada kenyataannya
sendiri, Dia, si matahari mau disudut mana pun dilihat di bumi ia sendiri
sebagai benda angkasa memang mengorbit, berjalan dan tenggelam di materi gelap
diluar angkasa, karena memang sekelilingnya adalah materi gelap. klo bahasa
geosentrisnya itu eter, klo bahasa heliosentris itu dark metter, yaitu
sebanding dengan perumpamaan sebuah lautan berlumpur hitam, dapat juga
dikatakan sebagai mata air karena memang sumbernya. Klo kenyataan diangkasa
maka matahari memang tenggelam dilautan lumpur hitam/materi hitam/liquid
gelap/eter/dark metter darimanapun sudut mata manusia memandang dibumi.
Kalau dikatakan sebagai mata air,
maka tempat kejadian Zulkarnain itu dibumi dalam peta akan lebih jelas lagi
bisa diketahui, berarti ia adalah danau atau kumpulan air yang juga merupakan
atau punya sumber air sendiri.
Jamak pula diketahui secara umum
adanya hubungan atau adanya kaitan yang erat antara teori heliosentris dengan
teori evolusi dan serta bangunan dari filsafat atau ideologi atheis atau juga
falsafah/ideologi sekuler, komunisme, materialistik, dsb diluar islam. Didalam
nash, teori evolusi telah dijawab dan dibantah dengan adanya penjelasan akan
asal-usul penciptaan manusia (penciptaan nabi Adam as). Maka merujuk kaitan ini
pula, ternyata benar, ditemukan pula dalam dalil penciptaan manusia, ada pula
kata serupa “lumpur hitam” ini. Mungkin saja memang ada makna untuk menjawab
ketiga kaitan ini.
Dalam
kisah Zulkarnain, jamak pula kita ketahui bahwa kisah ini menyangkut fitnah
besar pula, dan juga di dalam kisah Zulkarnain terdapat kata chami-atin (lumpur
hitam), yaitu adalah kata benda yang bergender perempuan (disebut sekali), kata
berjenis tunggal dengan bentuk dan formatnya tidak terpengaruh atau berubah
karena waktu baik lalu, sekarang dan masa depan, dengan kata lain punya unsur
tetap (serupa mata air) kemudian membanding dengan kata sejenisnya di dalil
lainnya (di dalam dalil penciptaan manusia, tentang penciptaan nabi Adam as), yaitu
hamaa-in (lumpur hitam) (disebut tiga kali) jenis kata benda atau dapat pula
sifat, merupakan jenis kata benda yang berakhiran dengan tanwin ini dapat
memiliki akhiran an, in atau un. untuk kata ini akhirannya adalah in. bentuk
akhiran (apakah an, in atau un) ini tergantung pada kata sebelumnya. akhiran
ini ditujukan untuk menujuk kata benda tunggal sembarang atau yang mana saja
tetapi dapat juga digunakan untuk menerangkan suatu kata benda jamak yang tidak
beraturan. Hal ini tergantung pada kata yang digunakan, kata benda ini
dikatakan bergender pria sesuai kemudian akan membentuk “pria” nabi adam as.
Surat Al Hijr ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang manusia (Adam)
dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa)”. Di ayat ini
tersebut juga kata “shal-shal” yang artinya oksigen (O), sedangkan kata
“hamaa-in/lumpur hitam” di ayat tersebut ialah “zat lemas” atau nitrogen (N).
Lalu ada hubungan apa antara zat
ini. anggap saja sementara tentang positif negatif, sifat zat yang berlawanan
sifatnya atau sifat zat yang sering atau dianggap menjadi pasangannya zat itu,
ini berhubungan dengan zat pembangun eter atau zat dari dark metter. maka ia
disebut eter/liquid gelap/darkmetter/lumpur hitam. Bila hamaa-in ini dikatakan
nitrogen, maka nitrogen adalah unsur bergender pria. Sedangkan eter/dark metter
adalah “air dilangit” yang salah satunya unsur kimianya/lumpur hitam bergender
wanita dengan jenis unsur yang tetap atau stabil.
Bila
di cocoklogi lebih jauh, 3x ibu, 1x ayah atau 4 wanita satu pria, maka zat
lumpur hitam/eter/dark metter ini adalah kombinasi dari 4/5 unsur, “shal-shal”
sendiri dikatakan ada 4 bagian. Itu sebabnya ada pendapat astronomi yang berkata
untuk mengetahui eter atau dark metter haruslah sekali-kali cobalah memakai
percobaan persenyawaan kimia atau reaksi kimia, seperti untuk mengekstrak
oksigen dari unsur kimia lainnya di angkasa (air langit). Makanya eter dianggap
sebagai liquid/cairan gelap.
Percobaan
Michelson-Morley, opsi kesimpulan yang dapat diambil:
1. Bumi tidak bergerak.
2. Ether tidak ada.
Opsi kedua-lah yang diambil dan populer hingga kini.
“Yup, sayangnya
begitu. Ane memang seorang Geocentrist. Minoritas di sini, bahkan di seluruh
dunia. Tapi, ane yakin teman-teman ilmuwan di forum sains ini semuanya open
minded dan menghargai minoritas.
Masalah centrism (Geocentrism atau Heliocentrism) sebenernya hanya masalah
preferensi belaka. Memilih salah satu di antara keduanya tidak lain karena
entah ia punya pondasi ideologi atau sekedar ikut-ikutan, bukan murni hasil
observasi sains. Observasi sains bisa diakali dengan Matematika untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Kamu punya hasil observasi apa? Punya data
apa? Kamu ingin hasilnya seperti apa? Biar Matematika yang urus. Pakar fisika Herbert
Dingle berkata dalam bukunya Science at
the Crossroads halaman 33:
"...in the language of mathematics we can tell lies as well as truths, and
within the scope of mathematics itself there is no possible way of telling one
from the other. We can distinguish them only by experience or by reasoning
outside the mathematics, applied to the possible relation between the mathematical
solution and its supposed physical correlate."
Jujur, ane memilih Geocentrism karena nash-nash agama yang ane anut, Islam,
mengarah ke sana, bahkan Yahudi dan Nashrani pun sebenarnya juga sama. Sains
buat ane, sebagai pendukung. Jadi, ane punya dasar ideologi religius sekaligus
sains. Setidaknya biar enggak masuk hasil riset bahwa orang yang religius
biasanya tingkat kecerdasannya rendah.
Eksperimen Michelson-Morley adalah salah satu diantara observasi-observasi yang
sebenarnya membuktikan diamnya bumi. Sebagaimana ane tulis di post sebelumnya,
opsi dari hasil eksperimen Michelson-Morley cuma 2:
1. Bumi tidak
bergerak.
2. Ether tidak ada.
Memilih opsi no. 2, artinya, menutup mata atas eksperimen-eksperimen lain
tentang keberadaan Ether sebagai agen gravitasi (dan agen-agen lain, seperti, elektromagnetik(akan dibahas) dan
cahaya). Tapi, bagaimana dengan opsi no. 1? Apa yang menghalangi kita mengambil
opsi no. 1? Apakah ada ideologi dibalik itu atau murni sains? Dauglas Giancoli berkata dalam
bukunya Physics: Principles with Application halaman 613, tentang implikasi
eksperimen Michelson-Morley:
"But this implies the earth is somehow a preferred object; only with
respect to the earth would the speed of light be c as predicted by Maxwell’s
equations. This is tantamount to assuming that the earth is the central body of
the universe, an ancient idea that had been rejected centuries earlier."
Why rejected?
Ideologi-lah biang keroknya. Stephen Hawking berkata dalam bukunya The Large
Scale Structure of Space-Time halaman 134:
"However we are not able to make cosmological models without some
admixture of ideology. In the earliest cosmologies, man placed himself in a
commanding position at the center of the universe. Since the time of Copernicus
we have been steadily demoted to a medium sized planet going round a medium
sized star on the outer edge of a fairly average galaxy, which is itself simply
one of a local group of galaxies. Indeed we are now so democratic that we would
not claim that our position in space is specially distinguished in any way. We
shall, following Bondi (1960), call this assumption the Copernican
principle."
Apa itu Copernican Principle versi Hermann Bondi?
Dikutip dari bukunya Hermann Bondi, Cosmology edisi ke-2 halaman 140:
"...the problem of the origin of the universe, that is, the problem of
creation, is brought within the scope of physical inquiry and is examined in
detail instead of, as in other theories, being handed over to
metaphysics."
Ringkasnya, penciptaan bukanlah sains, karena sains tidak bisa mencerna
penciptaan. Apakah sains bisa menerima bahwa langit dan bumi terbentuk hanya
dalam 6 hari?
Kalau boleh memberikan ilustrasi kasar: Geocentrism = Creationism, sementara,
Heliocentrism = Evolutionism. Orang yang menganut aliran Geocentrism pastilah
ia seorang Creationism yang berarti, meyakini keberadaan Tuhan sekaligus karya
Tuhan melalui penciptaan-Nya. Orang yang meyakini Heliocentrism dan
mempelajarinya (bukan sekedar ikut-ikutan), otomatis seorang Evolusionist.
Thus, not believe in God and works of God. Coba tanya Heliocentrist, berapa
usia semesta? Jawabannya mereka: 13,5 miliar tahun. Waktu yang panjang untuk
terjadinya evolusi. Ane kutip dari Teilhard
de Chardin dalam bukunya Christianity and
Evolution: "Fall, Redemption and Geocentrism" halaman 38, mengenai
koneksi antara keruntuhan Geocentrism dan bangkitnya Evolutionism:
"With the end of geocentrism, what was emerging was the evolutionist point
of view. All that Galileo’s judges could distinctly see as menaced was the
miracle of Joshua. The fact was that in consequence the seeds of decomposition
had been introduced into the whole of the Genesis theory of the fall: and we
are only today beginning to appreciate the depth of the changes which at that
time were already potentially completed."
Tahukah apa itu Miracle of Joshua? Mungkin yang beragama Yahudi atau Nashrani
di sini tahu, karena kisahnya ada di Perjanjian Lama. Tapi, yang Muslim mungkin
belum tahu, karena kisahnya tidak ada di AlQur-an, melainkan di dalam hadits.
Joshua dalam Islam adalah Yusya bin Nun, salah seorang nabi dari kaum Israel.
Suatu hari, Yusya memimpin pasukan untuk menyerang suatu kota dan menguasainya.
Sampai sore hari, pertempuran belum selesai padahal waktu itu hari Jum'at.
Memangnya kenapa kalo hari Jum'at? Karena besoknya adalah hari Sabbath dimana
kaum Israel diperintahkan beribadah di hari itu dan tenggelamnya matahari
adalah tanda permulaan hari. Otomatis peperangan harus dihentikan. Karena
tanggung, Yusya berdoa kepada Tuhan agar Matahari ditahan sampai kemenangan
dicapai. Doa Yusya dikabulkan, sampai 1 hari penuh matahari tidak tenggelam.
Dari sisi sains, apa efeknya bila rotasi bumi berhenti? Apakah sains bisa
menerima hal ini? Ane yakin enggak.” Goen, Kaskus.
Sebenarnya ada beberapa lagi
pembahasan yang menarik seperti stationer bumi yang dijelaskan Goen, kaskus
dengan “gelombang yang tertahan”, dsb yang bila dicocok-cocokkan dengan dalil
ada kecocokan.
James
Clerk Maxwell, membangun teori elektromagnetik seluruhnya berdasarkan konsep
Ether. Jadi teori ether bukan tidak bermakna atau tidak berguna. Nah itu
buktinya. Dari teori yang dibuang/ditenggelamkan ke lumpur hitam ini, maka
lahirlah teori elektromagnetik, salah satu bahan yang umum, biasa dan mudah
untuk membuat dinding/medan elektromagnetik ini adalah “besi dan tembaga”.
Sedangkan diketahui pula, awal pertama kali penemuan magnet buatan, dengan
percobaan memakai batangan besi yang diberi lilitan tembaga. Dua gunung, ehh
salah dua kutubnya utara selatan, merujuk dinding yang memisahkan utara dan
selatan dalam kisah Zulkarnain, maka ia bisa saling menarik atau saling
menolak. Dalam saintfiksi ada perkiraan elektromagnetik ini dapat menjadi
dinding pembatas, seperti dalam film “Battle in Los Angles”, harusnya sih
dikasih “efek salju” gitu. Dalam kenyataan dengan kaitan teori heliosentris,
evolusi dan kemudian merasuk kedalam filsafat atheis, sekuler, komunis, dsb
kemudian terakumulasi menjadi sendi-sendi dasar ilmu pengetahuan dunia saat
ini, maka tampaknya saat ini dinding pembatas umat islam adalah ilmu
pengetahuan, ia belum dapat ditabuk dan ia, dinding itu sebenarnya ada tapi
terkesan tak ada. Penganutnya lebih banyak dan ia terkesan sangat bertentangan.
O ya ilmuan-ilmuan peneliti awal ini, beberapa dari Eropa dan ada juga yang
dulunya tinggal atau dari Rusia yang berpindah ke Amerika loh. Tembok
Zulkarnain diperkirakan berada diseputar kaukakus, yang telah dapat ditabuk
kemudian dinding berganti yang ghaib, ada tapi seakan-akan terkesan tidak ada
(yaitu ilmu pengetahuan), karena menyangkut kaum yakjuj makjuj yang harus
tersebar dahulu didunia (dalam dalil lainnya) namun sebenarnya juga tetap harus
ada dinding penghalang yang mengkaburkan/mengghaibkan pemahamananya.
Uniknya
atau secara bahasa manusianya “kebetulan” malamnya penulis kepingin betul
rasanya nonton film, dan ternyata 2 film yang ditonton malam itu berhubungan
dengan permasalahan eter/dark metter ini. Jadi anggap sajalah kebetulan, karena
mungkin saja berhubung dikepala masih terpengaruh apa yang sedang ditulis maka
melihat beberapa kejadian jadi selalu menghubung-hubungkannya dengan apa yang
masih berkeliaran dikepala bahwa ini ada hubungannya gitu, yang padahal bisa
saja karena pengaruh apa yang terpikirkan saja lalu dihubung-hubungkan yang
padahal belum tentu ada hubungannya.
Dalam
film “Thor 2” walau kisahnya nga jelas gitu, diawal kisah dijelaskan bahwa ada
senjata kegelapan yang disebut eter yang dapat menghasilkan materi gelap, dark
metter, merupakan senjata kegelapan yang sangat mengerikan, pada bagian ending-ending
akhir film ini, digambarkan adegan terjadi di sebuah meseum atau monement,
apakah itu berhubungan dengan tempat diputuskannya waktu dunia, penulis tidak
tahu. Namun juga adalah penjelasan tempat adegan di Greenwich bahwa Greenwich
menjadi titik penghubung 9 dunia, dimana Greenwich seakan-akan disengaja
diblowup dalam adegan tersebut atau diopinikan sebagai pusat bumi karena
posisinya sebagai kiblat waktu dunia. Tanpa ingin memusingkan mencari tahu
maksud skenario film tersebut mengapa skenarionya dibuat seperti itu. namun
yang menarik adalah tentang senjata eter ini.
Salah
satu dari “kemungkinan-kemungkinan” penyebab perang yang lebih adil dimasa
depan adalah adanya bencana elektromagnetik di masa tersebut, dikatakan
“kemungkinan” karena sifatnya yang belum terjadi dan hanya berdasarkan
perhitungan/hipotesa atau mungkin saja Anda benar, hanya karena prasangka dari
penulis saja. jadi, ya.. jangan ditelan mentah-mentah. And so Titip makar lagi
ya, kalau elektromagnetik itu adalah teknologi manusia maka sudah saatnya kau
beralih ke haq dan serahkan kepada kaum yang haq tersebut. Sebenarnya sih
senjata umat islam itu adalah Al-Quran dan Hadist, ilmu yang ada didalamnya.
Usaha, amal dan doa dibalut tauhid, akhlak, akidah, tawakkal, sabar, semangat jihad,
istiqomah, wala, bara, dsb adalah senjata umat islam.
Untuk
hal detail dari kemungkinan senjata ini, dan adanya satu wilayah/posisi penting
darinya. Rasanya tidak perlu dijelaskan dan diperinci lebih jauh karena, ya
bisa saja hanya sekedar prasangka penulis saja.
Dari
sini setidaknya kita tahu pula lain hal bahwa salah satu sebab, bagaimana dan
mengapa ilmu pengetahuan dan teknologi pada awal-awal islam berkembang pesat,
karena dalil-dalil dalam islam kaya dengan premis-premis.
Bila
kita melihat umumnya game, bagaimana masing-masing karakter punya tugas dan
rutinitas tertentu, dan bila saja game tersebut di autopilotkan semua dengan
intelektual dari script dan pada perangkat/gadgetnya sendiri, kita juga bisa
melihat jalannya dunianya secara mandiri, seumpama game perang, mereka otomatis
membangun barak dan bangunan lainnya sendiri, mengumpulkan resaurcesnya
sendiri, membangun pasukannya sendiri dan saling berperang dengan targetnya
yang dipilihkan dari hasil scriptnya sendiri. Bila diotomatiskan atau diversus
com-kannya game tersebut. Dari sini karena kita sejajar posisinya dengan
pencipta gamenya, manusianya, kita bisa melihat ada bentuk miniasi dunia, fisik
makhluknya beserta alat prasarananya, dan juga batasan alam akal dan pikirannya.
Sebuah bentuk yang diadakan. Bila Anda bisa melihat itu. ya. Tapi ini hanya
miniasi yang tidak dapat menggambarkan keseluruhannya. Maka harusnya Anda pun
dapat faham bahwa manusia juga adalah makhluk yang sengaja diadakan. Anda
harusnya bisa menyelami bahwa ada pencipta yang telah menciptakan Anda. O ya
Kenapa? Haaa, itu hanya kebetulan, kebetulan diciptakan layar tv, diciptakan
sinyal, gadget, dsb. Yang kebetulan juga bisa diciptakan game sesudah itu.
kebetulan ada softwarenya, kebetulan ada hardwarenya, kebetulan ada sinyalnya,
dan kebetulan ada setrumnya, ya mungkin juga kebetulan ada yang ngembangin,
pengembangnya. Oh jadi ada karena kebetulan ya. Kebetulan gitu kok bisa punya
keteraturan yang menakjubkan gitu ya.
Kebayang
tidak, bagaimana bila para atheis tiba-tiba mendapat tahu bahwa ilmu
pengetahuan yang selama ini jadi acuan hidupnya ternyata mengandung banyak
tipuan atau kebohongan yang tersengaja bahkan pula tersistimatik berratus-ratus
tahun, ketika telah tidak percaya dengan adanya Tuhan, tiba-tiba juga hilang
kepercayaan dengan ilmu pengetahuan dan falsafah pembangunnya yang serupa
tujuan evolusi itu, lalu akan jadi bagaimana mereka kelak tersebut, emosi
seperti apa yang akan terjadi pada diri mereka, labil yang seperti apa dan
siapakah yang akan ia salahkan?
Tidak
terima bila kau hanya makhluk yang diciptakan kah? Jadi ingat pula awal-awal
kisah komik feng Shen Ji, bila dikomik itu, dewa dianggap otoriter dan manusia
ingin kehendak bebasnya. Mungkin gagasan dikomik ini mengandung beberapa bagian
sudut pandang atheis, namun dengan cara berbeda atau dengan sudut pandang lain,
kita bisa saja mendapatkan hikmah tentunya melihat secara kacamata dalil syari
akan seputaran hal-hal tersebut. Sebagaimana fitnah yang telah masuk ke ruang
privat, maka sebagai pasangannya atau lawannya demikian pula kebenaran tentulah
telah masuk juga dalam ruang privat.
Kau
masih bisa menentang Tuhanmu, agama yang diridhoiNya, utusan yang dipilihkanNya
untukmu, dsb. Maka itu tandanya kehendak bebasmu masih merdeka, kau masih
diberi dua pilihan, diilhamkanNya jalan kebenaran atau jalan kefasikan. Kau toh
bukan robot yang diprogram dengan satu perintah yang tentunya robot tidak akan
keluar dari apa-apa yang diperintah program tersebut.
Kebayang
tidak, bila Yahudi dan Nasrani, yang tiba-tiba Yesus turun ke bumi dan mengaku
beragama islam, mengikuti syariat islam terakhir, diantara mereka akan ada dan
banyak yang menolak Beliau, tidak diterima mereka karena dianggap nabi palsu
(dari manusia pertama nabi Adam as beragama islam, jadi sejarah dan wilayah
dunia ini sudah milik islam, karena klaim islam terhadap orang-orang besar di
masa lalu tersebut, karena setiap kaum pernah mendapat utusanNya, maka ada
seorang profesor Yahudi berkata, bahwa di timur tengah yang ada adalah
pembebasan negeri islam, bukan penaklukan islam atau adanya kolonialisme
islam), bila ia tidak mengakuinya sebagai Yesus yang ditunggu-tunggu, setelah
mana pula sebelumnya tertipu dengan satu sosok pembohong (yang bakal dianggap
nabi/tuhan asli) yang ternyata juga dapat mati, ilmu pengetahuan pun telah
rancu pada faham mereka, maka akan jadi apa mereka, emosi apa yang keluar pada
saat itu, salahkan siapa?
Siapakah
yang hakiki sebenarnya dalam kejengkelan selalu? Ingin membuat jengkel malahan
diri sendirinya lah yang tambah kejengkelannya.
Dari
beberapa sumber kitab agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan, kita dapat
femahaman bahwa masing-masing kaum sedang menunggu satu sosok penting di dekat
akhir dunia atau bumi dengan bahasa kerennya “sang penyelamat”. Bahkan kaum
satanic pun menyadari bahwa junjungannya akan keluar ketika keadaan dunia
sangat kacau balau, yaitu ketika point/batasannya telah penuh atau mencapai
puncaknya. Dalam game bila mau upgrade menunggu gold, food, woodnya sampai
cukup untuk kebutuhannya baru dapat upgrade buildingnya atau bila point telah
cukup baru reward didapatkan. Ketika point telah terpenuhi sampai batasannya
barulah sosok penyelamat itu datang. Lucunya seakan-akan yang dianggap kaum
yang akan memenuhi dan membuat banyak kekacauan itu umat islam, padahal banyak
kaum lain yang benar-benar merekalah yang berpotensi membuat kekacauan itu
hingga kelak penuh pada jumlah maksimalnya. Umumnya digeneralkan sebutannya
mereka sebagai kaum satanic. Versi satanic pun jadi bermacam-macam lingkupnya.
Kalau secara jeleknya, kalau mau cepat sosok itu keluar, mereka atau kaum-kaum
itu tahu apa yang harus dilakukan. Kadang pula ada “sekan-akan” tanpa sadar,
mereka sebenarnya telah dan sedang melakukan itu. Mereka sangka melakukan
perbuatan kebaikan, padahal mereka telah dan sedang membuat kerusakan yang
banyak di bumi.
Dajjal
saat hadirnya akan mengaku sebagai nabi, kemudian akan mengaku sebagai Tuhan.
Dengan kemampuan yang ajibnya akan banyak orang-orang tertipu menjadi
pengikutnya. Ia akan mengaku Tuhan yang universal. Pada kaum ini, ia akan
mengaku titisan dewa ini, pada lain kaum ia akan mengaku reinkarnasi tokoh
abadi umat itu, pada kaum lainnya lagi, ia akan mengaku Tuhan yang berwujud
manusia, pada kaum lain, ia akan mengaku sebagai pemimpin pembaharu pemersatu
manusia di masa depan dengan satu tata dunia olahannya, dsb. Ketika banyak
orang-orang galau dengan ilmu dan galau segalau pula dengan bermacam bencana,
ketika itu pulalah banyak yang akan mengikutinya.
Ketika
muncul satu sosoknya lainnya lagi, yang mengaku nabi Isa as dan benar-benar ia
orangnya, kemudian Dajjal akan menyeru memeranginya atau kaum islam, lucu
Dajjal ini sudah tau ada dalil tentang kematiannya bila kesana, ya mau nga mau
kali mesti kesana, dari pada kebohongannya terbongkar. Seakan-akan.. ah takdir
gue yang nentuin, gue bisa ubah takdir atau gue bisa dan mau buktiin pedoman
elu salah, gue bakal selamat kali ye.. gue sudah megang kunci-kunci kemenangan,
pengikut gue banyak, teknologinya tinggi, gue pun punya yang ajib-ajib, masa seh
gue kalah, mungkin gitu katanya ya! Dan ketika Dajjal kalah dan mati, orang
yang tidak bertuhan dan kemudian oleh karena ajibnya hingga mengakui adanya
Dajjal adalah sebagai tuhan (apakah atheis tidak akan mengakui pula atau punya
tuhan juga kelak, melihat kemampuan Dajjal, apa mereka tidak ikut tunduk?),
gimana perasaannya? emosi apa yang akan mendominan wataknya? Demikian pula
ketika pemimpin yahudi dan nasrani ini mati (yang tidak membenarkan nabi Isa as
hanya sebagai utusan Tuhan, tidak menerimanya sebagai nabi utusan Allah SWT),
melihat kejadian ini. Rasa apa yang mereka rasakan, dan apa jadinya … maka
datanglah gelombang gerombolan terakhir yang meluluhlantahkan apa-apa yang
mereka singgahi.
Bagaimana
ketika dua bentuk sistem dari “satu kesatuan tata dunia” bentrok suatu masa
nanti? Masing-masing tentulah ada pendukungnya.
Dalil
yang menyatakan Yakjuj dan Makjuj adalah kaum manusia pula.
1.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah berfirman: “Wahai
Adam!” maka ia menjawab: “Labbaik wa sa’daik” kemudian Allah berfirman:
“Keluarkanlah dari keturunanmu ahli neraka!” maka Adam bertanya: “Ya Rabb,
apakah ahli neraka itu?” Allah berfirman: “Dari setiap 1000 orang, 999 di
neraka dan hanya 1 orang yang masuk surga.” Maka ketika itu para sahabat yang
mendengar bergemuruh membicarakan hal tersebut. Mereka bertanya: “Wahai
Rasulullah, siapakah di antara kami yang menjadi satu orang tersebut?” Maka
beliau bersabda: “Bergembiralah, karena kalian berada di dalam dua umat,
tidaklah umat tersebut berbaur dengan umat yang lain melainkan akan
memperbanyaknya, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Pada lafaz yang lain: “Dan tidaklah
posisi kalian di antara manusia melainkan seperti rambut putih di kulit sapi
yang hitam, atau seperti rambut hitam di kulit sapi yang putih.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dalil
pertama membandingkan manusia dengan manusia lain, keturunan nabi Adam as,
antara jumlah penduduk surga dan neraka, dalil kedua umat islam (manusia)
dibandingkan dengan dua kaum, apakah perbandingan kaum ini, bukan kaum daripada
manusia pula?
2.
Dari abu hurairoh bahwa Rasulullah bersabda, sesungguhnya yajuj dan majuj
menggali [Dinding] setiap hari. ketika mereka nyaris melihat sinar matahari
berkatalah orang yang di atas mereka. Kembalilah dan kita akan menggalinya lagi
besok. Allah lalu mengembalikanya lebih rapat dari semula. Hingga mereka sampai
ke tempat mereka dan Allah berkehendak untuk membangkitkan mereka kepada
manusia. Mereka menggali sampai ketika mereka nyaris melihat cahaya matahari,
berkatalah pemimpin mereka, kembalilah, kita akan menggalinya lagi besok. Hari
berikutnya mereka kembali dan keadaanya sama seperti pada hari mereka
meninggalkanya. Maka menggalinya dan keluar kepada manusia. Mereka mengeringkan
air. Orang orang berlindung dari mereka di benteng benteng.”
Dari
hadits tersebut dapatkah kita mengambil kesimpulan bahwa yakjuj dan makjuj
bukan kaum manusia?
3.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Belum akan tiba kiamat sehingga kaum muslim memerangi
kaum ‘Turk’ (Tartar), kaum yang wajahnya (licin dan lebar) seperti perisai.
Mereka akan mengenakan pakaian (yang terbuat) dari bulu, dan mereka berjalan
mengenakan (sepatu yang terbuat) dari bulu”. (HR. Muslim, Abu Dawud, dan
an-Nasa’i).
Dari
hadits ini dijelaskan bahwa kaum yang dimaksudkan yakjuj makjuj adalah kaum
"Turk" bermuka licin dan lebar seperti perisai dan pakaian serta
sepatu yang terbuat dari bulu. Kaum ini serupa/seperti manusia, sebagaimana
Turk adalah bangsa manusia juga.
Umat-umat
terdahulu, ketika diberi peringatan lalu diazab hanya melewati rentan waktu
sesaat saja atau sekedar puluhan tahun saja. Ada riwayat yang penulis tidak
tahu statusnya yang dikatakan bersumber dari nabi, bahwa nabi pernah juga
diutus berdakwah kepada kaum Yakjuj dan Makjuj, dan kaum ini menolak dakwah
Beliau. Pada riwayat tersebut apa benar peristiwanya pada saat terjadi saat
isra miraj atau mungkin pada sebuah waktu khusus dahulu (entahlah). Jamak pula
diketahui bahwa ajaran nabi terakhir adalah ajaran penutup yang diperuntukkan
untuk seluruh bangsa atau kaum manusia. Peringatan telah berjalan lebih 1400
tahun lamanya, lalu adakah azab yang terjadi seperti azab kaum terdahulu pada
umat sekarang. Azab terdahulu sesuai dengan hanya kaum tertentu saja sesuai dengan
nabi yang diutus pada kaum tertentu itu saja. Bila ada azab besar umat terakhir
ini maka sesuai dengan nabi yang membawa risalah untuk semua kaum-kaum manusia
sekarang ini, maka azab pun akan berlaku secara general pada kaum-kaum manusia
tersebut. Puncak penyegeraan azab ini terjadi ketika, mereka, sebagian besar
mereka berkumpul disebuah tempat, kemudian melakukan atau mengacungkan senjata
kelangit dan menantang Allah SWT. Lalu merekapun dimatikan semua pada saat doa
nabi Isa as. Asbab-asbab telah ditetapkan dan telah dikabarkan oleh nabi. dan
namun Azab itu masih menyisakan kaum-kaum apa yang Allah SWT hendak
menyisakannya. Pada saat itupun efeknya akan menyebabkan agama-agama dan
kepercayaan-kepercayaan pun hancur dan runtuh hingga tersisa adalah islam.
setelah yang baik-baik diwafatkan, yang buruk dari sisa ini akan kembali pada
asalnya, keburukan maka jadilah mereka kaum yang merasakan kiamat langsung.
Kenapa?
Kalau mereka yang di jaman periode kiamat ini masih bisa berketurunan, masih
bisa bergenerasi baru, kok nga ada kabar dan peringatan buat mereka, risalah
dan agama yang benar, adilkah? Tuhan pasti tau dari sejak penciptaannya yang hakiki
dari diri dari ciptaan-ciptaanNya. Memang mereka umat jaman kiamat itu, sudah
merupakan produk gagal dan layak masuk neraka dan layak kena azab “hari kiamat”
dan itu sudah dalam pertimbangan kemahabijaksanaan, kemahaadilan, kemahatahuan
Tuhan terhadap diri manusia-manusia itu meskipun mereka belum diadakan di dunia
ini waktu hadirnya. Otoriter banget sih? Nah kamu bisa memprotes Tuhan begini,
sama saja hak bebas memilihmu itu ada, masih merdeka, berarti Tuhan nga
otoriter seperti dugaanmu. Tuhankan sudah bilang. Bisa saja umat manusia semua
dibikin secara produk pabriknya untuk taat selalu atau membangkang. Apa kamu
tidak berpikir.
Mengapa
harus nabi Isa as yang turun diakhir jaman, bukan nabi-nabi lainnya yang
mewakili. Ya, bisa jadi karena ada hubungan istimewa antara nabi Isa as dengan
umat akhir jaman, mungkin karena masalah polemik agama, karena ada yang
menganggapnya tuhan (dalam injil barnabas, yesus ketika diangkat sampai tidak
bisa langsung ke masuk surga sebab ini, dan akan menjadi sebab pula, akan jadi
misi baru yang Ia selesaikan permasalahannya nanti di akhir jaman) dan masalah
kaum/suku bangsanya, yang mungkin itu berarti umat Yahudi, turunan-turunan Bani
Israel dan Nasrani. Nabi Isa as turun sebagai hakim yang adil, Kehadirannya
akan menjelaskan seterang-terangnya perkara atau polemik di sekitar
permasalahan status dirinya, juga bila umat islam atau bagian umat islam yang
menjelaskan bahwa agama islam adalah agama terakhir, agama yang benar menurut
Tuhan, tentu banyak umat lain tidak akan begitu saja percaya dengan klaim
sepihak itu, maka memang adalah baik bila nabi Isa as yang turut menjelaskan dan
menampakkan agama pilihannya, Beliau pula akan memutuskan perkara perselisihan
islam dan umat lainnya, menjelaskan dirinya apakah Tuhan atau sekedar utusan
Tuhan, makin menguatkan ukhuwah islamiah umat islam (termaksud umat hasil
bimbingannya kelak), menombak Dajjal, membersamai dan mengusap wajah-wajah
mujahidin yang ketika berperang tidak dapat melihat karena terselimuti gelap
(mungkin asap pekat) hingga dapat melihat seterang siang dan tidak jadi kalah, mengukuhkan
dan meneguhkan satu system dan tata aturan tata dunia yang satu dibawah kendali
syariat Allah SWT, dsb.
Ada
nabi dari masa yang lalu diturunkan kembali ke akhir zaman, ada kabar dan
peringatan, tidak mengindahkan akan keterangan yang jelas dan seterang ini
nantinya, maka Azab seperti umat-umat terdahulu yang dibinasakan bisa saja terjadi,
maka ketika kabar akan kejadian azab itu tersebar di dunia di dalam “breaking
news”, pastilah efeknya runtuhlah semua agama kecuali islam dan tunduklah semua
bentuk pemerintahan. pernah membaca riwayat tentang azab kepada umat dari
nabi-nabi dimasa lalu kan.
Dikatakan
azab ini, Matius 24:37-39, 12:17, seperti keadaan hukuman kepada umat nabi Nuh
as (pemusnahan masal, pembangkangan terus menerus seperti sebelum hingga sampai
waktu nabi Nuh as masuk ke bahtera dan air bah datang), menggenapkan firman
yang disampaikan nabi Yesaya. Apakah rincian gog magog akhir jaman akan
berhubungan dengan firman Yesaya?
Wahai orang-orang
yang telah diberi Kitab! Berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan
(Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada kamu[1],
sebelum Kami mengubah wajah-wajah(mu), lalu
Kami putar ke belakang[2] atau Kami laknat mereka[3] sebagaimana Kami telah melaknat orang-orang (yang
berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu)[4]. Dan
ketetapan Allah pasti berlaku[5]. Qs. An Nisa:47
[1] Karena kitab-kitab Allah antara
yang satu dengan yang lainnya saling membenarkan, maka jika mereka menolak
(tidak beriman) kepada salah satunya, seperti tidak beriman kepada Al Qur'an,
sesungguhnya mereka sama saja tidak beriman kepada semua kitab Allah. Pada ayat
ini juga terdapat dorongan bagi mereka, yakni sepatutnya mereka lebih dulu
beriman kepada Al Qur'an sebelum yang lainnya karena ilmu yang telah diberikan
Allah kepada mereka. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan menghapus wajah
mereka, jika tetap tidak beriman. Pen: karena setiap kaum pernah diutus
nabi-nabi, maka mungkin yang dimaksud adalah semua agama dan kepercayaan di
dunia sebagai makna ahli kitab, ada juga tafsirnya yang dimaksud yaitu Yahudi
dan Nasrani, karena hubungan surat ini membahas umat atau turunan bani israel.
[2] Maksudnya ialah mengubah muka
menjadi polos (tidak ada mata dan hidung) seperti bagian belakang kepala
mereka. Hal ini merupakan balasan terhadap amal yang mereka kerjakan. Karena
mereka telah meninggalkan kebenaran dan mengutamakan kebatilan serta
memutarbalikkan fakta, yang batil menjadi hak dan yang hak menjadi batil, maka
mereka diberi balasan dengan dihapuskan wajah mereka sebagaimana mereka telah
menghapus kebenaran. Pen: ada juga tafsir yang menjelaskan bahwa “sebelum
Kami mengubah wajah-wajah(mu)” maksudnya kutukan seperti kutukan yang
terjadi kepada Ashabus Sabti (Orang-orang yang melanggar di hari Sabtu), apakah
perubahan fisik (wajah) ataukah perubahan sifat, seperti sifat binatang kera
dan babi. Hari gini, sifat binatang ini kan banyak contohnya ada pada manusia.
Cuman masalahnya apakah ayat ini juga menyangkut keterangan untuk dapat pula
dimaknai yang akan terjadi pada akhir jaman, tentang kaum Yakjuj dan Makjuj.
Karena ayat ini dapat bermakna juga akan bisa saja ada kaum yang akan dikutuk
tanda kutip “kelak”, bukan yang dimaksud ashabus sabti, tapi kutukan yang dapat
terjadi seperti ashabus sabti dahulu itu. Dan ayat-ayat diseputar ayat ini
menunjukkan contoh manusia yang buta, tuli dan gelap hati. entahlah. (nash kan
juga ditujukan sebagai petunjuk pula untuk manusia hari ini, manusia 10 tahun
berikutnya dan tahun-tahun berikutnya selama umat islam masih ada).
[4] Lihat surat Al Baqarah ayat 65
dan surat Al A'raaf ayat 163.
[5] Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia." (Terj. Yaasiin: 82)
Asbâbun
Nuzûl: Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb
an-Nuzûlinya (Juz. 5, 4/an-Nisâ’) dengan menisbahkan kepada Ibnu Ishâq dalam
Tafsîr Ibn Ishâqnya:
“Dikemukakan
oleh Ibnu Ishâq yang bersumber dari ‘Abdullâh bin ‘Abbâs. ‘Abdullâh bin ‘Abbâs
berkata: “Rasûlullâh SAW. berbicara dengan para pemimpin Pendeta Yâhudî, di
antara mereka ialah ‘Abdullâh bin Shuria dan Ka’b bin Usaid, lalu sabda beliau
SAW: “Wahai kaum Yâhudî, bertaqwalah kepada Allah dan masuklah Islam. Maka demi
Allah, sesungguhnya kalian (para pemimpin Pendeta Yâhudî) tentu mengetahui,
bahwa apa yang saya (Nabi SAW.) sampaikan kepada kalian (para pemimpin Pendeta
Yâhudî) adalah benar”. Maka berkatalah mereka (para pemimpin Pendeta Yâhudî):
“Kami (para pemimpin Pendeta Yâhudî) tidak mengetahui hal tersebut, wahai Muhammad!”.
Maka Allah SWT. menurunkan Ayat (Ayat: 47, Surat an-Nisâ’):
Apakah kamu tidak
melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka
membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu
tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar). (4: 44)
Dan Allah lebih
mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi
Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu). (4: 45)
Ayat
ini diturunkan berkaitan dengan para cendikiawan Yahudi yang tinggal di kota
Madinah ketika datangnya Islam. Sepatutnya mereka itu mengimani Rasul dan
al-Quran, namun ironisnya, sejak awal mereka mencoba memusuhi dan menentang
Rasul, bahkan mereka bekerjasama dengan kaum Musyrik Mekah.
Ayat
ini mengingatkan bahwa para cendekiawan Ahlul Kitab mengetahui
firman Allah, tapi tidak menjadikan Kitab sebagai jalan petunjuk kebenaran bagi
diri mereka sendiri. Tidak cukup itu, mereka malah menyesatkan orang lain yang
ingin beriman kepada Allah Swt. Allah menegaskan kepada umat Islam agar mereka
tidak takut terhadap permusuhan kaum Musyrik. Karena kaum kafir tidak
terlepas dari kekuasaan ilahi dan
kalian juga pasti mendapatkan bantuan Allah.
Dari
dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mengenali Kitab
Allah dan hukum-hukum ilahi dengan sendirinya tidak menjadi penyebab
kebahagiaan dan keselamatan.
2.
Musuh utama masyarakat Islam adalah musuh agama dan ideologi, baik di
dalam maupun di luar negeri.
3.Allah
hanya akan melindungi orang yang berpegang teguh pada-Nya.
Yaitu orang-orang
Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata:
"Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka
mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar
apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar
lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar
dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih
baik bagi mereka dan lebih tepat, akan
tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman
kecuali iman yang sangat tipis.
(4: 46)
Salah
satu cara penentang Islam mengganggu adalah dengan menghina dan mengolok-olok.
Al-Quran banyak mengutip sikap dan gangguan para penentang Islam ini. Jelas,
mereka memilih cara ini karena tidak punya kemampuan melawan logika Islam.
Mereka hendak mempertunjukkan kedengkian dan dendam mereka terhadap
Islam. Dalam ayat ini disebutkan, beberapa orang Yahudi menyalahgunakan
penggunaan kalimat serta menyindir Rasul dengan mengatakan, "Engkau
yang berkata, sementara kami yang tidak mendengarkan dan
kami juga berkata, engkau tidak mendengar, karena
apa yang engkau katakan adalah untuk membodohi kami. Inilah yang menyebabkan
kami tidak menaatimu."
Mereka
bahkan menyalahgunakan kata yang mirip. Ketika Rasul Saw
membacakan ayat-ayat al-Quran, kaum Muslimin
berkata, "Wahai Rasul! Raa'ina!" Artinya,
bertenggangrasalah kepada kami, dan berikan kepada kami kesempatan untuk dapat
mendengarkan perkataanmu dengan lebih baik dan kami simpan di dalam ingatan
kami. Adapun kaum Yahudi menggunakan kalimat ini di depan Rasul, dan yang
dimaksudkan adalah arti lainnya yaitu membodohkan. Oleh itulah, Allah berfirman
ditujukan kepada mereka dan juga kaum Muslimin agar mereka
menggunakan kata "Undzurna" sebagai ganti
kalimat "Raa'ina" yang memiliki arti memberikan peluang dan
tidak memiliki makna buruk tadi.
Dari
ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita
harus bersikap obyektif, sekalipun di hadapan para musuh. Ayat ini tidak
mencela semua orang Yahudi, tapi hanya kepada mereka yang benar-benar
mencemooh.
2. Tidak
boleh menodai kesucian agama, baik terkait pemimpin
maupun hukumnya.
3. Keselamatan
manusia terletak pada kepatuhannya kepada Nabi dan Allah.
Hai orang-orang
yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan
(Al Quran) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka(mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau
Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat
maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan
Allah pasti berlaku. (4:
47)
Sebagai
kelanjutan ayat-ayat sebelumnya yang ditujukan kepada Ahlul Kitab, ayat ini
mengatakan kepada mereka, "Kalian telah mengenal Kitab Allah dan
semestinya kalian lebih punya kecenderungan kepada Islam. Sebenarnya
kalian tidak dapat dibandingkan dengan orang-orang Musyrik yang sama sekali
tidak memiliki latar belakang keimanan kepada Allah. Terlebih lagi Islam sejalan
dengan Kitab kalian yang mengesakan Allah. Ayat
ini kemudian menjelaskan sebuah prinsip penting bahwa bila kalian memungkiri
kebenaran atas sifat kebencian dan mengolok-olokinya, sebenanya kalian telah
menghapus fitrah kalian sendiri. Bila hal ini terus berlanjut, berarti kalian
telah menghapus fitrah kalian dan secara perlahan-lahan sifat kemanusiaan
kalian akan sirna.
Ayat
ini berbicara tentang perubahan wajah manusia yang mengisyaratkan bahwa alat
pemahaman manusia berada di kepalanya. Al-Quran menyebut ketidakberdayaan
manusia memperoleh hakikat dan kebenaran dengan terhapusnya wajah mereka.
Demikianlah adanya ketika lidah tidak mau mengkaui kebenaran, maka mata,
telinga dan akal lambat laut menyeleweng dan melihat kebenaran terbalik menjadi
kebatilan.
Sama
halnya ketika manusia melihat alam sekitarnya dari balik kaca mata
hitam. Semua yang dilihatnya di siang hari terlihat gelap seperti di malam
hari. Ayat ini menyinggung peristiwa penyelewengan beberapa orang Yahudi dari
hukum Tuhan, tentang libur di hari Sabtu. Dalam ayat ini Allah mewanti-wanti
orang Yahudi bahwa bila sebelumnya mereka yang melanggar larangan hari Sabtu
dijatuhi sanksi dengan mengubah wajah mereka seperti kera, maka kalian juga
akan binasa bila mempermainkan ayat-ayat al-Quran.
Dari
ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Saat
mengajak orang lain kepada Islam, kita juga harus mengakui kebaikan orang lain.
2. Prinsip
universal semua agama itu sama.
3. Islam
menyeru para pemeluk Yahudi untuk meningkatkan iman dan
menerima Islam.
4. Salah
satu penyebab turunnya siksa dunia adalah mempermainkan kesucian agama. (IRIB
Indonesia)
47. Wahai
orang-orang yang telah diberi Kitab! Berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami
turunkan (Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada kamu[1], sebelum Kami
mengubah wajah-wajah(mu), lalu Kami putar ke belakang[2] atau Kami laknat
mereka[3] sebagaimana Kami telah melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat)
pada hari Sabat (Sabtu)[4]. Dan ketetapan Allah pasti berlaku[5].
48. Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni dosa yang selain (syirik) itu, bagi siapa yang Dia kehendaki[6]. Barang
siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh, ia telah berbuat dosa yang
besar[7].
49. Tidakkah kamu
memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan
Nasrani)?[8] Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang
Dia kehendaki[9] dan mereka tidak dizalimi sedikit
pun.
50. Perhatikanlah,
betapa mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?[10]
Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa
yang nyata (bagi mereka)[11].
51.[12] Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang
diberi bagian dari Al kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut[13], dan mengatakan kepada orang-orang kafir
(musyrik Mekah)[14], bahwa mereka itu lebih benar
jalannya daripada orang-orang yang beriman[15].
52. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah. Barang
siapa yang dilaknat Allah, niscaya kamu tidak akan mendapatkan penolong baginya[16].
53. Ataukah mereka
mempunyai bagian dari kerajaan
(kekuasaan)[17], meskipun mereka tidak akan memberikan sedikit pun
(kebajikan) kepada manusia[18].
54. Ataukah mereka
dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia[19]
yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah memberikan Kitab dan
Hikmah (kenabian) kepada keluarga Ibrahim[20], dan
Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.
55. Maka di antara
mereka (orang-orang yang dengki itu), ada yang beriman kepadanya[21], dan di antara mereka dan ada pula yang menghalangi
(manusia beriman) kepadanya[22]. Cukuplah (bagi
mereka yang tidak beriman) neraka Jahanam yang menyala-nyala apinya. Qs. An
nisa
Bagaimana
kalau penulisnya yang salah cocokloginya, ya bisa saja terjadi karena ini
berdasarkan kemungkinan, dinamakan kemungkinan karena belum terjadi dan hanya
bersandar pada hipotesa atau mungkin prasangka penulis saja, meskipun merujuk
dalil yang ada cocoknya, tapi penulis tidak berani memastikan apakah cocoklogi
penulis benar-benar sesuai dengan maksud dalil dan tafsirnya. Bukanlah dalil
yang salah tapi faham penulisnya yang salah dan itu bisa jadi… dan jadi… jangan
ditelan mentah-mentah dahulu, rujuklah kepada nash dan ulama-ulama yang
berkompeten, dan Anda pun termotivasi menyelami nash. Bagaimanapun bisa sajakan
penulis ini juga termaksud ruwaibidhah, salah satu alasan tulisan ini, hanya
sekedar mengajak anda berpikir ulang. Ambil yang bermanfaat dan buang yang
tidak manfaat.
….. Jin yang paling
atas mendengar ucapan malaikat, kemudian disampaikan ke jin bawahnya, dan
seterusnya, hingga jin yang paling bawah menyampaikannya kepada tukang sihir
atau dukun. Terkadang mereka mendapat panah api sebelum dia sampaikan kepada
dukun, dan terkadang berhasil disampaikan sebelum terkena panah api. Kemudian dicampur dengan 100 kedustaan.
(sehingga ada 1 yang benar). Orang mengatakan, bukankah pak dukun telah
mengatakan demikian dan dia benar? Akhirnya sang dukun dibenarkan dengan satu
kalimat yang benar yang dicuri dari langit. (HR. Bukhari 4800).
Bisa
pula, mungkin saja, hipotesa ini dari setiap tulisan ini tercampur dengan
kesalahan-kesalahan maka telitilah dan telaahlah. Mungkin ada hal benar dan
namun bisa saja ada hal yang tercampur dengan kesalahan, sebagaimana contoh
hadis diatas. Hal tulisan-tulisan ini bukan ramalan namun hasil dari hal yang
dapat dianalisa, diperhitungkan. Penulis hanya manusia biasa yang tidak luput
dari salah dan dosa. Salah satu contoh model lain tentang arahnya hal seperti
hadis ini seperti propoganda dalam hal mengaburkan sesuatu keburukan atau sesuatu
kebaikan hingga orang dapat salah menilai terbalik. maka kembali lagi untuk
Anda cek dan ricek dan juga kembali klarifikasi pada sumbernya, dalam hal untuk
tulisan ini Quran, hadis, tafsir dan pendapat ulama-ulama dan
cendikiawan/saintis islam, dalam tanda kutip “yang kompeten”, percumakan kalo
yang diambil malah ruwaibidhah. Dan juga termaksud fakta real sebab ada hukum
atau kaedah tertentu bisa berubah hukumnya berdasarkan posisi, keadaan, dan
peralihan zaman atau peradaban sosial, budaya, politik, dsb. pada kaum, sebab
ada memang beberapa dalil yang seakan-akan dapat termakna ditujukan pada satu
masalah tapi mengandung pengertian hukumnya yang berbeda-beda. Contoh perbedaan
hukum karena tanda kutip “posisi” dan “keadaan”. Sholatnya orang sakir dan
sehat, yaitu: Sholat dengan Isyarat, berbaring, duduk, berdiri atau
disholatkan.
Contoh
tercampur dengan 100 kedustaan. Hudud dalam islam adalah perkara hukum yang
jelas, dalam hudud sendiri ada syarat pula bila ingin tanda kutip “berupaya”
untuk meringankan dan syarat hudud sendiri juga sangat jelas. Ada yang
melaksanakan sesuai ketentuan syari, sesuai dengan syariat islam. kemudian
mungkin saja ada oknum-oknum yang salah dalam pelaksanaannya, entah karena apa
sebabnya, kemudian ada opini dan propoganda tentang mengerikannya hukum islam
alasan ham, tidak sesuai jaman, dsb. kemudian karena ada golongan yang
melaksanakannya, terus karena ada kondisi pertikaian, kemudian ada yang memakai
simbol-simbol golongan ini pula dengan melakukan serangkaian kegiatan yang
tanda kutip “buruk” atau di persepsikan “buruk” di mata dunia, ya tentu
tujuannya mengkaburkan jati diri golongan ini, membuat kebingungan dan
propoganda untuk opini agar keburukan tersemat kepada golongan ini (karena
kadang pemakai atribut dan simbol ini apa benar adalah benar-benar real
golongan itu atau hanya mata-mata, ahli intelijen, dsb), dsb.
Plus
ditambah penulis ini serasa dan merasa tidak dianugrahi untuk punya daya
ingat/hafalan kuat atau mungkin juga karena ada sugesti yang berlebihan pada diri
sendiri hingga merasuk seperti “merasa” itu, plus juga ilmu agama yang kurang,
so.. jadi harusnya pendapat penulis bisa disifati sebagai pendapat yang lemah.
Jadi telaah lagi ya.
Bagaimana
bila penulis yang salah, maka ini kesalahan diri penulis sendiri, dan
tanggungjawab membuat tulisan seperti tanggung jawab terhadap ucapan, tanggungjawab
yang besar diakhirat kelak. Jadi jangan ditelan mentah-mentah ya.
Dari
Abu Hurairah r.a : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
menyeru ke jalan petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala
orang-orang yang mengikutinya, yang tidak terkurangi sedikitpun dari
pahala-pahala amal mereka sama sekali. Barangsiapa menyeru kepada jalan yang
menyesatkan, maka baginya dosa semisal (sama) dosa orang-orang yang mengikutinya,
yang tidak terkurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka sama sekali.” (0172)
Dari Amru bin Auf : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menghidupkan sunnahku, kemudian (sunnahku tersebut)
diamalkan oleh orang lain, maka baginya pahala semisal pahala orang yang
mengamalkannya tanpa terkurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka.
Barangsiapa berbuat bid’ah, kemudian perbuatannya tersebut diikuti oleh orang
lain, maka baginya dosadan dosa-dosa orang yang melakukannya tanpa terkurangi
sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (0174)
Dari Utsman bin Affan r.a : Rasulullah saw bersabda, “Orang yang paling utama di antara kalian adalah orang yang belajar
Al-Quran dan mengajarkannya pada orang lain.” (0176)
Beginilah
Musuh Islam, dan Beginilah Umat Islam
Ibu
Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik
murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di
tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya
begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya
angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini,
maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu
Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian
lama kian cepat.
Beberapa
saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya
angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka
katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya
murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun
lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat,
permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
“Anak-anak,
begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq,
yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya
melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan
sebaliknya.
Pertama-tama
mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus
disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun
kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya.
Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.”
“Keluar
berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi
persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi
suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi
menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari,
kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada
murid-muridnya. “Paham Bu Guru”
“Baik
permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan
meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat
yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya
adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar
dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang
mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.
Akhirnya
Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an
ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak
karpet. “Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh
Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu
kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam
dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan
dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah
yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin
kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah,
tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan
dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu
persatu, baru rumah dihancurkan…”
“Begitulah
musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam
terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari
perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu
Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit.
Dan itulah yang mereka inginkan.”
“Kenapa
mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka.
Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib,
Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat
Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur.
Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu
mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita
berdo’a dahulu sebelum pulang…”
Matahari
bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka
dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
Ini
semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang
dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang
artinya: “Mereka hendak memadamkan cahaya
Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan
cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.” (9:32).
Musuh-musuh
Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah
ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu
disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika,
tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.
Maka
tampak dari luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat, khususnya
generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum). Maka
rasakan dan pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan
sementara, ingatlah akan Hari Pengadilan. WaLlahu a’lamu bishshawab.
Makassar,
H.Muh.Nur Abdurrahman.
“Apakah akan aku
beritakan kepadamu tentang orang-orang
yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan
dimurkai Allah, di antara mereka
(ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut ?”.
Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” [QS. Al-Maaidah: 60).
Kembali
merujuk bahwa nash adalah juga sebagai petunjuk sepanjang jaman dimana umat
islam masih ada di dunia, maka isyarat dalil ini juga apakah “akan tetap ada”
kejadian yang terjadi seperti/serupa hal ini, entah perubahan secara sifat atau
fisik untuk masa-masa selama umat islam ada. Apakah kaum yakjuj dan makjuj
sudah dapat disifati lebih dari “orang-orang fasik”?.
Imran ibn Husain
dan Abu Saaid ra meriwayatkan bahawa Rasulullah saw bersabda: Akan berlaku
kemusnahan, lontaran dan perubahan rupa di akhir zaman iaitu lahir alat-alat
muzik, biduanita-biduanita dan apabila khamar dihalalkan¨ (H/R Tirmizi dan
Thabarani).
Abu Maalik Al-Asyaari ra meriwayatkan bahawa Rasulullah saw bersabda:
Orang-orang dari umat ku pasti akan meminum khamar yang mereka namakannya
dengan bukan nama khamar, dimainkan alat-alat muzik ke atas kepala mereka dan
biduanita-biduanita. Allah akan musnahkan bumi bersama-sama mereka dan
menjadikan sebahagian mereka sebagai kera dan babi.¨ (Hadis Sahih riwayat Ibn
Maajah, Al-Baihaqi dan Ibn Asaakir, Ibn Hibban dan
Thabarani. Sila lihat Sahih Al-Jaami¡¦ As Shaghir 5454, Silsilatul Ahadis As
Sahihah 90,
91 dan Sahih Ibn Maajah 3247 ¡V 4020)
Abu Maalik Al-Asyaari ra meriwayatkan bahawa Rasulullah saw bersabda: “Akan ada
beberapa kaum dari umatku yang menghalalkan zina, sutera (bagi lelaki), khamar
dan alat muzik dan beberapa kamu akan turun/berhenti di sudut sebuah bukit yang
tinggi. Para penternak datang kepada mereka di waktu petang dengan membawa
haiwan-haiwan ternakan mereka kerana sesuatu keperluan, lalu mereka berkata:
Datanglah semua menemui kami esok. Lantas Allah (swt) memusnahkan mereka pada
waktu malam dan menjatuhkan bukit yang tinggi itu ke atas mereka dan sebahagian
yang lain lagi Allah mengubah rupa mereka menjadi seperti kera dan babi sampailah
ke hari kiamat.”
Pen: Ada yang
berkata yang dimaksud adalah di akhir jaman ini akan adanya “operasi plastik
(merubah penampilan wajah)”, ada pula yang berpendapat adalah perubahan
sikap/prilaku serupa prilaku binatang (tak bermoral) dari beberapa manusia
akhir jaman atau mungkin benar-benar perubahan fisik sekenaan hubungan
dalil-dalil ini.
Bila
melihat suasana dunia, maka untuk membalik keadaannya memang hanya tanda kutip
“besar kemungkinannya” untuk dapat merubahnya adalah dengan adanya revolusi
total, universal dan global diseluruh dunia. Saat ini umat islam
dipropogandakan sudah dikatakan sebagai agama teroris dan itu sudah merasuk
sangat dalam pada kebanyak pemikiran kaum-kaum. Pada akhirnya bisa saja hal ini
terkabulkan olehNya, apalagi mengingat perlunya revolusi total untuk merubah
dunia. Mungkin saja pada awalnya ada kerjasama karena menghadapi satu musuh
yang sama (dari belakang) namun berhubung stigma/label agama teroris ini,
kemudian senjata-senjata kembali akan diarahkan kepada mujahiddin (umat islam),
maka melihat dalil-dalil akhir jaman pun pada intinya pada akhirnya jalan jihad
adalah hanya satu-satunya pilihan dan tentu akan menjadi teror bagi musuh. Iman
diakhir jaman ada di syam, umat terbaik datang, berkumpul dan akan ada di syam,
sampai-sampai “jika penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di
tengah kalian”. Dilihat saat ini, itulah negeri-negeri komplik tapi kalau
dianggap “rusak” maka bukankah harusnya tidak ada kebaikan lagi yang berpindah,
misalnya ke ala islam nusantara dan tidak cara-cara tanda kutip “damai” ala
islam nusantara. Rujukannya pada syam yang hari-hari ini selalu bergejolak.
Tata dunia baru dan versus khalifahan, masing-masing butuh revolusi total untuk
menang. Pecahnya dunia dalam dua kubu.
Islam nusantara - hal ini sudah
banyak di medsos yang menjelaskannya dari berbagai sisi sudut pandang, saya
akan sekedar mengurai dengan sudut pandang yang lainnya, untuk lebih kuatnya
anda bisa tanya pada ulama akan benar/tidaknya sudut pandang ini.
Klo ada istilah tambahan islam,
dan ini sekedar menurut saya, islam nusantara itu tidak tepat, yang tepat itu
untuk menjadi rujukan global adalah islam syam, aswaja syam. Kenapa syam, sama
seperti ghuthah, damsyiq, maka syam juga disebutkan dengan nama jelas, tidak
disebutkan dengan nama yang samar seperti timur, atau negri di ujung timur.
kalaupun disebut gharb, atau maghrib ya seperti itu, tidak timur atau masyriq.
"Penduduk
Gharb (yang berada di arah Barat) akan senantiasa menegakkan kebenaran sampai
Kiamat datang". [HR Muslim 13/68, Nawawi].
Imam Ahmad berkata,”Ahli Gharb
adalah penduduk Syam.” Dan jawaban ini disepakati oleh Ibnu Taimiyah dalam
Manaqibisy-Syam wa Ahlihi, halaman 76-77.
Hadits Qurrah radhiyallahu ‘anhu : “Apabila penduduk negeri Syam telah rusak,
maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari
umatku yang mendapatkan pertolongan, tidaklah membahayakan mereka orang-orang
yang menyelisihi mereka hingga datangnya hari kiamat.” (HR at-Tirmidzi :
2192; Ahmad : V/34; al-Lalika`i : 172; Ibnu Hibban : 61; al-Hakim di dalam
Ma’rifatu ‘Ulumul Hadits hal. 2; dari jalan Syu’bah bin Mu’awiyah bin Qurrah,
dari ayahnya secara marfu’)
Imam at-Tirmidzi berkata :
“hadits hasan shahih.” Syaikh Salim berkomentar : “Hadits ini shahih menurut syarat
Syaikhaini (Bukhari dan Muslim).”
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata : Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya saya melihat seakan-akan
tonggak al Kitab telah tercabut dari bawah bantalku. Maka, aku mengikutinya
dengan pandanganku. Tiba-tiba terdapat cahaya terang-benderang yang mengarah
menuju Syam.”
Apabila penduduk negeri syam
telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan, tidak ada kebaikan dan itu apa juga
termaksud nusantara.
Simplenya begini, negeri syam,
sekarang terbagi 4 negara. Siapa representatif dari islam/aswaja ini. Secara
garis besar ada 3 bagian umat disana yang mengaku islam. Syiah, yang berhijrah
dan kemudian berjihad di suria, dan warga plastina, mungkin untuk plastina umat
islam yang selalu disorot hamas. Bila syiah, jelas menyimpang secara syari,
Jika dikatakan bahwa yang berjihad di suria itu, yang banyak
menganggapnya/mempropagandakannya sebagai ekstrimis teroris adalah islam yang
rusak, maka sama saja menganggap syam rusak, sementara bila penduduk syam
rusak, maka tidak ada lagi kebaikan, ia tidak digantikan yang lain. Karena
dalil ini seakan menyatakan hal tersebut, seakan penduduk syam rusak, ya sudah
semua rusak, tidak ada lagi islam. tidak juga islam nusantara. Dan bila yang
dimaksud itu warga plastina, dan bila anda menganggap bahwa plastina yang masih
menerima produk demokrasi (dengan batasan) itu juga suatu yang rusak, maka
tidak ada lagi kebaikkan. tidak juga kau.
Dalil ini seakan hal yang
kontinus (berkelanjutan) selama syam dianggap rusak, sama saja menganggp tidak
ada lagi kebaikan, padahal keadaan konflik di syam inilah yang dijustifikasi
islam nusantara. artinya di syam lah representatif pandangan islam yang benar
selalu ada yang menggenggamnya disana dan merujuk kesana. Dimana bagiannya ada
yang berjihad qital dan masih juga ada yang bisa menerima sementara demokrasi
yang terjadi, tentunya demokrasi yang punya batasan syari. Disini tidak
menafikan timur yang bermakna khurasan dan tidak juga menafikan timur yang
mungkin dimaksud “negeri diantara dua lautan”, karena pada akhirnya
bendera-bendera (baik kawan maupun lawan) akan berkumpul di syam hingga pada
akhirnya, dalam dalil lain bahwa ada 9 bagian baik di syam, satu bagian baik
diluar syam. So islam ya islam saja. Islam nusantara, islam itu syariat,
nusantara itu budaya. Klo mau yang banyak itu di nusantara itu badui. Badui itu
ada yang lebih dekat ke penyimpangan dan ada yang lebih dekat kebaikan.
Biasanya amalannya dikasih yang mudah, baca ini, baca itu, pahalanya surga.
Lakukan ini, lakukan itu, pahalanya surga. Dalam qital (dalil redaksinya lupa, tidak
ketemu lagi pernah baca dimana) ada itu tentang masuk islam, bayar upeti atau
pedang, dalam nada lain dari dalil ini, ada tentang apa ia serupa badui atau
tidak/ atau ia lebih dekat ke penyimpang, ini hukumnya bisa jadi beda. Tapi
lupa bahasannya dimana.
Jika kita bisa dan diperbolehkan
membuat Islam dalam versi kita sendiri, lalu untuk apa Nabi Muhammad SAW diutus
kemuka bumi? Jika Kebenaran bersifat relatif, menurut pendapat masing-masing,
lalu untuk apa Allah ta’ala menurunkan Al-qur’an ke muka bumi, yang Allah sebut
Al-qur’an sebagai pembeda antara kebenaran dan kesesatan. Jika semua Agama itu
sama, lalu untuk apa Allah menyebut Agama Islam ini sebagai Agama yang di
ridhoi-Nya yang membuat orang-orang Yahudi iri?
Islam di turunkan pertama kali di
kalangan bangsa Arab, bukan berarti Islam mengadopsi budaya setempat dan
dijadikan sebagai bagian dari Agama. Justru Islam merubah budaya Arab yang
bersifat Jahiliyah dan menyekutukan Allah.
Entah apa tujuan ‘mereka’ yang
membuat kelompok dalam Agama ini yang mengatasnamakan Budaya, dan menolak Islam
Arab. Sungguh aneh pendapat ini, yang dipertanyakan adalah sebenarnya mereka
tidak menyukai Budaya Arab atau Budaya Islam? Lalu kenapa mereka bersikeras
untuk memerangi Islam Arab. Sebenarnya yang mereka perangi apakah budaya Arab
atau Sunnah Nabi Muhammad SAW? Dan yang paling dipertanyakan adalah apakah ada
perintah dari Nabi SAW dan para Sahabatnya untuk berpendapat demikian? Buat apa
pula sahabat yang berasal dari nasrani atau yang berasal dari yahudi, harus
bersyahadat ulang, bila semua adalah benar.
Hadits Qurrah radhiyallahu ‘anhu : “Apabila penduduk negeri Syam telah rusak,
maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari
umatku yang mendapatkan pertolongan, tidaklah membahayakan mereka orang-orang
yang menyelisihi mereka hingga datangnya hari kiamat.” (HR at-Tirmidzi :
2192; Ahmad : V/34; al-Lalika`i : 172; Ibnu Hibban : 61; al-Hakim di dalam
Ma’rifatu ‘Ulumul Hadits hal. 2; dari jalan Syu’bah bin Mu’awiyah bin Qurrah,
dari ayahnya secara marfu’). Imam at-Tirmidzi berkata : “hadits hasan shahih.”
Syaikh Salim berkomentar : “Hadits ini shahih menurut syarat Syaikhaini
(Bukhari dan Muslim).”
Hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh
radhiyallahu ‘anhu yang memiliki dua lafazh yang berbeda, yaitu : Pertama :
Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam : “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku
yang menampakkan (diri) di atas kebenaran, yang senantiasa perkasa hingga hari
kiamat.” (HR al-Lalika`i di dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal
Jama’ah : 170).
Kedua : Beliau berkata, bersabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam : “Akan
senantiasa penduduk Maghrib (barat) menampakkan kebenaran hingga datangnya hari
kiamat.” (HR Muslim : XIII/68-Nawawi; Abu Nu’aim di dalam al-Hilyah :
III/95-96; as-Sahmi di dalam Tarikh Jurjaan : 467; dan selainnya dari jalan Abu
Utsman al-Hindi)
Syaikh Salim berkomentar : “Iya,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah menjelaskan negeri al-Firqah
an-Najiyah dengan penjelasan yang terang yang tidak ada lagi keraguan padanya,
dan beliau mengabarkan bahwa negeri itu adalah Syam yang diberkahi dan penuh
kebaikan.”
Dan penjelasan Syaikh Salim
al-Hilali di sini ditopang oleh penjelasan berikut :
Hadits Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh ‘Umair dari Malik bin Yakhomir,
Mu’adz berkata : “Dan mereka ini
(ath-Tha`ifah al-Manshurah) berada di Syam.” Dan ucapan ini dihukumi marfu’
karena tidaklah diucapkan dengan ra’yu (pendapat) dan ijtihad.
Hadits Sa’ad di atas : “Akan senantiasa penduduk Maghrib (barat)
menampakkan kebenaran hingga datangnya hari kiamat.” Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullahu menukil dalam kitabnya Manaqib asy-Syam wa Ahluhu (hal.
72-77) ucapan Imam Ahmad bin Hanbal : “Penduduk Maghrib, mereka adalah penduduk
Syam.
Syaikh Salim mengomentari : “Saya
sepakat dengan dua alasan :
Pertama adalah, bahwa seluruh
hadits-hadits di atas menjelaskan bahwa mereka adalah penduduk Syam.
Kedua, bahasa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Salam dan penduduk Madinah tentang “penduduk Maghrib (barat)”
maksudnya adalah penduduk Syam, karena mereka (penduduk Maghrib) berada di
barat mereka (Rasulullah dan para sahabatnya), sebagaimana bahasa mereka
tentang “penduduk Masyriq (timur)” adalah penduduk Nejed dan Irak. Karena
Maghrib (barat) dan Masyriq (timur) adalah perkara yang nisbi (relatif).
Seluruh negeri yang memiliki
barat maka bisa jadi merupakan bagian timur bagi negeri lainnya dan sebaliknya.
Dan yang menjadi pertimbangan di dalam ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam
ini tentang barat dan timur adalah tempat beliau mengucapkan hadits ini, yaitu
Madinah.”
Kesimpulan : Negeri Syam adalah
negeri ath-Tha`ifah al-Manshurah yang akan menampakkan kebenaran, tidaklah akan
membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi dan mencela mereka, mereka
akan mendapatkan kemenangan dari Allah dan mereka tetap dalam keadaan demikian
sampai datangnya hari kiamat. Ath-Tha’ifah al-Manshurah inilah yang akan
memenangkan Islam dan membebaskan negeri Syam dari belenggu penjajahan bangsa
Yahudi yang terlaknat, dan merekalah yang akan membinasakan bangsa Yahudi
terlaknat ini.
Penduduk Syam senantiasa berada
di atas al-haqq yang dominan hingga datang Kiamat.
“Sebagian
umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang
menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan
Allah, dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Mu’adz berkata: dan mereka
ada di Syam.“ (HR.Bukhari)
“Jika
penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan
selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak
terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan
hingga datang hari Kiamat
“Kalian
akan dikumpulkan di sana – tangannya menunjuk ke Syam – jalan kaki atau naik
kendaraan maupun berjalan terbalik (kepala di bawah) … “ (HR.
Imam Ahmad)
Syam merupakan pusat negeri Islam
di akhir zaman
“Salamah bin Nufail berkata: aku datang menemui Nabi saw dan berkata: aku
bosan merawat kuda perang, aku meletakkan senjataku dan perang telah
ditinggalkan para pengusungnya, tak ada lagi perang. Nabi saw menjawab:
Sekarang telah tiba saat berperang, akan selalu ada satu kelompok di tengah
umatku yang unggul melawan musuh-musuhnya, Allah sesatkan hati-hati banyak
kalangan untuk kemudian kelompok tersebut memerangi mereka, dan Allah akan
memberi rizki dari mereka (berupa ghanimah) hingga datang keputusan Allah
(Kiamat) dan mereka akan selalu demikian adanya. Ketahuilah, pusat negeri Islam
adalah Syam. Kuda perang terpasang tali kekang di kepalanya (siap perang), dan
itu membawa kebaikan hingga datangnya Kiamat.” (HR. Imam Ahmad)
Negeri Syam dinaungi sayap
malaikat rahmat
“Beruntunglah
negeri Syam. Sahabat bertanya: mengapa ? Jawab Nabi saw: Malaikat rahmat
membentangkan sayapnya di atas negeri Syam.” (HR. Imam Ahmad)
Syam adalah negeri iman dan Islam
saat terjadi huru-hara dan peperangan dahsyat.
“Aku
bermimpi melihat tiang kitab (Islam) ditarik dari bawah bantalku, aku ikuti
pandanganku, ternyata ia adalah cahaya sangat terang hingga aku mengira akan
mencabut penglihatanku, lalu diarahkan tiang cahaya itu ke Syam, dan aku lihat
bahwa bila fitnah (konflik) terjadi maka iman terletak di negeri Syam.”
Pada penjelasan ayat telah
disinggung secara sepintas tentang keberkahan tersebut. Dan lebih lanjut, di
antara keberkahan Syam juga disebutkan dalam as Sunnah.
1. Syam Merupakan Tempat Para
Nabi.
Syam menjadi tempat tinggal
banyak nabi. Dari Nabi Ibrahim, yang hijrah ke Syam, Nabi Luth, Nabi Ya’qub,
Nabi Musa, Nabi Isa, dan lainnya. Dan akhirnya, Allah menjadikannya sebagai
milik umat Muhammad setelah bangsa Yahudi menempuh jalan kesesatan.
2. Perintah Nabi Untuk Bermukim
Di Syam.
Imam al Mundziri di dalam at
Targhib wat Tarhib menuliskan, bab anjuran untuk bermukim di Syam, dan tentang
keutamaan Syam.[23]
Dari
Watsilah bin al Asqaa`, berkata: Aku mendengar Rasulullah berkata kepada
Hudzaifah bin al Yaman dan Mu’adz bin Jabal yang sedang meminta pendapat beliau
tentang tempat tinggal. Maka, beliau mengisyaratkan ke arah Syam. Mereka berdua
kembali bertanya kepada beliau. (Dan) beliau mengisyaratkan ke arah Syam.
Beliau bersabda: "Beradalah kalian di Syam. Sesungguhnya ia merupakan
negeri pilihan Allah, dihuni oleh makhluk pilihanNya" [24]
Para ulama juga telah terbiasa
merekomendasi untuk bermukim di Syam, sesuai petunjuk Rasulullah. Ketika ‘Atha
al Khurasani berniat pindah tempat tinggal, ia meminta pendapat para ulama yang
ada di Mekkah, Madinah, Kufah dan Bashrah serta Khurasan.
‘Atha al Khurasani berkata kepada
para ulama tersebut : “Menurut pendapatmu, kemana saya mesti pindah dengan
keluarga?”
Masing-masing menjawab:
“Berangkatlah ke Syam”.
3. Malaikat Membentangkan Sayap
Bagi Penduduk Syam.
Dari Zaid bin Tsabit, ia berkata
: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Keberuntungan bagi penduduk Syam,” maka kami bertanya : “Karena apa,
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,” Karena para malaikat membentangkan
sayap-sayapnya kepada mereka (penduduk Syam)”.[25]
4. Tempat Keberadaan Thaifah
Manshurah.
"Penduduk
Gharb (yang berada di arah Barat) akan senantiasa menegakkan kebenaran sampai
Kiamat datang". [HR Muslim 13/68, Nawawi].
Imam Ahmad berkata,”Ahli Gharb
adalah penduduk Syam.” Dan jawaban ini disepakati oleh Ibnu Taimiyah dalam
Manaqibisy-Syam wa Ahlihi, halaman 76-77.
5. ‘Asqalan, Merupakan Tempat
Penjagaan Penting.
Ath Thabrani meriwayatkan dalam
al Mu’jamul Kabir, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda : "Permulaan dari perkara ini (Islam)
adalah kenabian dan rahmat. Berikutnya tegaknya khilafah dan rahmat.
Selanjutnya muncul kerajaan dan rahmat. Kemudian, orang-orang memperebutkannya,
seperti kuda-kuda yang berebut. Maka, kewajiban kalian untuk berjihad.
Sesungguhnya sebaik-baik jihad adalah ribath. Sebaik-baik tempat ribath adalah
Asqalan". [Ash Shahihah, 3270].
‘Asqalan telah dikenal sejak
dahulu. Menempati tempat strategis di bibir pantai, ramai dengan perdagangan.
Palestina tidak pernah ditaklukkan, kecuali diawali dengan penaklukkan
‘Asqalan.
6. Cahaya Iman Memancar Dari Syam
Saat Fitnah Berkecamuk.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia
berkata : Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya
saya melihat seakan-akan tonggak al Kitab telah tercabut dari bawah bantalku.
Maka, aku mengikutinya dengan pandanganku. Tiba-tiba terdapat cahaya
terang-benderang yang mengarah menuju Syam.
Kutipan : “Pemerintah ingin menerapkan norma-norma demokrasi tertentu, satu hal
yang seharusnya dilihat oleh para kritikusnya, tetapi mereka seharusnya juga
memahami bahwa Palestina tidak akan meniru demokrasi gaya Barat sepenuhnya,
karena demokrasi bukanlah satu model yang bisa diterapkan pada semua. Bahkan,
situasi politik dan keamanan yang harus pemerintah Palestina hadapi, kadang
kala, sangatlah menantang untuk bisa menerapkan norma-norma dan nilai-nilai
demokrasi Barat.
Keputusan
itu muncul Maret 2005. “Kami harus ikut pemilihan umum jika kami ingin berada
dalam posisi memerangi korupsi dan mereformasi Otoritas Palestina,” kata Kepala
Biro Politik Hamas Khalid Misyaal.
Dia
mengungkapkan keputusan ikut pemilu ini bukan kemauan pribadi, tapi keinginan
sebagian besar kader. “Adalah kebijakan pimpinan memutuskan tidak pada (pemilu)
1996 dan iya pada (pemilu) 2006,” ujar Misyaal seperti dikutip dari buku Gaza:
Simbol Perlawanan dan Kehormatan karya Faisal Assegaf (terbitan Hamaslovers,
Agustus 2014).
Menurut
Musab, ayahnya, Syekh Hasan Yusuf, termasuk yang tidak ingin Hamas ikut
pemilihan parlemen 2006. Syekh Hasan mengungkapkan ada kekhawatiran jika Hamas
menang, Israel dan sekutunya bakal menghukum rakyat Palestina. “Mereka akan
mengatakan kalian memilih Hamas sehingga kami bakal memperketat blokade
terhadap wilayah kalian dan membuat hidup kalian susah,” ujar Musab mengutip
pernyataan ayahnya kepada wartawan surat kabar Haaretz.
Sembilan
tahun lalu, Khalid Misyaal memiliki pandangan berbeda. Pendapatnya bertentangan
dengan Syekh Ahmad Yasin dan Musa Abu Marzuq. Kedua tokoh ini ingin Hamas
bertanding pada pemilu 1996, pesta demokrasi pertama setelah Otoritas Palestina
terbentuk.
(Mereka, hamas pada awalnya tidak bersefakat, namun ternyata mampu bersefakat,
apakah umat akan bersefakat pada hal yang menyesatkan, bila hal demokrasi sesat
secara menyeluruh, tanpa melihat adanya batasan yang dibolekan syariat, baik
karena terpaksanya maupun karena hanya mengambil yang sesuai dengan syariat)
Jika
ikut pemilu, menurut Misyaal, hanya akan merendahkan diri Hamas lantaran
mengikuti aturan main buatan Yasir Arafat, Benjamin Netanyahu, dan Bill
Clinton. Apalagi Perjanjian Oslo menghina dan memalukan sehingga keikutsertaan
Hamas bakal makin menguatkan dominasi Israel. Selain itu, bisa membiaskan
perbedaan penting antara Hamas dengan Arafat dan Fatah. “Pemilu 1996 bukan saat
tepat (untuk ikut),” ujar Misyaal.
Hari
bersejarah itu tiba pada Rabu, 25 Januari 2006. Hamas menang. Mereka menggusur
dominasi Fatah selama empat dekade setelah meraih 76 dari 132 kursi parlemen,
sedangkan Fatah meraup 43. Bahkan Hamas meraup semua kursi di tempat tinggal
Mahmud Abbas, Ramallah, kecuali satu kursi jatah perwakilan Kristen.”
Hadits Qurrah radhiyallahu ‘anhu
: “Apabila penduduk negeri Syam telah
rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan
dari umatku yang mendapatkan pertolongan, tidaklah membahayakan mereka orang-orang
yang menyelisihi mereka hingga datangnya hari kiamat.” (HR at-Tirmidzi :
2192; Ahmad : V/34; al-Lalika`i : 172; Ibnu Hibban : 61; al-Hakim di dalam
Ma’rifatu ‘Ulumul Hadits hal. 2; dari jalan Syu’bah bin Mu’awiyah bin Qurrah,
dari ayahnya secara marfu’). Imam at-Tirmidzi berkata : “hadits hasan shahih.”
Syaikh Salim berkomentar : “Hadits ini shahih menurut syarat Syaikhaini
(Bukhari dan Muslim).”
“Jika
penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan
selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak
terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan
hingga datang hari Kiamat
“Kalian akan dikumpulkan di sana – tangannya menunjuk ke Syam – jalan kaki atau
naik kendaraan maupun berjalan terbalik (kepala di bawah) … “(HR.
Imam Ahmad)
Mungkin ulama lebih bisa
menjelaskan tafsir dalil-dalil ini, apa bisa dapat mempunyai dua makna, karena
seperti dalil-dalil lain yang tertulis diatas, masing-masing mempunyai penguat
makna ini.
Makna pertama sudah dijelaskan
diatas tentang bila "agama" dari penduduk syam rusak, maka tak
tersisa kebaikan agama di manapun, di dunia. jadi bila dikatakan bahwa yang
terjadi di syam adalah keburukan, sebuah bentuk radikal teroris, sama saja
mengatakan sudah tidak ada kebaikan lagi dimanapun. Klaim-klaim baru tentang
islam di luar syam percuma karena tidak ada lagi kebaikan.
Makna kedua juga menjelaskan tentang status keadaan, dalam hal ini mencakup
kewilayahan, dimana bila kewilayahan syam telah rusak (telah terjadi rangkaian
huruhara, keributan, peperangan yang terus menerus di wilayah syam hingga
selalu porakporanda, plastina, suria), maka itu tandanya sudah tidak ada
kebaikan/ketenangan/kedamaian buat umat islam, yang diartikan sudah akan
terjadi rangkaian fitnah-fitnah besar kepada islam di seluruh dunia (fitnah-fitnah
yang terjadi didalam fase keempat). “dan aku lihat bahwa bila fitnah (konflik)
terjadi maka iman terletak di negeri Syam.” hal ini bila dikaitkan kepada dalil
ini, asqalan yang punya kias sebagai statusPembatas keadaan/pewaktuan
peristiwa.
‘Asqalan, Merupakan Tempat
Penjagaan Penting. Ath Thabrani meriwayatkan dalam al Mu’jamul Kabir, dari Ibnu
‘Abbas, ia berkata : Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Permulaan dari perkara ini
(Islam) adalah kenabian dan rahmat. Berikutnya tegaknya khilafah dan rahmat. Selanjutnya muncul kerajaan dan rahmat.
Kemudian, orang-orang memperebutkannya, seperti kuda-kuda yang berebut. Maka,
kewajiban kalian untuk berjihad. Sesungguhnya sebaik-baik jihad adalah ribath.
Sebaik-baik tempat ribath adalah Asqalan". [Ash Shahihah, 3270].
Pen: bold.. mungkin yang dimaksud
adalah kerajaan yang menggigit (fase tiga) dilanjutkan fase keempat, kerajaan
yang memaksakan kehendak.
“Muncul babak
Kenabian di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian Allah
mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul babak Kekhalifahan
mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian selama masa yang Allah
kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian
muncul babak Raja-raja yang menggigit selama masa yang Allah kehendaki,
kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian muncul babak
Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak selama masa yang Allah
kehendaki, kemudian Allah mencabutnya ketika Allah menghendakinya. Kemudian
muncul babak Kekhalifahan mengikuti manhaj (cara/metode/sistem) Kenabian.
Kemudian Nabi shollallahu ’alaih wa sallam diam.” (HR Ahmad)
‘Asqalan telah dikenal sejak dahulu. Menempati tempat strategis di bibir
pantai, ramai dengan perdagangan. Palestina tidak pernah ditaklukkan, kecuali
diawali dengan penaklukkan ‘Asqalan.
“Awal
perkara ini adalah kenabian dan rahmat, kemudian menjadi kekhalifahan dan
rahmat, lalu menjadi kerajaan dan rahmat, kemudian menjadi tanda dan rahmat,
dan setelah itu mereka menggigit bibir hingga membekas sebagaimana keledai
bertakadum (zaman belenggu), oleh karena itu hendaklah kalian berjihad, dan
sebaik-baik jihad kalian adalah pertalian (persaudaraan) dan sebaik-baik persaudaraan
kalian adalah menyatukan negeri Asqalan.” (HR. Ath-Tabrani)
Jadi dalil-dalil ini merujuk
kepada 3 fase pertama, sambungannya merujuk fase keempat jaman diktator dan
penuntasannya dengan jihad. Yaitu sebuah kewajiban. Propoganda yang mengatakan
islam agama teror, telah merasuk faham kebanyakan kalangan di dunia, mungkin
saja ada perdamaian akibat ada musuh bersama, namun setelahnya kembali lagi
karna propaganda yang telah merasuk ini. Dan pada akhirnya nanti akan
benar-benar dikabulkanNya.
Karena dianggap teroris umat yang
berkumpul, wajar mereka akan membawa 80 bendera dengan 12.000 tentara pada
masing-masingnya untuk memerangi teroris radikal ini. Dalam pandangan mereka,
jihad sama dengan teroris, dalam pandangan jihadis tentang teroris hakikinya pastilah
beda, terbalik. Katanya teroris berkumpul di syam, ya puncak teror itu ketika
batu ikut bicara membantu teroris ini (gimana bicaranya batu itu tabir, ia bisa
saja bicara fasih bahasa manusia atau bahasanya hanya bentuk isyarat, misal,
tiba-tiba temboknya berlubang atau rubuh walau tanpa sebab yang difahami
manusia sekalipun mengapa halnya terjadi, hingga keliatan yang bersembunyi
dibelakangnya, atau semisal lainnya berupa ada bunyi-bunyi sesuatu atau bunyi
senada benda jatuh, yang bisa meningkatkan kewaspadaan, hingga tau bahwa ada
sesuatu di belakang batu, dsb. Jadi cara dan bagaimananya gmana, ntar z, liat z
sendiri, saat ini tabir, kamu pingin nga, liat fenomenanya secara langsung? So
pastikan z datang ya!). jangan keluar dari suria, rugi. Titip keluargamu di
pengungsian di negeri yang masih damai, kalau memang Allah SWT menghendaki
pasti akan ketemu lagi atau kau letakkan dibelakang punggungmu, katakan saja
cepat atau lambat kematian pasti datang, tinggal caranya dan waktu takdirnya.
Klo sudah waktunya, pasti ada yang jemput, klo belum, live must go on z. hari
ini yang buruk-buruk telah mulai keluar dari syam. Dalil pun berkata bahwa yang
buruk-buruk akan keluar dari syam dan berlahan tapi pasti syam akan terkumpul 9
bagian yang baik. Kerugian yang sangat buat yang keluar, bila saja mereka tau
kenikmatan bisa syahid.
“Aku
bermimpi melihat tiang kitab (Islam) ditarik dari bawah bantalku, aku ikuti
pandanganku, ternyata ia adalah cahaya sangat terang hingga aku mengira akan
mencabut penglihatanku, lalu diarahkan tiang cahaya itu ke Syam, dan aku lihat
bahwa bila fitnah (konflik) terjadi maka iman terletak di negeri Syam.”
Selama wilayah syam rusak, selama
itu tidak ada kebaikan buat umat islam. Dan syam akan kembali pulih, ketika
fase kelima, maka kebaikan buat umat islam pun kembali hingga sampai batas yang
ditentukanNya.
Beberapa hadits yang meriwayatkan
tentang keutamaan ‘Asqalan semuanya tidak shahih. (Baca: al Fawaid al Majmu’ah:
429-432, dengan catatan kaki dari Syeikh al Yamani).
Syeikh Islam Ibnu Taimiyah
–rahimahullah- berkata: “Secara umum apa yang telah disampaikan oleh para ulama
terdahulu dan orang-orang shalih tentang keutamaan ‘Asqalan, Iskandariyah,
‘Aka, Qazwain dan lain-lain, adalah bahwa beberapa tempat tersebut merupakan wilayah
perbatasan, bukan karena memiliki keistimewaan tertentu. Sebuah daerah baik
menjadi wilayah perbatasan kaum muslimin atau tidak adalah merupakan sifat yang
bersifat baru dan sementara bukan bersifat tetap selamanya, sama halnya dengan
Daarul Islam (wilayah Islam), wilayah kafir, wilayah perang atau wilayah damai,
wilayah penuh ilmu dan iman atau wilayah penuh kebodohan dan kemunafikan. Dan
karenanya berbeda satu sama lain desebabkan perbedaan penduduk dan sifat
mereka”. (Majmu’ Fatawa: 27/53)
Beliau juga mengatakan: “Sedangkan
“ ‘Asqalan” adalah termasuk wilayah perbatasan kaum muslimin, karena banyak
orang-orang sholeh dari umat Islam yang bertempat tinggal di sana dalam rangka
untuk menjaga (perbatasan wilayah) di jalan Allah, demikian juga semua wilayah
yang serupa dengan kondisi ‘Asqalan tersebut, misalnya: Gunung Libanon,
Iskandariyah, ‘Ubadan, dan lain-lain di tanah Irak, seperti kota Qazwain dan
yang serupa yang merupakan wilayah perbatasan. Di wilayah perbatasan tersebut
menjadi tujuan banyak orang-orang shaleh dari umat Islam; untuk menjaganya di
jalan Allah”. (Majmu’ Fatawa: 27/141)
Kalau hadits di atas dianggap
shahih, maka hadits tersebut menunjukkan keutamaan menjaga (wilayah perbatasan)
di ‘Asqalan secara umum, demikian juga kota Gaza; karena ia merupakan bagian
dari ‘Asqalan sebagaimana penjelasan sebelumnya, seakan memberikan isyarat
kepada kita bahwa kota tersebut tetap menjadi wilayah perbatasan kaum muslimin
pada masa yang sangat lama.
Pen: tapi mungkin juga ada
peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi dan masih mungkin akan terjadi
di Asqalan, mungkin pada periode/masa yang berbeda-beda.
Kutipan : Muhaimin Iqbal. KETIKA
saya sampaikan ke teman-teman dekat rencana perjalanan ke Palestina khususnya
Gaza, banyak yang mengkerutkan dahi. Palestina? Gaza? Ada apa di sana? Bukankan
banyak sekali kegiatan kemanusiaan yang bisa dilakukan di negeri sendiri?
Mengapa ke Gaza yang penuh dengan bahaya? Ke Gaza atau secara umum Palestina
adalah perintah langsung dalam Al-Qur’an yang belum banyak diketahui oleh kaum
muslimin, perjalanan atau perhatian kita pada Palestina ini menjadi bagian dari
keimanan kita.
Perintah langsung tersebut ada di
ayat berikut:
“Hai
kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu
menjadi orang-orang yang merugi.” (QS al Maidah [5]:21)
Memang perintah ini aslinya
diucapkan oleh Nabi Musa ‘Alaihi Salam kepada kaumnya, namun karena perintah
ini di-quote di Al-Qur’an yang menjadi pegangan umat akhir zaman – maka
perintah ini juga berlaku bagi kita. Sama dengan ucapan Nabi Saleh ‘Alaihi
Salam : “…Dia telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…” (QS Hud [11]:61), maka tugas
memakmurkan bumi ini bukan hanya tugas kaum Nabi Saleh ‘Alaihi Salam. Tugas
memakmurkan bumi menjadi tugas kita semua.
Perintah untuk menjadi umat
terbaik yang menyatukan Palestina dalam kekuasaan kaum muslimin ini juga
diperkuat oleh kabar nubuwah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam berikut
:
“Awal
perkara ini adalah kenabian dan rahmat, kemudian menjadi kekhalifahan dan
rahmat, lalu menjadi kerajaan dan rahmat, kemudian menjadi tanda dan rahmat,
dan setelah itu mereka menggigit bibir hingga membekas sebagaimana keledai
bertakadum (zaman belenggu), oleh karena itu hendaklah kalian berjihad, dan
sebaik-baik jihad kalian adalah pertalian (persaudaraan) dan sebaik-baik
persaudaraan kalian adalah menyatukan negeri Asqalan.” (HR.
Ath-Tabrani)
Lagi-lagi yang dimaksud negeri
Asqalan adalah Palestina, daerah yang disebut Asqalan itu benar-benar ada – dan
merupakan sejengkal lahan yang paling sulit direbut kaum Muslimin dari musuh
utamanya yaitu zionis Israel yang berpuluh tahun menguasai daerah ini.
Daerah yang sekarang berada dalam
wilayah Gaza ini Alhamdulillah sudah dikuasai kembali oleh kaum muslimin dan
menjadi benteng pertahanan paling depan dalam menghadapi agresi Zionis –
jaraknya hanya sekitar 1-2 km dari kota terdekat Zionis Israel – Ashdod.
Dengan ayat dan hadits tersebut
di atas, mengunjungi Gaza adalah seperti melihat dari dekat tugas berat dan
bukti-bukti kebenaran al-Qur’an dan hadits itu. Bukan hanya bukti kondisi dan
situasi wilayah yang kita bisa lihat langsung, tetapi juga hal-hal lain seperti
bukti-bukti kebenaran Kebun-Kebun al-Quran yang sudah saya tulis panjang lebar
di situs ini.
Silahkan anda memikirkannya atau
bertanya kepada ulama kompeten mana maksudnya, apakah kedua makna ini masuk
dalam tafsir untuk dalil ini.
Islam nusantara, pada intinya islam
adalah pertengahan, walaupun demikian kita tidak bisa hanya mengambil yang
lembut-lembutnya saja sementara yang tegas-tegasnya dari syariat mau diabaikan
atau dimarginalkan, demikian pun sebaliknya. Dan ujung-ujungnya hal ini pun mau
dilarikan atau dibelokkan ke fanatisme sempit lagi, yaitu “nusantara”, sementara
yang sekuler juga mau melarikannya/membelokkannya ke kekesekuleran. Islam itu
lembut namun juga keras pada posisi/keadaan/batasannya. Kita pun tidak bisa
mengambil sebagian dan membuang sebagian syariat.
Banyak Kerancuan
dalam Memahami Tuhan
Hidayatullah.com,–Ada
beberapa kerancuan berpikir dalam memahami Tuhan. Keracunan pertama ialah Tuhan
yang dipahami dengan materialisme. Penganut paham berpendapat segala sesuatu
harus dibuktikan dengan wujud, demikian diungkapkan oleh Dr. Wendi Zarman dalam
perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) #IndonesiaTanpaJIL Bandung, Selasa
(24/03/2015).
“Kerancuan
lainnya terjadi ketika Tuhan disamakan dengan wujud manusia, digambarkan dengan
wujud yang serupa dengan manusia dan disesuaikan dengan bangsa di mana mereka
berada. Dan itulah yang terjadi pada agama-agama selain Islam,” ujarnya dalam
kuliah bertema “Konsep Tuhan dalam Islam”.
Lebih
jauh, Wendi menjelaskan bahwa kerancuan berpikir berikutnya adalah memahami
Tuhan dengan spekulasi akal.
“Mereka
yang terjangkit kerancuan seperti ini membayangkan wujud dan konsep Tuhan hanya
dengan kapasitas akal manusia yang terbatas,” ungkap doktor pendidikan Islam
jebolan Universitas Ibn Khaldun ini.
“Jenis
kerancuan yang terakhir adalah munculnya pendapat bahwa dengan adanya Tuhan,
agama dan spiritualitas justru membuat kekacauan yang semakin besar,” ungkapnya
lagi.
Selain
menjelaskan tentang kerancuan berpikir manusia dalam mengenal Tuhan, Wendi juga
memaparkan bagaimana konsep Tuhan dalam Islam yang membantah semua kerancuan
berpikir tersebut. Selain memiliki konsep yang jelas, Islam juga mengajarkan
beberapa jalan untuk mengenal Allah.
“Ada
beberapa sarana mengenal Allah, yaitu mengamati alam semesta sebagai ciptaan
Allah, berpikir dengan rasio dan qalbu, membaca dan menelaah wahyu, serta
dengan ibadah dan amal shalih,” pungkasnya.
Kuliah
ketiga SPI yang membahas konsep tauhidullaah ini mendapat sambutan positif dari
pesertanya. Rozzi, salah seorang peserta SPI berkomentar, “Materi yang
disampaikan sangat penting bagi setiap Muslim karena berkaitan dengan aspek
terpenting dalam agama, yaitu aqidah,” ujarnya.*/Yanuar Ardiansyah
Rep:
Admin Hidcom
Editor:
Cholis Akbar
Integrasi Ilmu
Oleh:
Dr. Adian Husaini
HARI
Sabtu, 21 Maret 2015, saya mendapat kesempatan mengisi acara Seminar Nasional
Pendidikan di IAIN Raden Inten Bandar Lampung. Pembicara lain adalah Dr.
Syamsuri Ali, Wakil Rektor I IAIN Bandar Lampung. Turut memberikan
sambutan, Wakil Rektor III IAIN Bandar Lampung Prof. Dr. Syaiful Anwar dan
Dekan Fakultas Tarbiyah Dr. Choirul Anwar, dan Wali Kota Bandar Lampung.
Seminar
itu membahas tema tentang Konsep Integrasi Ilmu di Perguruan Tinggi Islam.
Meskipun dilaksanakan saat hari libur nasional (bertepatan dengan Hari Raya
Nyepi), minat mahasiswa untuk hadir sangat tinggi. Sekitar 400 mahasiswa hadir,
ditambah sejumlah dosen IAIN Bandar Lampung.
Tema
“integrasi ilmu” dirasakan sangat mendesak untuk dibahas, karena IAIN Raden
Intan Lampung sedang dalam proses perubahan menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN), menyusul beberapa UIN lainnya. Bagi saya, tema itu pun
sangat menarik dan penting, karena harus diakui, dalam sistem pendidikan di
Indonesia, masih ada dikotomi antara “ilmu agama” dan “ilmu umum”. Bahkan,
bukan hanya dikotomi, tetapi penganaktirian “ilmu agama” baik oleh pemerintah
maupun oleh kaum Muslim sendiri. Hegemoni keilmuan sekuler masih dipaksakan
kepada kaum Muslim Indonesia.
Saya
bersyukur, para pimpinan IAIN Lampung yang memberikan sambutan saat Seminar,
bersepakat: “dikotomi ilmu” antara “ilmu agama” dengan “ilmu umum” sudah
tidak relevan lagi. Sebagai salah satu perwujudannya, tahun ini sudah
dibuka Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Ke depan, akan menyusul “integrasi”
lain dalam beberapa program studi.
Pada
kesempatan yang berharga itu saya menyampaikan gagasan, agar IAIN Lampung bukan
hanya menerapkan gagasan “integrasi ilmu”, tetapi menerapkan “integrasi dan
Islamisasi ilmu”. Kerangka acuan yang dijadikan sebagai acuan intergasi
adalah konsep Islamic worldview dan konsep adab. Islamic worldview
(Pandangan Alam Islam) diperlukan untuk melakukan proses de-westernisasi dan
de-mitologisasi konsep keilmuan atau teori-teori yang terdapat pada suatu
bidang ilmu tertentu, khususnya yang datang dari tradisi peradaban sekuler.
Sebagai
contoh, sebelum diintegrasikan dengan konsep keilmuan Islam dalam bidang ilmu
sosial dan humaniora, “teori bahwa manusia berasal dari perkembangan makhkuk
sejenis kera” perlu dikritisi dan di-Islamisasi. Dalam bidang pemikiran
politik, teori kedaulatan rakyat yang bersifat mutlak juga perlu di-Islamisasi,
dengan cara membatasi kedaulatan rakyat dengan kedaulatan Tuhan, dan musyawarah
tidak mendiskusikan hal-hal yang merupakan ketentuan Tuhan dengan
pasti. Intinya, nilai-nilai sekuler yang membuang wahyu Allah
sebagai sumber ilmu harus disingkirkan, sebelum ilmu itu diintegrasikan dengan
Ilmu-ilmu keislaman.
Konsep
“adab” diperlukan dalam proses integrasi ilmu untuk menempatkan ilmu-ilmu pada
tempatnya yang betul, sesuai ketentuan Allah. Sebab, derajat ilmu
tidaklah sama; ada ilmu yang fardhu ain, fardhu kifayah, ilmu yang sunnah, dan
bahkan ilmu yang haram. Ilmu aqidah tidak sama kedudukannya dengan ilmu sihir.
Adab juga menekankan metode pembelajaran yang betul, menurut Islam. Tanpa
konsep adab ini, mustahil mahasiswa akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Bahkan, bisa-bisa menjadi sarjana yang biadab kepada Tuhan, kepada Nabi, kepada
guru, orang tua, dan pada sesame makhluk Allah. Na’udzubillahi min dzalika.
Saya
memahami, di berbagai UIN, istilah Islamisasi – setidaknya secara formal –
tidak digunakan. Ada yang beralasan, agar tidak menimbulkan ketakutan pada
pihak-pihak tertentu. “Integrasi ilmu saja sudah dipersoalkan, apalagi
Islamisasi,” kata seorang dosen.
Saya
paham. Alam pikiran konsep keilmuan sekuler dalam pendidikan nasional masih
cukup dominan, akibat cengkeraman sistem pendidikan sekuler warisan
penjajah. Meskipun begitu, saya berharap, suatu ketika nanti, istilah
Islamisasi tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, Islamisasi adalah hal yang sangat
biasa dan wajar dilakukan oleh seorang Muslim. Bahkan, proses islamisasi itu
pun sudah diterapkan di berbagai kampus UIN. Misalnya, digunakannya istilah
Ilmu Ekonomi Islam, Ilmu Bisnis Islam, Ilmu hukum Islam, dan sebagainya.
Bahkan,
nama kampus “Universitas Islam” itu pun menunjukkan semangat Islamisasi.
Universitas Islam harusnya berbeda konsep dan programnya dengan universitas
“bukan Islam”, sebagaimana bank Islam juga merupakan upaya Islamisasi konsep
perbankan, sehingga membedakannya dengan “bank konvensional”. Itu proses
Islamisasi juga.
Jadi,
wajar, jika orang Muslim melakukan proses Islamisasi; orang Kristen melakukan
proses Kristenisasi; orang sekuler melakukan proses sekulerisasi; orang liberal
melakukan proses liberalisasi. Kurang patut kiranya jika orang Muslim justru
takut dengan proses Islamisasi. Jika menolak Islamisasi, mungkin nama
kampusnya bisa diganti dengan “Universitas Integral Negeri”, bukan “Universitas
Islam Negeri”. Itu usulan saja; boleh diterima boleh tidak diterima.
Pada
kesempatan seminar di IAIN Lampung tersebut, saya mengajukan perlunya dilakukan
tiga tingkatan integrasi dan Islamisasi dalam dunia pendidikan. Bahkan,
secara makna, sebenarnya, Islamisasi sudah mencakup integrasi juga. Pada
tingkatan PERTAMA, Islamisasi pada level individu. Seorang Muslim, dimana
pun juga, dan kapan pun juga, harus terus menerus melakukan proses Islamisasi
pada pemikiran dan perilakunya.
Syed
Muhammad Naquib al-Attas, dalam buku klasiknya, Islam and Secularism,
memberikan definisi “Islamisasi” sebagai berikut:
“…membebaskan
manusia pertama-tama, dari tradisi magis, mitos, animisme, kultur nasional;
lalu membebaskan dari jeratan sekuler yang membelenggu akal dan bahasanya.
Orang Islam adalah orang yang akal dan bahasanya tidak lagi dikontrol oleh
magis, mitos, animisme, tradisi nasionalisme dan kulturalnya. Inilah perbedaan
antara Islam dan sekularisme … Ia juga membebaskan dari ketundukpatuhan
terhadap tuntutan fisik yang condong kepada sekularisme dan ketidakadilan (dan
mengabaikan) kebenaran jiwanya…. Jadi, dalam tataran individu, keberadaan
Islamisasi secara personal mengacu pada apa yang dijelaskan di atas, di mana
Nabi saw merupakan contoh tertinggi dan paling sempurna; sedangkan dalam
tataran kolektif, keberadaan Islamisasi secara sosial dan historis merujuk
kepada komunitas yang berjuang menuju realisasi kualitas moral dan etika
kesempurnaan sosial yang dicapai selama zaman Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi
Wassallam.” (bersambung)…Islamisasi Kurikulum..
PROF.
Wan Mohd Nor menjelaskan, bahwa berdasarkan definisi Prof. al-Attas tersebut,
maka meskipun Islamisasi pengetahuan kontemporer yang diperlukan melibatkan
proses dewesternisasi yang selektif, namun pada dasarnya merupakan sebuah
proses kembali kepada pandangan alam yang metafisik, kerangka epistemik, dan
prinsip-prinsip etika dan hukum Islam. Islamisasi bukan sekedar legalisasi dan
penegakan sebagian entitas sosial-politik. Juga, ilmu pengetahuan tidak
disamakan dengan sebatas fakta, keterampilan, atau teknologi. Demikian paparan
Prof. Wan Mohd Nor.
Pada
level individu ini, mahasiswa, dosen, dan seluruh civitas academica, seharusnya
melakukan proses Islamisasi pemikiran dan akhlaknya, secara terus menerus,
sampai menjadi muslim yang baik dan semakin baik. Dibimbing dengan worldview
Islam, maka dia memahami segala objek realitas dengan cara pandang yang
benar. Bahkan, mungkin karena keterpaksaan sistemik, meski suatu ketika
dia dipaksa melakukan perbuatan yang tidak benar, maka dia tetap memahami bahwa
tindakan itu tidak benar, dan dia senantiasa memohon pengampunan kepada Allah
Subhanahu Wata’ala atas tindakan kelirunya karena terpaksa.
Seorang
dosen sejarah yang diwajibkan menyampaikan kurikulum yang tidak Islami,
misalnya, secara personal dia wajib paham, bahwa ilmu yang diajarkannya itu,
bukan ilmu yang benar. Maka, dia harus mengkritik dan memberikan solusi dalam
perspektif worldview Islam. Seorang dosen yang dipaksa mengajarkan buku
ajar berisi materi HAM sekuler, misalnya, wajib memahami dan memahamkan, bahwa
materi ajar dalam buku teks tersebut keliru, dan ia wajib memberikan solusinya
secara Islami.
Itulah
maksud Islamisasi pada level individu. Seorang dosen atau mahasiswa harus tetap
menjadi Muslim yang baik, meskipun sistem dan lingkungan kampusnya tidak
Islami. Sebab, yang dipertanggungjawabkan pada Allah Subhanahu Wata’ala,
di Hari Akhir nanti adalah ilmu dan amal seseorang. Kekeliruan ilmu seorang
dosen akan berdampak besar pada kerusakan ilmu dan amal secara luas. Sebab pada
tingkat perguruan tinggi inilah dihasilkan para calon guru dan pemimpin di
berbagai bidang kehidupan.
Seorang
dosen yang memiliki kerangka epistemologis Islami, maka akan mampu
mengintegrasikan tiga “sebab ilmu” bagi manusia, yaitu jalur inderawi, akal,
dan wahyu Allah. Konsep-konsep kehidupan yang dihasilkannya pun bersifat
integral dan tidak parsial, yang hanya mengandalkan kekuatan akal dan indera
semata. Seorang ilmuwan geologi, misalnya, tidak hanya bicara tentang fenomena
gempa bumi sebagai gejala alam semata, tetapi juga mengajak rakyat untuk
mendekatkan diri kepada Allah agar tidak tertimpa azab dari Allah Subhanahu
Wata’ala.
Jadi,
dalam kondisi apa pun, pola pikir seorang dosen dan seluruh akademisi muslim
haruslah bersifat Islami, dan secara otomatis, juga bersifat integral
(universal). Ilmuwan-ilmuwan yang masih “alergi” untuk memasukkan wahyu Allah
sebagai “sumber ilmu” cepat atau lambat insyaAllah akan semakin tergusur oleh
arus besar Islamisasi ini.
Tingkatan
KEDUA, adalah Islamisasi pada level kurikulum. Salah satu aktivitas perjuangan
penting dari akademisi muslim adalah melakukan Islamisasi pada level kurikulum.
Pada tingkatan ini, kurikulum baiknya disusun berdasarkan asas proporsional
antara ilmu-ilmu yang fardhu ain dan fardhu kifayah. Tujuan pendidikan adalah
untuk membentuk manusia yang baik – sebagai manusia. Dalam istilah Prof. Naquib
al-Attas, tujuan pendidikan adalah “to create a good man as man”. Program
pendidikan pun harus berjalan secara Islami, terutama untuk menanamkan adab
dalam diri seseorang. Begitu juga sistem evaluasinya, harus memasukkan aspek
adab dan akhlak. Dalam kaitan ini, penyusunan buku-buku ajar yang
integral dan Islami sangat membantu kesuksesan program tersebut.
Secara
konseptual, sepatutnya, Perguruan Tinggi Islam sudah harus mampu menyusun dan
menerapkan kurikulum ideal semacam ini. Perguruan Tinggi harus menjadi tempat
pendidikan untuk membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia,
sebagaimana dirumuskan dalam UU tentang Pendidikan Tinggi, UU No. 12/2012.
Tampaknya,
hingga kini, masalah pembentukan sarjana yang berilmu, beradab, dan berakhlak
mulia itu masih menjadi agenda besar di banyak perguruan tinggi Islam.
Pada program Strata-1, saya mengusulkan, agar pada tahun pertama, semua
mahasiswa baru dididik secara khusus dengan adab, agar imannya kokoh,
bersemangat dalam beribadah dan meneladani Rasulullah saw, beradab pada guru
dan orang tua, serta memiliki pola pikir Islami. Mahasiswa yang lulus
tahap ini baru diizinkan memasuki spesialisasi ilmu di Fakultas atau progam
studi tertentu, sesuai minat dan kebutuhan masyarakat. Ini penting untuk
menghindarkan terjadinya lulusan-lulusan perguruan tinggi yang zalim dan
biadab. Jadi, bukan hanya Indeks Prestasi akademik saja yang menjadi
tolok ukur memasuki jenjang pelajaran berikutnya.
Jika
saat ini kita menghadapi berbagai persoalan pelik di berbagai bidang kehidupan,
cobalah kita lihat secara mendasar, apakah kita sudah benar dalam mengonsep dan
menerapkan pendidikan kita, khususnya pada tingkat Pendidikan Tinggi?
Jangan hanya menyalahkan politisi kita, tetapi tanyakan, apakah ada pendidikan
tinggi kita yang mendidik seorang menjadi politisi yang baik? Jangan hanya
menyalahkan jurnalis kita, tetapi mari kita introspeksi, di manakah kita bisa
mendidik anak-anak kita menjadi jurnalis muslim professional dan berakhlak
mulia? Ribuan sarjana agama kita luluskan setiap tahun. Berapakah dari
mereka yang siap berjuang menegakkan kebenaran dan mencintai keilmuan Islam
dengan sungguh-sungguh dan tulus ikhlas?
Pada
tahap Islamisasi kurikulum inilah, maka patut ditekankan perlunya pemahaman
yang benar akan konsep ilmu dalam Islam dan bagaimana konsep thalabul ilmi yang
betul, yang – misalnya – sangat menekankan pada kualitas keilmuan dan
keshalehan para guru. Harusnya, aspek formalitas gelar dan kepangkatan
akademik, tidak diletakkan lebih tinggi daripada aspek kebenaran dan ketinggian
akhlak sang guru.
Jadi,
pada level kurikulum ini bukan hanya dilakukan “integrasi” antara ilmu-ilmu
agama dan ilmu-ilmu umum. Tetapi, model integrasi itu harus mengikuti konsep
keilmuan yang benar. Jangan sampai, misalnya, Ilmu Tafsir digusur dengan Ilmu
Hermenutika yang bersifat spekulatif dan berbasis relativisme nilai.
Ilmu-ilmu wahyu yang bersifat pasti (qath’iy) tidak boleh dikalahkan oleh hasil
eksperimen sosial yang bersifat empiris dan “quasi-ilmiah”.
Sebagai
misal, meskipun secara empiris ditemukan sejumlah mahasiswa berhasil
meraih prestasi akademik tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak berzina,
bukan berarti zina menjadi boleh. Meskipun secara empiris ada pemimpin
kafir yang suka menolong dan tidak korupsi, bukan berarti kekafiran itu sesuatu
yang baik.
Tingkatan
ketiga adalah Islamisasi kelembagaan. Hingga kini, masih ada dikotomi
universitas Islam dan universitas “umum”. Sejumlah universitas Islam
telah berusaha mengintegrasikan antara “fakultas umum” dan “fakultas agama”
dalam satu lembaga pendidikan tinggi. Sebenarnya, dengan merujuk pada UU No
12/2012, dikotomi antara perguruan tinggi umum dengan perguruan tinggi agama,
sudah tidak relevan lagi. Sebab, Tujuan Pendidikan Tinggi itu sudah sangat
jelas, yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.
Tetapi, saya mengusulkan, agar proses integrasi kelembagaan di tingkat
universitas ini berjalan dengan alamiah, dan tidak dipaksakan, mengingat aspek
kesejarahan dan kondisi faktual para staf pengajar saat ini.
Betapa
pun kecilnya, semoga seminar dan gagasan tentang integrasi dan Islamisasi ilmu
itu akan terus bergulir, dan kita akan menyaksikan banyak kampus – khususnya
yang berlabel Islam – yang bisa kita banggakan sebagai tempat mencetak
kader-kader ulama dan intelektual Muslim yang berilmu mumpuni dan berakhlak
terpuji. Amin.[Bogor, 27 Maret 2015].*
Penulis
adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas Ibn
Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan
hidayatullah.com
Rep:
Admin Hidcom
Editor:
Cholis Akbar
Alkisah
dalam kisah fiksi ini, disebuah sekolah umum, seorang guru sejarah sedang menerangkan
pelajaran yang telah masuk pada bab tentang arkeologi sejarah jaman purba,
dibuku pelajaran diterangkan tentang evolusi manusia yang berasal dari kera,
setelah ia memaparkannya kemudian guru itupun menambah dan menjelaskan secara
lain pula, ia katakan, namun konsep evolusi ini ditentang oleh agama islam,
bagi murid yang beragama islam sebaiknya juga tahu, bahwa dalam nash agamanya,
bahwa manusia sudah sama sejak semulanya, dan manusia pertama adalah nabi Adam
as, dan seterusnya ia memaparkannya secara terbuka berdasarkan rangkuman dalil
syari walau tanpa mengeluarkan ayat dan dalilnya secara langsung. Dalam hatinya
bagaimanapun ia mengakui punya pertanggungjawaban kelak di akhirat bila ia
tidak pula menjelaskannya secara adil “pada tempatnya” pada murid yang
seagamanya. Selain itu, ini hanya bentuk usaha kecil dakwahnya, dimana ia tidak
berharap kelak ada mantan muridnya yang malahan akan menjadi penentang keras
agamanya sendiri akibat bombardir perecokan ilmu pengetahuan yang menjurus
tersebut terus-menerus dalam perjalanan hidup murid-muridnya. Ia pun bingung
dan dilema, bagaimana bila hal ini kelak diujikan didalam ujian, sementara ada
murid yang menjawab secara tekstual buku pelajaran dan ada murid lain menjawab
secara pandangan agamanya, mana yang harus dinilai angka dan benarnya dari dua
murid ini.
Pada
kisah lain, sang ibu sedang membantu membimbing anaknya yang membuat pr secara
mandiri, ibu itu tahu bahwa jawaban yang akan dibenarkan guru pada pr itu
disekolah adalah tentu jawaban apa yang sesuai dengan buku yang dipakai dalam
pelajaran tersebut. Salah satu isi pr si anak adalah tentang pemaparan teori
evolusi, sebagai inisiatif usaha si ibu, ia pun menjelaskan kepada anaknya
bahwa islam menjawab penciptaan secara berbeda. Panjang lebar ibu itu
menjelaskan secara arif karena sang anak dilanda kebingungan, kritisnya sih
anak karena kenapa ia harus dipaksa menjawab pr ini sama dengan isi buku,
sedangkan agamanya punya penjelasan lain, ibu juga dilema. Bagaimana pun
prestasi di sekolah juga perlu, tapi itu membiarkan kebohongan dan pembodohan
agama, sementara jawaban yang guru benarkan adalah jawaban dari rujukan buku
pelajarannya, ibu pun bingung bagaimana agar anak tetap terjaga aqidahnya
sementara ia juga harus tetap punya prestasi akedemik. Antara menyuruh anak
menjawab sesuai dengan buku dan keterangan gurunya, (maka anak diajarkan
berbohong sementara si anak telah kritis bahwa si anak telah yakin jawaban
pandangan agamanya yang benar) atau kah membiarkan si anak menjawab berdasarkan
pandangan agamanya yang notabene bisa disalahkan guru pr-nya, dapat nilai atau
nga dapat nilai pada pr di sekolahnya si anak.
Dapatkan
Anda melihat berapa banyak dari setiap jenis-jenis pelajaran punya kerancuan
begini. Berpisahnya ilmu dan agama.
Judulnya
apa, saintku agama atau agama saintku
"Agan
tahu kenapa dibilang untuk tidak mencampuradukkan antara agama dan sains?
Karena keduanya punya dasar yang berbeda. Agama berdasar kepercayaan, sains
berdasar pemahaman dan pembuktian. Saat agama dicampuradukkan dengan sains,
dikuatirkan akan ada usaha untuk membengkokkan sains agar sesuai tafsir agama,
seperti yang terjadi di era pertengahan dulu. Kalau sekarang, yang paling
mendapat tentangan dari agama itu teori evolusi, karena dianggap bertentangan
dengan kisah penciptaan langsung."
Klaim sepihak ateis, dikiranya
"pencari tuhan" tidak menggunakan metoda-metoda dalam riset mencari/menemukan
fakta saint pula, selain kepercayaan. Jalannya mendapatkan hidayah itu, bisa
dengan metoda observasi (pengamatan), pengumpulan data, penelitian dan
percobaan, logika, penalaran dan pemahaman, qiyas/perbandingan, kesimpulan dan
pembuktian, dsb. Sebutkan satu metode mencari ilmu? Maka demikian pula metode
itu dapat dipakai juga oleh "pencari tuhan".
1.Observasi/pengamatan
Nabi Ibrahim as mulai menggunakan akal sehatnya untuk mencari Tuhannya yang
menciptakan jagad raya dan seisinya menjadi ada. Awalnya Nabi Ibrahim as menganggap
bintang yang menerangi malam itulah Tuhannya, namun Nabi Ibrahim as menolaknya
setelah bintang itu hilang cahayanya saat muncul bulan yang lebih terang.
(Dalam Alquran: Surah Al An'naam/
76) "Ketika malam telah menjadi
gelap, dia (nabi ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia (nabi ibrahim)
berkata: 'itulah Tuhanku, 'Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia (nabi
Ibrahim) berkata: 'saya tidak suka kepada yang tenggelam’ lagi-lagi Nabi
Ibrahim as harus kecewa karena ternyata bulan juga tidak langsung
kenampakannya, hilang ketika fajar mulai menyingsing di pagi hari. Pagi harinya
ketika sang Surya memancarkan sinarnya yang membuat bumi terang benderang maka
Nabi Ibrahim as mengira telah menemukan apa yang dicarinya. Namun ternyata
matahari juga mengecewakan karena bisa hilang di waktu malam hari.
Nabi Ibrahim as terus mencari
siapakah sebenarnya Tuhannya, sampai akhirnya Nabi Ibrahim as diperlihatkan
keagungan dan kekuasaan Allah SWT.
(Dalam Alquran: Surah Al An'aam/
75) "Dan demikianlah Kami
perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit
dan di Bumi, dan (kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang
yang yakin"
2.Penelitian dan percobaan
-Maurice Bucaille, masuk Islam
karena jasad Fir’aun.
Prof Dr Maurice Bucaille adalah
adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di
Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Kisah
di balik keputusannya masuk Islam diawali pada tahun 1975. Pada saat itu,
pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti,
mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin
ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang
melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena
tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera
dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan
pertanyaan. Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari
jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah
dikeluarkan dari laut?
Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya
sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan
pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul ‘Mumi Firaun;
Sebuah Penelitian Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les Momies des Pharaons
et la Midecine’.
Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di
telinga Bucaille seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum
Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”.
Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?
Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran
telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan
mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum
Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Dan
akhirnya setelah pemikiran panjang, akhirnya dia masuk islam.
-Jacques Yves Costeau, di lautan
terdalam menemukan Islam.
Mr Jacques Yves Costeau adalah
seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir
pada 11 Juni 1910. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu dengan menyelam ke
berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang
keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia melalui stasiun tv
Discovery Channel.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba
Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya
karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air laut yang asin di
sekelilingnya. Sehingga seolah- olah ada dinding atau membran yang membatasi
keduanya. Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu penyebab
terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim dan
menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor tersebut lalu teringat
ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang
sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang
keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui
masing-masing”. Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : “Dan Dialah yang membiarkan dua laut
mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi
pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya
melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Costeau
pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman
Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Tak lama, Mr Costeau memeluk
Islam.
-Contoh secara kebalikkan dari
yang diatas (pembuktian terbalik), Pernahkah Anda mendengar hadis Nabi tentang
lalat? Sebuah hadis dimana Nabi menyuruh para sahabat untuk menenggelamkan
lalat apabila jatuh ke dalam air minum, dan kemudian membuang lalat tersebut.
“Jika
ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan, kemudian
angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya ada
penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat.” (HR.
Al Bukhari)
Hadis itu banyak dibahas.
Beberapa bahkan bertanya, mengapa Nabi Muhammad meminta lalat itu malah
dicelupkan ke dalam air minum. Bukankah lalat kerap hinggap di tempat-tempat
jorok, sehingga bisa menularkan penyakit?
Bagaimana penjelasan hadist ini
dilihat dari sudut pandang ilmiah?
Dikutip dari halaman situs Dr.
Zaghloul El-Nagger, seorang professor Muslim di bidang sains, memberikan
penjelasan ilmiah tentang Hadist ini. Menurut El-Nagger, hadis ini berarti
bahwa lalat itu membawa penyakit di salah satu sayapnya, dan obat dari penyakit
tersebut di sayap yang lain.
Ketika seekor lalat jatuh ke
dalam wadah (makanan atau minuman), lalat tersebut membawa mikroba di salah
satu sayapnya, sebagai pertahanan diri. Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam
komentarnya tentang hadis ini bahwa salah satu ulama mengamati bahwa lalat
melindungi dirinya dengan sayap kiri, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
lalat membawa obat atau penangkal di sayap kanan. Jadi jika lalat direndam di
wadah tempat ia jatuh, obat penawar itu akan menghancurkan racun atau mikroba
dengan kehendak Allah.
Beberapa orang tidak senang
dengan ide membenamkan lalat dalam makanan atau minuman. Namun, ini bisa
diterapkan dalam kasus-kasus darurat. Ketika, misalnya, seseorang berada di
padang pasir, hanya memiliki sedikit air atau minuman. Dalam kasus ini orang
itu tidak punya pilihan selain untuk melakukan seperti yang direkomendasikan
oleh Nabi. Jika tidak, maka ia akan mati kehausan atau infeksi. Jika seseorang
merasa jijik, maka ia tidak harus melakukannya, tapi ia tidak memiliki hak
untuk menolak keaslian hadits ini. Hadits ini sangat otentik, seperti yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.
Sekelompok peneliti Muslim di
Mesir dan Arab Saudi melakukan beberapa percobaan pada wadah berbeda yang
berisi air, madu dan jus. Mereka membiarkan jenis cairan tersebut dihinggapi
lalat. Kemudian mereka tenggelamkan lalat di beberapa wadah ini. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan bahwa cairan yang tidak ada lalat ditengelamkan
mengandung banyak bakteri dan virus, sementara wadah yang lain di mana lalat
benar-benar ditenggelamkan tidak terdapat bakteri dan virus.
Penemuan bahwa ada penangkal
untuk patogen, dan bahwa ada berbagai jenis bakteri dan “Bakteriofag”, baru
diketahui pada dekade terakhir abad ke-20. Sedangkan Nabi menyinggung soal ini
1400 tahun yang lalu, ketika manusia hampir tidak tahu tentang fakta-fakta ilmu
pengetahuan modern. Namun, jenis informasi yang akurat seperti ini, bahwa salah
satu sayap lalat membawa penangkal patogen yang dibawa oleh sayap yang lain,
hanya bisa berasal dari Wahyu Ilahi yang diajarkan kepada Nabi oleh Allah SWT.
Sudahkah anda memanfaatkan obat
pada salah satu sayap lalat itu? Obat untuk penyakit apa saja yang bisa? Siapa
yang patenkan dan produksi? nga mau cb tuk manfaat org bnyk dlm pngobatan kah.
Api dibawah laut, tanah liat dan protein
DNA, Tanah membunuh kuman pembersih najis, banyak fakta lain tentang penelitian
ilmiah dan kebenaran quran.
Penelitian diatas, menemukan
pengetahuan baru, pengetahuan baru ternyata tak baru, sudah ada di dalil agama,
penelitian ini malahan membenarkan dalil? Lalu dalil datang darimana? Siapa
yang memberi tau sejak 1400 tahun lalu itu kepada Muhammad?
3.Logika, penalaran dan pemahaman
Pernahkah kita terkena angin??
apakah yang ada di pikiran kita ketika terkena angin. ketika kita merasakan
terkena angin pastilah kita merasa sejuk dan kita dapat merasakan itu. dan
kalau ditanya mengapa kita percaya kalau itu angin dan bukan cahaya atau suara
atau yang lainnya, karena angin tidak terlihat mungkin saja itu bukan angin,
dan mungkin saja itu suara atau yang lainnya. pastilah kita menganggap itu
salah dan yang benar itu adalah angin. kita percaya bahwa itu angin karna kita
dapat merasakannya walaupun kita tidak melihat angin dan tapi kita percaya itu
adalah angin dan bukan yang lainnya. pikiran kita secara nalarpun pasti
menjelaskan kalau itu angin yang tidak terlihat tapi dapat dirasakan.
Mencari tuhan secara logika yang
seperti itulah yang bisa kita gambarkan. kita hanya bisa merasakan akan adanya
tuhan seperti kehidupan kita yang sekarang dan terjadinya seluruh alam semesta
ini. mengapa kita harus percaya kalau itu tuhan dan bukan yang lainnya. jawaban
yang tepat adalah kita percaya akan adanya tuhan seperti kita percaya akan
adanya angin yang hanya kita bisa rasakan tapi tidak bisa kita lihat. walaupun
mungkin banyak yang menentang itu bukan ciptaan tuhan tapi kita percaya kalau
itu tuhan. karna nalar kita percaya dan meyakini kalau itu tuhan, bukan sebuah
nama yang menghiasi setiap ajaran agama yang kita tau. ilmu kita masih sedikit
dibandingkan ilmu tuhan yang dapat menciptakan segala sesuatu. kalau kita ingin
melihat tuhan agar kita percaya akan adanya tuhan. carilah dulu bagaimana
bentuk angin. karya tuhan yang dapat kita rasakan tapi tidak terlihat
sepertinya akan halnya tuhan, yang dapat kita rasakan tapi tidak bisa kita
lihat.
Pelukis itu telah menyelesaikan
lukisannya, lukisannya tanpak hidup, sehidup pemandangan alam yang ia lihat dan
tuangkan dalam lukisan itu. Ia bisa membuat indah lukisan , dan itu bukan
kebetulan perlu keahlian, kreatifitas yang memakan waktu bertahun-tahun
buatnya. Ia liat lagi pemandangan alam didepannya, suara binatang, semilir
angin, dsb. Ia pun berkata bukan kebetulan pula hal ini ada semua, tentu ada pencipta
yang membuatnya indah dan mengaturnya, sebagaimana saya membuat lukisan ini
tampak hidup. Tentulah ada pula Pencipta alam nyata ini.
Hari pertama nan indah di sebuah
TK Mawar yang diasuh oleh seorang Ibu guru yang berjiwa Komunis . Ibu Guru ini
mulai memasuki kelas Nol 2 . ia mulai mengajar kepada anak" TK tersebut
tentang Faham Atheisme (Tidak Mempercayai Tuhan).
ia mulai mengambil sebuah
penghapus papan tulis dan berkata pada anak" TK di kelasnya
,"anak-anak , penghapus ini kelihatan gak ???" , sambil tangannya
mengacung-acungkan penghapus di depan kelas.
"KELIHATAAAAAN !!!",
kata anak" TK serempak dan bersemangat .
"yang terlihat menunjukan
keberada-an . maka kalau penghapus ini kelihatan artinya penghapus ini ada
gaaak ?" , tanya-nya lagi kepada murid"-nya .
"ADAAAAAAAA !!", kata
anak" semangat .
kemudian ia mulai menaruh
penghapus papan tulis di meja . ia lalu mengambil sebuah kapur putih . kemudian
berkata kembali pada murid"-nya , "anak-anak , kapur ini kelihatan
gaaak ???" , sambil tangannya kembali mengacungkan kapur di depan kelas .
"KELIHATAAAAAN !!!" ,
kata anak" TK serempak dan bersemangat . "nah !! kalau kapur ini
terlihat berarti kapur ini ada gaaak?" , tanya-nya lagi kepada
murid"-nya . "ADAAAAAAAA!!" , kata anak" semangat lagi .
lalu sang guru mulai memasuki
doktrin" komunisme-nya kepada anak" TK tersebut , "ANAK-ANAK !
TUHAN ITU KELIHATAN GAAAAK ????" , tanya-nya lebih semangat kepada
anak" muridnya .
"GAAAAAK !!" , teriak anak" murid .
''BERARTI TUHAN ITU ADA GAAAAAAK
????'' , tanya Ibu Guru lagi bersemangat .
"GAK ADAAAAAAAA !!",
kata anak" bersemangat tanpa mikir panjang .
dipojok belakang kelas tiba"
berdiri anak murid yang paling badung dan termasuk nakal .. lalu ia mulai
berjalan dengan gagah dan sok tahu ke depan kelas . kemudian dia berkata
lantang didepan kelas, "KAWAN-KAWAN , OTAK IBU KELIATAN GAAK ???" ,
tanya-nya pada teman" sekelas-nya .
"GAAAAAK !!" , teriak teman"-nya .
kemudian ia bertanya lagi, "BERARTI
OTAK IBU ADA GAAAAAAK ???"
"GAK ADAAAAAAAA !!" , jawab teman"-nya . (pen: kalian juga bisa
berdakwah dengan cara ini. Membangun logika sehat, mempertajam pertimbangan dan
kecerdasan, buat agar orang-orang cerdas politik juga bisa kok dengan metoda
sederhana ini).
4.Qiyas/perbandingan/perumpamaan
Game bola (sory klo contohnya ini
trus :)), ada software, hardware, pencipta dan penciptaan, fisikal pemain dan
dunia gamenya, batasan alam akal/pikiran gamenya (bisa lewat joystick atau dengan
aoutopilot, nah itu batasan akalnya, sesuai apa kemampuan dan batasan gamenya
gerak, tingkah laku, cara main, ekspresi, dsb). contoh mini. Bawa ada pencipta
yang membuat kelengkapan itu semua.
Menurut keterangan muallaf kepada
Teungku Jamaluddin, alasan lain memutuskan masuk Islam adalah karena mereka
terkesan dengan agama Islam melalui ajaranya yang sangat selektif dalam memilih
makanan yang bersih dan kesucian lain. Hal ini, menurutnya membuat banyak umat
Islam yang “bercahaya” wajahnya. Apalagi saat melakukan ibadah sebelumnya
mereka diperintahkan untuk bersuci.
Dan yang paling mereka suka dan
tertarik ketika melihat umat Islam datang ke masjid untuk beribadah, mereka
diwajibkan untuk membuka sepatu dan sandal agar bisa masuk ke Masjid karena
mereka sangat menyadari bahwa Masjid itu adalah rumah Allah (rumah tuhan) yang
wajib dijaga kesuciannya. (Pen: beribadah menggunakan sendal/beralas kaki
boleh, mungkin ini kesepakatan bersama, lebih baiknya. Soalnya biar kata sendal
ketika bernajis, dengan langkah berikutnya, ketika menyentuh tanah yang lain dapat
menyucikan, namun merujuk kebersihan dan kenyamanan bersama. Agar ibadah orang
lain tidak terganggu bau-bauan dari sendal/sepatu, becekan bekas tanah ketika
hujan, atau pasir yang menyucuk kening ketika sujud, dsb). Tapi coba dach
tahajud sekali-sekali diatas lumpur, biarkan sajadah dan jubah mu terkena
becekkan lumpurnya dan nikmati sensasinya. Dulu jaman kerajaan, ketika raja
lewat di depan rakyat, mau becek kek tanahnya pada sujud hormat semua, nga pakai
sempat cari alas-alas lagi. Suka nga suka.
""Saat usia saya tiga
belas tahun, saya mulai berpikir dan bertanya kepada diri sendiri,
"Mengapa saya berada di dunia?" "Apa tujuan hidup saya?"
"Alam semesta dengan keteraturannya pasti memiliki pencipta. Kalau ada
penciptanya pastilah pencipta memerintahkan dan melarang hamba-hambaNya dengan
aturan-aturan agama".
Saya teringat sekarang dengan
firman Allah yang artinya, "Sesungguhnya
pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar
di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah
dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati
(kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh,
merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal"
(Surat Al Baqarah 164)
Mulailah saya mencari agama yang
benar. Karena saya di lahirkan dari keluarga Kristen Protestan maka saya
memulai mempelajari agama saya. Saya berangkat ikut sekolah minggu atas
kesadaran saya sendiri. Saya tidak mendapatkan ketenangan batin, saya tidak
puas. Saya terkadang mendebat pendeta karena ada hal-hal yang tidak bisa saya
terima seperti tentang trinitas dan lainnya. Pendeta tersebut mengatakan,
"sebenarnya Injil yang ada di tangan kita sudah tidak asli lagi. Isi injil
yang ada sekarang sekadar sebagai perumpamaan. Bahkan manusia sendiri
berasalnya dari kera bukan dari Adam seperti yang kita baca di injil."
Pendeta mengajarkan dogma, meskipun anda tidak puas tapi anda harus
meyakininya. Bahkan saya dapatkan dari mereka sebenarnya di hati mereka tidak
meyakini kebenaran injil. Saya berpikir untuk apa saya mempelajari agama
sedangkan ulama nya saja mereka meragukan isi kebenaran kitab suci mereka.
Akhirnya saya berhenti sekolah minggu meskipun belum selesai dua tahun.
Mulai saya mempelajari agama
Hindu, Budha tapi tidak logis dan tidak bisa diterima akal saya. Saya pelajari
agama yahudi ternyata agama yahudi agama rasis. Mereka mengaku bangsa pilihan
Tuhan. Sedangkan manusia yang lahir bukan dari orang Yahudi maka tidak ada
kesempatan untuk masuk surga, semuanya di neraka. Jelas ini agama yang batil.
Saat usia saya 14 tahun saya
banyak mempelajari tentang Islam dari buku-buku dan internet. Ayah saya senang
dengan sejarah dan sering mengajak saya melihat masjid-masjid yang megah ketika
sedang berlibur ke Turki. Hati saya merasa tentram ketika melihat masjid atau
ketika memasukinya. Permadani yang terhampar di Masjid, cahaya matahari yang
masuk ke dalam masjid membuat saya mencintai masjid."
Tidaklah sama orang yang buta
dengan orang yang melihat.
5.Pengumpulan data
Diatas contoh sedikit dari
kumpulan data2, terlalu banyak kalau diambil semua beragam disiplin ilmu ada.
6.Kesimpulan/pembuktian menjadi
kepercayaan
-Siapa manusia pertama yang
dibunuh, siapa pula yang membunuh, apa sebab-sebabnya? dan bagaimana cara
dikuburkannya? ateis menjawab? .... Islam menjawab? .... Saintis sastra
menjawab akan dua kisah berbeda itu? ..
-Yesus diangkat kesurga lagi
nyiapkan tempat buat pingikutnya, kata saintis kecepatan paling tinggi
kecepatan cahaya, dimana surga, berapa jauh? Masih dibimasakti, diluar dari
galaksi-galaksi, dimensi lain atau dibumi juga? berapa lama yesus balik ke bumi
"kebangkitan"? Mungkin klo ateis menjawab, pertanyaan diatas nga
nyambung, itu dongeng atau itu hal nga natural, bila manusia pulang pergi ke
mars baru kya gitu natural, bisa dihitung. Bila ada jawaban sejenis ini berarti
saint jadi kepercayaannya, keyakinannya (doktrin yang telah ada sebelumnya
juga). Nasrani, harus mastiin dulu apa yang naik yesus sebagai anak, atau sebagai
bapa atau sebagai roh kudus atau ketiga dalam satunya. Bila ia tuhan yang
manuisa, apakah tidak tunduk pada kcepatan batasan cahaya, atau perkataan
jawaban yang lainnya. Islam menjawab? ...
-Bumi bagian tata surya, tata
surya bagian galaksi, galaksi bagian ... Big bang.. Sebelum big bang apa? dari
tidak ada menjadi ada? Apa? Bagaimana penjelasannya bila itu rana natural? Bila
itu rana supranatural?
-Apakah selain biologi, fisika,
kimia, dsb.. Agama jg sub bagian dari saint? Ataukah salah satu bagian dari
agama itu saint?
Outputnya apa? Hasilnya apa? Kan
ternyata saint toh juga bisa berdasarkan kepercayaan, toh ternyata juga bisa dari
doktrin yang berkelanjutan dan agama juga bisa datang dari dasar pemahaman dan
pembuktian, dan hidayah ternyata juga bisa datang dari pemahaman dan pembuktian.
Outputnya saint bisa kepercayaan.
Kepercayaan akan tuhan yang meng-ada-kan saint atau saint yang tak mengadakan
tuhan. Begitupun inputnya, bisa datang dari doktrin juga, dari sebuah
kepercayaan, walaupun kadang itu sekedar campuran setengah asumsi, atau juga dari
yang menaturalkan semua rana tanpa campur tangan tuhan atau yang tetap memisahkan
batasan yang bisa diamati, dicermati, dilihat secara natural dan mana yang hanya
bisa secara supranatural. Output yang mengharuskan menaturalkan semua rana
ataukah yang yakin tetap ada pemisahan rana natural dan supranatural ataukah
yang tetap memisahkan rana natural namun dengan supranatural yang natural.
Blank, pening-pening, bingung ..
Kau tersentak. Itu tandanya kamu gi dicolek. Coba dach tabayun, berpikir ulang,
minta sama yang ciptain kmu.
Lihatlah ia, pada awalnya, akibat
doktrin ateisnya, ia masih ingin menaturalkan, harus ada bukti-bukti natural
dan ternyata ...
“Aku membawa Alquran pulang dan
mulai membacanya. Apa yang kutemukan saat membaca Alquran tidak seperti aku
sedang membaca sebuah cerita. Itu terasa seperti seseorang memberiku perintah
atau petunjuk.
Di suatu malam, aku memutuskan
untuk mencoba dan membuat suasana rohaniah. Aku menyalakan lilin, membiarkan
jendela dan gorden terbuka. Aku mencoba untuk benar-benar merasakan nuansa
rohani. hari itu adalah malam musim panas di Melbourne. Dan aku duduk disana
berpikir “Ini dia! Inilah malamnya.”
Aku telah menyelidiki semua bukti
rohani, semua bukti ilmu pengetahuan tentang fakta bahwa gunung adalah
penyangga bumi, tentang bagaimana embrio berkembang dalam janin wanita semuanya
adalah bukti yang menakubkan tapi aku masih butuh sedikit motivasi lagi. Ini
terasa seperti aku berada di pinggir sebuah tebing, aku siap melompat, aku
hanya butuh sebuah dorongan.
Jadi, aku duduk di sana dan
terasa sangat sunyi. Aku membaca Alquran dan berhenti. Aku mengatakan, “Allah,
inilah saatnya. Inilah waktunya aku memasuki Islam, apa yang aku butuhkan
hanyalah sedikit tanda kebesaran-Mu, sedikit saja, tidak usah yang besar,
mungkin sebuah kilat, mungkin setengah rumahku ambruk, atau Kau tahu, yang kecil.
Kecil untuk-Mu, Kaulah yang menciptakan bumi, ayolah.
Jadi aku duduk disana, aku sedang
menunggu kemungkinan api lilinnya melompat 4 meter di udara seperti di
film-film. Dan aku berkata, “Oke, ayolah!” Dan subhanallah, tidak terjadi
apa-apa. Benar-benar tidak terjadi apapun.
Seumurnya aku sangat kecewa. Aku
masih duduk disana dan ku ulangi perkataanku, “Allah, ini kesempatan-Mu. Aku di
sini. Aku tidak pergi kemanapun. Aku akan memberi-Mu kesempatan kedua. Mungkin
Kau sedang sibuk. Ini siang hari, mungkin Kau sedang mengatur dunia karena ada
banyak hal yang terjadi. Kali ini mungkin hanya penampakan karpet terbang, Kau
tahu sesuatu yang kecil., lupakan saja tentang rumah atau lilin tadi, seekor
burung bisa kentut di luar, aku tak peduli, apapun itu. Oke, ayolah.
Dan subhanallah, benar-benar
tidak ada apa pun yang terjadi, bahkan aku tidak dapat berkata “Oh itu dia,
temboknya jadi retak, itu dia!” Benar-benar tidak ada yang terjadi. Aku sangat
kecewa dan cemberut.
Aku duduk di sana berpikir,
sudahlah, ini kesempatan terakhirku masuk Islam dan benar-benar belum
menemukannya. Namun ku ambil lagi Alquran dan kubaca lagi. Subhanallah, ayat
berikutnya di halaman selanjutnya “Untuk kalian yang meminta petunjuk, tidakkah
telah Kami tunjukkan? Lihatlah di sekitarmu., lihatlah bintang-bintang,
lihatlah matahari, lihatlah air. Inilah tanda-tanda untuk orang yang
mengetahui.” Subhanallah… Aku menutupi kepalaku dan berpura-pura aku sedang
tertidur, setakut itulah aku.
Aku tak percaya betapa sombongnya
aku menginginkan tanda yang ku-inginkan padahal sudah ada sekian lama
tanda-tanda kebesaran Allah di sekelilingku. Fakta adanya dunia, adanya
ciptaan, inilah tanda-tanda bagi kita.”
Pen: maaf bukan ingin berkesan
menggurui, karena aku pun orang yang banyak kekurangan dan kesalahan tapi
sekedar ingin berkesan seperti gaya quran menyampaikan, "Aku membawa
Alquran pulang dan mulai membacanya. Apa yang kutemukan saat membaca Alquran
tidak seperti aku sedang membaca sebuah cerita. Itu terasa seperti seseorang
memberiku perintah atau petunjuk."
Pada akhirnya, seorang ateis pun
punya fitrah, pengenalan akan Tuhannya, terutama ketika ada pada puncak keadaan
bahaya pada dirinya, dan cuma masalahnya apakah sudah terlambat atau belum.
“Salah seorang atheis senior di
Jerman memutuskan untuk mempelajari Al Qur'an untuk mengekstrak kesalahan
ilmiah darinya lalu melakukan serangan atas umat Islam dengannya lalu
mengeluarkan mereka dari agamanya, namun kehendak Allah berbeda, Allah
memperlihatkan dalam mimpi bahwa dirinya tenggelam dan dalam kondisi tersebut
–pada saat genting- tanpa sadar dirinya mengucapkan: Ya Allah! Lalu sekejap
dirinya bangun dan mengatakan bagaimana mungkin dirinya mengakui adanya Allah
sementara dirinya seorang atheis! Namun orang tersebut kemudian membuka Al-Quran
dan kehendak Allah menuntunnya akan tatapan matanya jatuh pada ayat di mana
Allah berfirman: "Dan apabila kamu
ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia,
Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. dan manusia itu
adalah selalu tidak berterima kasih”. (Al-Isra:67).
Setelah itu dia berkata: Demi
Tuhan tidak mungkin ucapan ini berasal dari manusia namun ini adalah ucapan
Tuhan manusia maka dari itu aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah! Pen: siksa kubur pun dapat diperbandingkan dengan
mimpi ini, contoh mini mati itu tidur, pada tidur ada mimpi, kadang hal
menyenangkan, kadang hal menyakitkan. Tapi siksa kubur dan keadaan mimpi yang
jelek berbeda hakikat, seperti rasa fisikly-nya, antara yang nyata dan
gambaran.
Pertanyaan ini diajukan oleh
seorang ateis/agnostik kepada Dr. Zakir Naik pada saat konvensi di Dubai.
Videonya bisa dilihat disini. Berikut ini transkrip percakapannya:
Halo Dr. Zakir Naik. Namaku
Harris dari Phoenix, Arizona, AS. Aku seorang wirausahawan dan manager
marketing. Dua temanku di Amerika telah masuk Islam karena menonton video
YouTube tentangmu. Salah satu dari mereka orang Kristen, yang satu lagi Ateis.
Salah satu temanku memberikan kepadaku DVD-mu “How to Deal with an Atheist”
yang telah kutonton. Tapi itu tidak menjawab pertanyaanku. Aku telah bertanya
tentang ini kepada banyak orang cerdas tapi tidak ada jawaban yang memuaskan.
Dari semua ulama yang pernah kutonton di YouTube, menurutku andalah yang paling
rasional, masuk akal, dan mudah dipahami.
Pertanyaanku adalah: Tuhan telah
menciptakan seluruh jagat raya dan Quran berfirman banyak hal tentang
penciptaan itu. Jauh sebelum Tuhan menciptakan keseluruhan jagat raya ini,
sebelum dia memutuskan untuk menciptakan manusia, Dia sudah tahu hasil
akhirnya. Dia tahu pada akhirnya Dia akan kecewa dengan orang-orang tertentu
dan mereka akan masuk ke dalam neraka. Dia tahu mereka akan dibakar dan
disiksa. Jauh sebelum Dia menciptakan seluruh jagat raya, Dia tahu bahwa
hasilnya akan menjadi buruk. Ini mungkin baik bagi orang-orang yang ada di
surga, tapi Dia tahu bahwa Dia bisa menyelamatkan orang-orang yang akan masuk
neraka bahkan jauh sebelum Dia memutuskan untuk menciptakan. Tapi tetap saja
Dia memutuskan untuk menciptakan mereka dengan segala logika Ketuhanannya.
Kenapa Dia melakukan itu? Kesimpulan dari pertanyaannya adalah: Bagaimana
mungkin Tuhan begitu sadis, sehingga Dia tetap melanjutkan rencana-Nya padahal
Dia tahu rencana-Nya akan berakhir seperti itu?
Jawaban
Saudara kita menanyakan pertanyaan yang sangat bagus dan cerdas. Saudara
berkata bahwa meskipun satu orang saja masuk neraka maka Tuhan akan kecewa.
Saudaraku, Tuhan tidak pernah kecewa sama sekali. Sekarang untuk menjawab
pertanyaanmu.
Aku menggunakan pengandaian
dengan seorang guru di sekolah. Jika seorang guru menuliskan pertanyaan di
kertas ujian, “Berapakah 2+2?” Murid yang berada di hadapannya menulis “5.”
Gurunya bisa saja berkata pada muridnya “Ubahlah 5 menjadi 4.” Apakah gurunya
adil jika pada saat ujian dia membetulkan jawaban muridnya? Bagaimana dengan
pendapat murid-murid yang lain?
Ateis: Gurunya tidak adil. Tapi
Tuhan bisa menjadi adil pada saat bersamaan. Dia bisa menciptakan kondisi yang
sepenuhnya berbeda, Dia tidak perlu menjalani situasi seperti itu, Dia tidak
dibatasi oleh situasi apapun.
Dr. Zakir: Maksud saudara adalah
Tuhan bisa menciptakan sesuatu yang sempurna dan tidak salah, benar? Tuhan
telah menciptakan hal itu. Dia menciptakan para malaikat yang tidak pernah
menentang perintah Tuhan. Tapi manusia adalah ciptaan yang lebih baik daripada
malaikat karena para malaikat tidak punya kehendak sendiri. Namun manusia punya
kehendak bebas untuk menentang atau mengikuti Tuhan. Jika anda memilih menjadi
manusia, jika anda menentang perintah-Nya anda masuk neraka. Namun jika anda
mematuhi perintah-Nya, anda lebih baik daripada malaikat. Karena malaikat tidak
punya kehendak bebas dari diri sendiri maka mereka mengikuti Tuhan dan ini
tidak hebat. Manusia adalah ciptaan yang lebih baik dari Tuhan. Tuhan telah
memberikan kehendak bebas pada mereka. Ini adalah pertanyaan yang berbeda bahwa
Tuhan mengetahui... karena Dia punya ilmu tentang masa depan. Jadi Dia telah
menciptakan makhluk yang punya kehendak bebas. Kesalahannya ada pada manusia,
bukan Tuhan.
Ateis: Kenapa Dia memberikan kita
kehendak bebas sedangkan Dia tahu bahwa Dia pada akhirnya akan ada banyak orang
di neraka?
Dr. Zakir: Itu adalah ciptaan
yang berbeda. Tentang yang anda permasalahkan, Tuhan telah menciptakan para
malaikat. Aku bertanya padamu, mana yang lebih baik? Para malaikat yang
(selalu) mengikuti perintah Tuhan atau manusia yang mengikuti perintah Tuhan?
Ateis: Jika aku punya kesempatan,
aku ingin menjadi malaikat. Kenapa juga aku mau mengambil risiko.
Dr. Zakir: Kesempatan kedua.
Benar! Itulah mengapa Tuhan berfirman dalam surat Al-A’raaf[7]:172 bahwa Tuhan
telah mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Tuhan
berfirman: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Semua manusia pun mengakuinya.
Tuhan berfirman dalam surat Al Hashr[59]:21 jika sekiranya Tuhan mewahyukan
Quran pada gunung, maka gunung itu akan runtuh. Tuhan berfirman pada surat Al
Ahzaab[33]:72 bahwa manusialah yang bodoh karena mengatakan “Kami ingin menjadi
manusia.” Kitalah yang bodoh. Sekarang kita tidak bisa mundur. Sekali kita
mengajukan diri untuk menerima ujiannya, sekali anda membaca kertas ujiannya.
Ateis: Tidak ada yang bertanya
padaku. Mereka bertanya pada Adam dan Hawa.
Dr. Zakir: Tidak saudara. Quran
berfirman bahwa setiap manusia ditanya apakah mereka ingin menjadi manusia.
Kemudian ingatan itu dihilangkan. Sebelum kita diciptakan jadi manusia, Tuhan
berfirman dalam Quran “Apakah kamu ingin menjadi manusia? Jika kamu menjadi
manusia, kamu bisa mengungguli para malaikat atau bisa lebih hina daripada
mereka. Jika kamu tidak mau menjadi manusia maka tidak apa-apa.” Jadi Tuhan
bertanya pada manusia dan Quran berfirman bahwa kita bodoh karena memilih
mengikuti ujiannya. Sekarang ketika anda sudah ikut ujiannya, jika anda
mengikuti perintah Tuhan atas kehendak bebasmu maka anda akan lebih mulia
daripada malaikat, jika anda menentang Tuhan, anda menjadi lebih rendah
daripada malaikat. Kita ingin melewati ujiannya dengan baik. Anda berkata “Aku
tidak ingat pernah ditanya ingin menjadi manusia atau tidak.” Tentu saja anda
tidak akan ingat, bahkan aku juga tidak ingat. Tapi aku percaya pada Quran.
Pada hari kiamat, Tuhan berfirman “Tidak ada satu manusia pun yang menentang
pengadilan Tuhan.” Anda akan tahu pada hari kiamat. Satu-satunya yang kita katakan
adalah “Tolong beri kami kesempatan”, namun Tuhan berfirman “Sudah terlambat.”.
Jadi jika anda ingin mendapat kesempatan baru, maka anda harus kembali ke dunia
lagi, begitu juga setiap orang. Tuhan telah memberikan kita kesempatan di
dunia. Jika anda berbuat salah, Tuhan memberikanmu kesempatan untuk memohon
ampun. Anda bertaubat dan Tuhan memaafkanmu. Dan anda berbuat salah lagi...
begitu seterusnya. Ketika anda mati, tidak ada kesempatan lagi. Jadi berkenaan
dengan pertanyaanmu, kenapa Tuhan menciptakan manusia? Karena ini adalah
ciptaan yang lebih baik. Setiap orang yang rasional, termasuk anda harus setuju
bahwa makhluk yang punya kehendak bebas adalah ciptaan yang lebih baik daripada
makhluk yang tidak punya kehendak bebas. Dan anda berkata bahwa anda tidak
ingat, anda sepenuhnya benar. Ketika anda mati dan dibangkitkan, pada saat itu
kita akan menemui-Nya, maka pada saat itu kita akan berkata “Aku ingat.” Bahkan
sekarang aku tidak mengingatnya. Tapi percayalah pada Quran, karena Quran tidak
pernah salah. Jika anda mendengar ceramahku, maka anda akan tahu bahwa 80%
kandungan Quran sesuai 100% dengan ilmiah. 20%-nya lagi masih ambigu, tidak
benar dan juga tidak salah. Jadi logikaku berkata, ketika 80% itu 100% benar,
dan bahkan tidak 0,01% dari yang 20% itu salah, logikaku mengatakan bahwa yang
20% ini pasti juga benar. Aku adalah orang ilmiah, aku orang yang menggunakan
logika, jadi aku percaya pada pernyataan Quran, bahwa kitalah yang memilih
menjadi manusia. Jika anda tidak memilihnya maka anda boleh mempertanyakan
Tuhan: “Kenapa Engkau menjadikan aku sebagai manusia?” maka Tuhan akan
disalahkan. Tapi Tuhan berfirman dalam Quran bahwa kita ditanya. Gunung saja
ketakutan, semuanya ketakutan tapi kita sebagai manusia memilihnya.
Ateis: Tapi apakah anda ingat
pernah ditanya? Aku tidak ingat pernah ditanya.
Dr. Zakir: Saudara, jika anda
mendengar jawabanku, bahkan aku tidak ingat. Tapi jika anda mengingatnya,
dimana ujiannya? Bayangkan jika seorang guru mengajarkan sesuatu padamu,
kemudian sang guru memberikanmu bukunya. Gurumu berkata “Kamu tidak boleh buka
buku ketika ujian.” Andai saja guru itu berkata “Oke, buka saja bukunya dan
jawablah ujiannya” maka dimana ujiannya? Setelah ujiannya berakhir, anda bisa
memeriksa dari bukunya atau tidak?
Ateis: Tentu saja.
Dr. Zakir: Tapi saat ujian,
bolehkah anda buka buku?
Ateis: Tidak.
Dr. Zakir: Jadi sekarang ujiannya
sedang berlangsung saudaraku. Ketika ini sudah berakhir, anda bisa
memeriksanya. Pada saat ujian, anda tidak bisa mengecek buku pelajaran, itu
namanya menyontek. Jadi ketika ujiannya sudah berakhir, jika anda tidak ingat,
anda katakan pada Tuhan “Kenapa ini tidak masuk akal?” Tapi Quran berfirman
bahwa tidak satupun manusia akan menentang pengadilan Tuhan. Aku adalah orang
ilmiah, aku orang berlogika, berdasarkan pengetahuanku pada ilmiah, berdasarkan
logikaku, ketika aku membaca kitab-kitab lain dan membaca Quran, aku lihat
bahwa Quran adalah satu-satunya kitab agama di muka bumi yang melewati
ujian-ujiannya. Jadi dengan begitu aku, aku meyakini bahwa Quran pasti benar.
Aku tidak ingat, itulah ujiannya, jika aku ingat maka dimana ujiannya? Jadi itu
menjawab bagian pertama dari pertanyaannya. Bagian pertama yang menjawab bahwa
Tuhan itu sadis. Tuhan tidak sadis. Sebagai contoh, aku ingin anak-anakku masuk
universitas medis. Berapa banyak anak-anak yang akan masuk universitas medis?
Hanya sedikit, lebih kecil dari 5%, atau mungkin hanya 1%. Jadi kenapa hanya 1%
yang bisa masuk ke kampus? Memang karena ini diperuntukkan untuk orang-orang
terpilih. Begitu juga Tuhan menciptakan surga, surga firdaus. Tidak setiap
orang bisa masuk surga Firdaus. Begitu juga, tidak setiap orang bisa menjadi
dokter. Hanya mereka yang punya kapasitas yang bisa masuk. Begitu juga, tidak
setiap orang bisa masuk surga Firdaus, tingkat surga yang tinggi. Kita harus
berusaha. Tuhan telah memberikan anda kapasitas. Jika anda tidak mengikuti
petunjuk-Nya maka anda tidak bisa (masuk surga). Jika anda mengikuti
petunjuk-Nya untuk masuk surga, maka ini sangat mudah. Jika anda cerdas dan
jujur kepada diri sendiri, maka ini menjadi mudah. Tapi jika anda tidak jujur
pada diri sendiri, bahkan orang-orang yang tidak cerdas bisa masuk surga. Yang
paling penting adalah anda harus jujur. Tuhan telah memberikan berbagai pilihan
tentang bagaimana cara mematuhi-Nya. Jika mereka pintar, mereka akan melihat
bahwa Quran ini sangat jelas bahwa ini adalah firman Tuhan dan anda harus
mengikuti-Nya. Itulah alasan mengapa Francis Bacon berkata “Sedikit pengetahuan
menjadikanmu seorang Ateis. Pengetahuan yang mendalam menjadikanmu seorang yang
beriman pada Tuhan.”. Jadi aku tidak akan mengatakan bahwa Tuhan itu sadis, aku
katakan kitalah yang bodoh karena telah memilih untuk mengikuti ujiannya. Tuhan
telah memberikanmu pilihan. Apa yang kita inginkan, kitalah yang memilihnya.
Jadi kitalah yang bertanggung jawab bukan Tuhan. Pada hari kiamat anda akan
tahu, insya Allah. Insya Allah jika aku masuk surga, aku berdo’a kepada Tuhan
dan bersyukur pada-Nya. Jika kita gagal, maka kita hanya menghancurkan diri sendiri.
Semoga itu menjawab pertanyaanmu.
Pen: sekedar tambahan. Ketika
seorang murid berniat ikut ujian, guru menyetujui, Bila seorang guru ketika
membagi kertas ujian, lalu seorang murid tidak diberi, dan guru itu berkata,
kau salah, jawabanmu semua salah. Murid tentu protes, bagaimana saya salah,
saya toh blum menuliskan/menjawab satu pun dari kertas ujian ini. Apakah itu
adil. Sekira guru tau kapasitas si murid pun, ia akan membiarkan ujian berlangsung,
murid itu melakukannya dahulu, baru hasil ujian itu mnjadi saksi buat si murid.
Ketika ia berbuat semua salah pada ujiannya, bukankah ia tidak menentang lagi
bukti persaksian ini atau telah pula percaya dengan kebenaran prediksi si guru.
Maka ini juga adalah "persaksian" untuk manusia itu sendiri (dicatat
malaikat pencatat amal tiap saatnya di dunia). Persaksian akan hasil ujiannya,
juga sebagai bntuk salah satu keadilanNya. Juga bukti kehebatan ilmuNya yang
mengetahui segala sesuatu. Namun ini juga tidak boleh menafikan kehendakNya,
bila Ia mau.
Pada dasarnya, ketika kita minta
ujian, kita nih orang-orang yang nga lulus semua, karena kehendak bebas kita
ini, maka dilengkapi dengan buku panduan dan contoh teladannya, "Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya
kalian semua itu sesat kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah
hidayah kepadaku niscaya Kuberi hidayah kalian."
Surat Al-Araf ayat 172 : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan
dari sulbi anak-anak Adam keturunan mereka dan mengambil kesaksian dari mereka
atas diri mereka sendiri, Bukankah Aku ini Tuhan kalian ? Seraya mereka menjawab,
Benar (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi. (Hal ini Kami lakukan), agar di
hari kiamat nanti kalian tidak mengatakan, Sesungguhnya kami lengah atas ini
(wujud Allah).".
Mau nga jadi manusia. nga, nga
berani. Resiko! Ya sudah jadi kecoa z atau burung, maukah? Nga ada resiko! Mana
penulis tau, gmana-gmananya. Ini sekarang lagi ditabir kembali, bagaimana-bagaimananya
perjanjian dan persaksian awal manusia itu, ntar juga bakal kembali tau kok,
dihari-hari di akhirat.
Manusia kau bodoh, spa suruh
begaya buat dan setujui perjanjian, tentu dibalik itu ada ujiannya dan tanggung
jawabnya. Harusnya dapat dikatakan klo Gunung lebih cerdas dari mu, tapi ia tak
akan dapat melampaui atau semulia dirimu, dan pada akhirnya kau lah mang makhluk
yang sangat cerdas itu, ya kau tapi sangking cerdasnya kau terlalu berani ambil
resiko kyanya ya.
Maka
jangan kau olok-olok lagi ya, soalnya “bisa jadi” makin akan terang dan jelas
kandungan quran ketika ada olok-olokan, karena "pasti ada sesuatu petunjuk
atau hikmah dibaliknya" untuk umat islam lebih faham agamanya.
Sekali
lagi ini hanya sekedar teori yang bisa bernilai salah, dan harus dibuktikan
dahulu. Bila ia adalah kebenaran, sungguh akan menambah kebencian mereka saja,
sayang akal tidak digunakan untuk yang benar-benar haq.
Tidakkah
kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi
dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan
mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, Qs. Ibrahim: 19
Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan
bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah
menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya?
Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran. Qs. Al
Israa': 99
Bila Allah berkehendak serta
menghendakinya, dan apabila Dia telah menetapkan sesuatu maka Allah berfirman
kepadanya: "Jadilah", maka jadilah dia. Begitulah beberapa ungkapan
ayat-ayat kun [jadi] maka faya kun [jadilah] dalam al-Qura’an.
Allah SWT bisa saja membuat
makhluk-makhlukNya yang baru yang diciptakanNya untuk menyembahNya baik
menyerupai Manusia, Jin, Nisnas atau Makhluk-Makhluk lain dan mempermulakan
alam semesta baru atau alam semesta baru yang banyak lainnya beserta dengan
makhluk-makhluk yang mengisinya pula, malah bisa pula memulihkan bumi dan alam
semesta kita ini dan mengisi dengan makhluk baru, membuatkan Surga-Surga baru
atau Neraka-Neraka baru untuk mereka, menciptakan Nabi-Nabi dari kalangan
mereka yang membawa risalah Allah SWT. Begitupun makhluknya yang telah ada dan
yang telah lalu tentulah hanya Allah SWT yang berkehendak untuk memberi
balasan-balasan perbuatan mereka, memasukkannya ke SurgaNya atau NerakaNya dan
menetapkan batas waktu kekekalannya pula buat mereka tinggal disana. Semua
tinggal kehendakNya, hanyalah Allah SWT yang Maha Kekal.
Tiada kata yang lebih indah pada
hari ini kecuali kita mensyukuri atas segala kenikmatan yang Allah selalu
diberikan pada kita semua. Kenikmatan itu diantaranya adalah nikmat sehat,
nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat hidup. Namun yang sering terjadi ketika
sehat lupa akan nikmat sehat, sehat adalah suatu kondisi yang tak ternilai
harganya nyaris tidak berharga ketika tidak merasakan sakit. Demikian pula
nikmat hidup juga lupa bahwa suatu saat akan datang kematian. Semua yang
bernyawa pasti akan mati, namun matinya manusia tidak sama dengan matinya
golongan hewan dan tumbuhan yang tidak dimintai pertanggungjawaban sisi Allah.
Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang akan mengalami kehidupan berulang-ulang,
setelah manusia mati, kelak akan di bangkitkan kembali. Banyak ayat-ayat
Alquran yang mengatakan bahwa kehidupan dunia yang sedang kita nikmati ini
adalah kehidupan yang sementara:
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain
dari main-main dan senda gurau belaka dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya? (QS.
Al An'am: 32)
Sendau gurau maksudnya adalah kesenangan-kesenangan duniawi itu Hanya
sebentar dan tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan
kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.
Sesungguhnya
kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan
bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan dia tidak akan memint
harta-hartamu. (QS. Muhammad: 36)
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan
dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan
di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu (QS. Al Hadid: 20).
Karena kehidupan dunia ini hanyalah sementara, maka kelak manusia akan
dibangkitkan kembali dan manusia akan mempertanggungjawabkan atas segala amal
perbuatannya. Didalam Alquran surat Al Hajj ayat 7 Allah SWT telah mewartakan
kepada kita sekalian.
“…dan
sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan
bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur” (Al
Hajj ayat 7)
Hari Qiyamat yang merupakan hari hancur leburnya alam semesta dan akan
bergantinya dengan alam yang baru, Rasulullah SAW menggambarkan tentang
kedatangan hari Qiyamat sebagaimana jarak antara jari telunjuk dan jari tengah.
Sebelum kehancuran alam semesta dan setelah manusia menemui ajalnya maka
manusia akan memasuki alam kubur (alam barzah), bagaimanakah keadaaan manusia
di alam kubur.
Di alam kubur manusia tidak mempunyai teman kecuali amal perbuatannya
masing-masing, sebagimana Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya mayit itu setelah diletakkan dalam quburnya, sebenarnya
dapat terdengarlah olehnya bunyi suara terompah (alas kaki) orang-orang yang
mengantarkannya itu, sehingga mereka jauh meninggalkannya. Apabila mayit itu
seorang mukmin (mempunyai keimanan) maka shalatnya itu diletakkan diarah
kepalanya, puasa di sebelah kanannya, zakat disebelah kirinya, mengerjakan
kebaikan seperti sedekah, mengeratkan hubungan keluarga, perbuatan baik dan
keutamaan lain-lain itu diletakkan di arah kedua kakinya.
Amal-amal itulah yang akan menjadi temannya yang siap membelanya, sehingga
setiap ada malaikat yang akan menyiksanya dari arah kepala, amal shalat akan
menjawab disini tidak ada jalan masuk, dari arah kanan malaikat mau menyiksanya
dijawab oleh amal puasa disini tidak ada jalan masuk, dari arah kiri malaikat
mau menyiksa dikatakan oleh amal zakat disini tidak ada jalan masuk. Demikian
pula dari arah kedua kakinya malaikat mau menyiksa maka amal shalih,
diantaranya berupa sedekah, mengeratkan shilaturahim, dan perbuatan baik
lainnya, akan mengatakan disini tidak ada jalan masuk.
Bagaimanakah bila mayat itu tidak punya amal shalat, puasa, zakat dan amal
shalih lainnya yang selaras dengan perintah Allah dan utusannya. Na’udzubillah
min zalik siksa malaikat akan menyiksa dari segala penjuru dengan mudah, segala
derita, jerih- payah siksa kubur akan terus dirasakan sampai kelak datangnya
hari Qiyamat. Masih beruntung ketika berada didalam kubur sekalipun sedikit
masih punyai shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan ada ahlinya yang mau
mendo’akan niscaya didalam kubur akan mendapat keringanan siksa. Namun ketika
sudah berada di hari qiyamat semua orang akan sibuk memikirkan dirinya sendiri.
Mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang sudah dilakukan, tidak ada
kedustaan karena semua anggota tubuh manusia akan menjadi saksi.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
(QS. Al Isra’: 36)
-Pada
hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjakan.
-Di hari itu, Allah akan memberi mereka
balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah
yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang
sebenarnya). (QS. Annur: 24-25)
Ketika dunia yang fana ini masih mau ditempati manusia, maka hubungan timbal
balik antara orang yang masih hidup dengan yang sudah mati masih bisa. Terutama
bagi yang masih hidup masih dapat meringankan siksa di alam kubur dengan do’a,
shadaqahnya dan amal shalih yang pernah dilakukan dan dilanjutkan oleh orang
lain. Namun ketika dunia telah hancur lebur dan berganti dengan alam akherat
(hari qiyamat) maka setiap orang akan sibuk dan disibukkan dengan urusannya
sendiri. Bisa jadi anak lupa dengan orang tua dan sebaliknya, suami lupa pada
istri dan sebaliknya, apalagi terhadap orang lain sama sekali sudah tidak ingat
lagi. Maka di alam akherat yang menjadi temannya dan akan menjadi pembela didepan
pengadilan Allah hanya amal shalih yang dilakukan selama hidup didunia. Dengan
kemurahan Allah amal baik akan dilipatgandakan dan amal buruk akan dibalas
dengan yang sepadan.
Kapan lagi kita beramal shalih kalau tidak dimulai dari sekarang, karena itu
mengapa melakukan kebaikan harus menunggu besok atau lusa. Sesungguhnya hari
esok adalah rahasia Allah, hidup mati adalah kehendak Allah, dan sebaik-baik
hamba Allah yang akhir hayatnya dalam kondisi beriman dan beramal shalih
sehingga tercatat sebagai hamba yang khusnul khatimah. Beramal shalih dimulai
dari hal yang kecil, mana mungkin hal yang besar akan dapat dilakukan dengan
ikhlas manakala hal-hal yang kecil disepelekan. Suatu yang besar berawal dari
yang kecil, karena itu uang satu juta akan menjadi sembilan ratus sembilan
puluh sembilan rupiah, alias satu juta kurang satu rupiah. Walaupun satu rupiah
ternyata sangat berarti bagi satu juta. Demikian pula kenapa senang mengajak
dan memerintah orang lain untuk berbuat baik sedang dirinya sendiri tidak
pernah berbuat baik.karena itu mulailah dari dirinya sendiri dalam berbuat
baik.
Bersambung ...
Bila ingin membaca lebih lanjut ebook ini, Klik tulisan ini untuk kembali ke-link-link di daftar isi
Anda sedang membaca artikel tentang 8. Jaman Surga dan Neraka (Manusia atau Nisnas yang selevel alam semestanya)/Jaman Alam Semesta Bangsa-Bangsa Baru (Nisnas) yang diciptakan Allah SWT untuk menyembahNya (Bila Allah SWT Menghendakinya) dan anda bisa menemukan artikel 8. Jaman Surga dan Neraka (Manusia atau Nisnas yang selevel alam semestanya)/Jaman Alam Semesta Bangsa-Bangsa Baru (Nisnas) yang diciptakan Allah SWT untuk menyembahNya (Bila Allah SWT Menghendakinya) ini dengan url http://manfaatputih.blogspot.com/2015/06/8-jaman-surga-dan-neraka-manusia-atau.html, anda boleh menyebarluaskannya atau mengcopypaste-nya jika artikel 8. Jaman Surga dan Neraka (Manusia atau Nisnas yang selevel alam semestanya)/Jaman Alam Semesta Bangsa-Bangsa Baru (Nisnas) yang diciptakan Allah SWT untuk menyembahNya (Bila Allah SWT Menghendakinya) ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link 8. Jaman Surga dan Neraka (Manusia atau Nisnas yang selevel alam semestanya)/Jaman Alam Semesta Bangsa-Bangsa Baru (Nisnas) yang diciptakan Allah SWT untuk menyembahNya (Bila Allah SWT Menghendakinya) sebagai sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Komentarmu disini!