Penaklukan
Pertama Konstantinopel Oleh Muhammad Al-Fatih (1453 M)
Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam,
dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk
Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi
orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.
Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul
memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan
Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan
yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin
al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu;
Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia
mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah
yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi
Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini dishahihkan oleh
al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi
berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan
adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam
nubuwwat nabi di hadits tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan
nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama
Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak
tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki
Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan
dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu
Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam
kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.
Kontantinopel telah dibuka 8 abad
setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini
belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan
Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih
dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak
Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga
Roma jatuh ke tangan muslimin.
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks
di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan
tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui
keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat
Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan
Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut
Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat
kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople
yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja
meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban.
Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota,
dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah
satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan
dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada
kondisi geopolitik saat itu.
Yang mengincar kota ini untuk dikuasai
termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan
Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim
terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi
juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di
atas.
Sayangnya, prestasi yang satu itu,
yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah
ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan
tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu,
bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu
Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah
jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.
Konstantinopel memang sebuah kota
yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya.
Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar
Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di jaman
Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau
SAW.
Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar
memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang
menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak
mengajak kepada peperangan.
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal
sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: Mehmed-i sānī, bahasa Turki:
II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih, "sang Penakluk", dalam
bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;
Sultan Muhammad II dilahirkan pada
29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki
takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481).
Lambang Kekhalifahan
Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran
Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika
& menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki,
Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat
Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana
sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di
Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam,
ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu''
setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan
Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain
Al-Jalut" melawan tentara Mongol).
Usaha Sultan dalam Menaklukan
Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal
sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini
tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan
Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di
banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni
Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa
ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah
Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira
tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh
Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun
selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44
H di jaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu
gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada jaman Khilafah Umayyah. Di jaman
pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui
kegagalan termasuk di jaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah
kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh
kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk.
Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar
Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian
besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama
Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk
menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di jaman Sultan Yildirim Bayazid
saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah
digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan
Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui
kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di
bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai
perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan
nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863
H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha
berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi
pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan
mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil
sampai pada jaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan
ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad
Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan
beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah
itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat
Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai
berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan
Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik
secara intensif oleh para ''ulama terulung di jamannya. Di jaman ayahnya, yaitu
Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi
murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa
orang ''ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh
Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa
kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan
menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia
lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri
Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu
yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan
murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad
ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan
Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Syeikh Aaq Syamsudin lantas
meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh
Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan
Kostantinopel.
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin,
beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan
ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal
250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid
lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah
Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan
Islam.
Muhammad II mengirim surat kepada
Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan
membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa
dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran
Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Constantine XI
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih
tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April
1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah
mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan
kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat
Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang
pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada
bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada
Allah Subhana Wa Ta'ala.
Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar
benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan artileri harus
membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki
harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur
armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi
dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun
runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb
dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan
di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam.
Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang
sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan
kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam
semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide
”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik
peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat
sendiri).
70 kapal di tarik melewati bukit di
daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai.
Rantai yang menghalangi kapal masuk
ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia)
Rantai yang melindungi pintu masuk
ke Teluk Golden Horn
Sultan
Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium
di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di
angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei
1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan
diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan
dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau
bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang,
pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang
total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama,
Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari.
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi
Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine
melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak
pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan
Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui
Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Ottoman Siege : Pasukan Turki
Utsmani yang sangat canggih di jamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di jamannya
The Great Turkish Bombard
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid
sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota
Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah
Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di
kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia
Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua
penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk)
termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar
jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi
seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus
diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam
Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja
lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Toleransi tetap ditegakkan, siapa
pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian
membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak
ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun
rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan
mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul,
dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan
kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi
museum.
Bersambung ...
Bila ingin membaca lebih lanjut ebook ini, Klik tulisan ini untuk kembali ke-link-link di daftar isi
Anda sedang membaca artikel tentang Sejarah Singkat Muhammad Al-Fatih, Sang Penaklukan Pertama Konstantinopel dan anda bisa menemukan artikel Sejarah Singkat Muhammad Al-Fatih, Sang Penaklukan Pertama Konstantinopel ini dengan url http://manfaatputih.blogspot.com/2013/08/sejarah-singkat-muhammad-al-fatih-sang.html, anda boleh menyebarluaskannya atau mengcopypaste-nya jika artikel Sejarah Singkat Muhammad Al-Fatih, Sang Penaklukan Pertama Konstantinopel ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Sejarah Singkat Muhammad Al-Fatih, Sang Penaklukan Pertama Konstantinopel sebagai sumbernya.
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Komentarmu disini!