Jumat, 09 Agustus 2013

B. Pengetahuan Tentang Takdir Dan Penciptaan



b. Pengetahuan tentang Takdir dan Penciptaan

Pada suatu hari Bani Israil bertanya kepada Nabi Musa AS, “Siapakah yang paling berilmu di dunia ini.” Beliau menjawab, “Aku adalah yang paling berilmu.” Allah SWT tidak menyukai jawaban ini. Musa AS diharapkan menjawab bahwa Allah lah yang Maha Mengetahui, oleh karena itu Allah SWT bermaksud untuk memberi lagi pelajaran kepada Musa AS seperti yang telah dilakukan Allah SWT kepada manusia terpilih lainnya. Allah SWT memberitahu Musa AS bahwa ada seorang hambaNya yang lebih berilmu dibandingkan daripadanya dan bahwa hamba ini berada ditempat dimana dua lautan bertemu. Musa AS memohon kepada Allah SWT untuk mempertemukan Beliau dengan nabi Khidir AS.

Musa AS menyapanya. Khidir bertanya, “Apakah kamu Musa dari Bani Israil?” Musa AS menjawab, “Benar, dan saya mohon engkau mau mengajarkanku beberapa pengetahuan yang kamu miliki.” Percakapan yang panjang terjadi antara Musa AS dan Khidir. Keterangan lebih rinci dari percakapan ini terdapat dalam Hadist dan juga dalam surah Al-Kahfi[18] 62-82.

Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali. Musa berkata: ”Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya Rahmat dari sisi Kami, dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”.

Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai akau sendiri menerangkannya kepadamu.” Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?”
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidir) berkata: “Bukankah aku telah berkata: Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata:”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sehungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”.

Khidir berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?” Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu cukup memberikan uzur padaku”. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri tiu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu.

Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”. 
Khidir berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang mu’min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu mengehendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai Rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.

Jika Al-Khidir itu manusia, maka ia tidak akan kekal, karena hal  itu  ditolak  Al-Qur'anul  Karim  dan Sunnah yang suci. Seandainya ia masih hidup serupa nabi Musa as, tentulah ia  datang  kepada  Nabi saw.  Sebagaimana Nabi  saw. telah bersabda, "Demi Allah, andaikata Musa masih hidup, tentu ia akan mengikuti aku." (H.r. Ahmad, dari Jabir bin Abdullah) dan contoh kedua nabi Isa as yang mengikuti ajaran Islam saat diturunkan kebumi diakhir jaman.

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia  pun sebelum  kamu  (Muhammad), maka jika kamu mati apakah mereka akan kekal?" (Q.s. Al-Anbiyaa': 34).

Bila kita melihat sisi cerita ini adalah ditujukan untuk pelajaran kepada nabi Musa as, yang notabene memiliki pengetahuan ilmu yang dalam sebagaimana lazimnya para nabi-nabi diberi, namum karena “yang paling berilmu” tidak dinisbatkan kepada Allah SWT, maka Allah SWT ingin mengajarkan lagi tentang kedalaman ilmu yang lebih dalam dari hal yang nabi Musa as telah pahami, bahwa masih ada dan masih lebih tinggi ilmu apa yang ada pada Allah SWT.

Salah satu makna cerita ini berkenaan dengan qadha dan qadar atau yang biasa disebut takdir, nabi Musa as telah memiliki pemahaman hakikat takdir (karena sesuai dengan perkataannya pada umatnya bahwa Beliau yang paling berilmu saat itu) namun dibandingkan dengan pengajaran ini, ternyata penakdiran lebih dari sekedar hal apa yang selama ini ilmu yang nabi Musa as tahu. Dan Allah SWT berkenan memberi pengetahuan yang lebih dalam terhadap hal tersebut.

Lihatlah ketiga pertanyaan nabi Musa as kepada khidir tentang apa yang dilakukan oleh khidir, pertanyaan awal berkaitan pengetahuan nabi Musa as terhadap hukum, perintah dan larangan, nabi Musa as tahu bahwa Khidir adalah hamba Allah SWT yang sholeh, namun mengapa melakukan sesuatu pekerjaan yang seakan-akan tidak sesuai untuk perbuatan orang yang sholeh, terlihat pada pertanyaan kedua bahwa dua kali kelakuan Khidir adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum, berupa perbuatan yang merupakan kesalahan dan perbuatan mungkar, melobangi perahu hingga menenggelamkan penumpangnya dan menghukum/membunuh anak kecil yang tidak melakukan perbuatan mungkar yaitu pembunuhan. Karena nabi Musa as tahu bahwa ini berkenaan dengan pengajaran buatnya namun peristiwa yang Beliau lihat seakan bertentangan dengan nilai agama maka hampir-hampir nabi Musa as tidak sabar akan penjelasan dan pengertian hikmah dibalik peristiwa tersebut.

Setelah jawaban atas tujuan dari perbuatan tersebut telah diketahui, terlihat sebuah penjelasan baru yaitu berupa konsep penakdiran yang lebih dari pemahaman nabi Musa as selama ini. Terlihat jawaban dari Khidir tujuan perbuatannya, seakan-akan menggambarkan bagaimana Khidir tau akan sesuatu yang belum terjadi dimana hal tersebut adalah kebenaran mutlak dan bukan ramalan, dan karena ini ilmu dari Allah SWT berarti bukan sebuah ramalan tetapi mutlak kebenaran nyata yang sekiranya hal tersebut berlanjut akan benar-benar terjadi (takdir) tapi bila halnya diputus ditengah jalan seakan-akan ada pemutusan alur takdir itu sendiri, dimana dalam konsep Qadha dan Qadar (takdir) haruslah dipahami bahwa sesuatu hal tersebut harus terjadi dahulu barulah itu sebuah kebenaran dari takdir dan bukan ramalan.

Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?”
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

(Seharusnya bila dalam penakdiran hal ini harus terjadi dahulu bahwa perahu tersebut dirampas dahulu oleh raja, namun disini penakdiran itu sengaja di putus alurnya namun tidak mengurangi nilai takdir itu juga, bila dilihat berarti ada tiga point disini :
  • Perahu dirampas Raja dahulu barulah tampak penakdirannya adalah hal tersebut dari jawaban Khaidir
  • Perahu dilubangi, seakan memutuskan alur perkara penakdiran itu sendiri, disisi lain ini adalah penakdiran yang sama juga, bila halnya demikian maka seharusnya sebab akibatnya dengan putusnya takdir ini merubah alur-alur takdir yang lain dari hasil sebab (akibat-akibat) yang mengikuti sebab-sebab ini tapi dalam kasus ini penakdiran adalah bernilai tetap. Hal yang sama dengan kelakuan peristiwa yang kedua dan ketiga
  • Hikmah lainnya “Sesuatu kejadian yang buruk” belum tentu bernilai buruk, bisa jadi ia demi kebaikan

Musa berkata:”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”.
adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang mu’min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).

Bagaimana Khaidir tau bahwa anak ini akan melakukan hal yang rusak kelak “bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran” seharusnya kejadian sesuai takdirnya dahulu yaitu adalah misalnya anak ini tumbuh dewasa dahulu kemudian memiliki akhlak yang buruk dan entah berbuat apa hingga dapat merugikan akidah orang tuanya pada waktu itu, rentetan sebab akibat inilah penakdirannya yang di dalamnya juga ada “buterfly effect”, sebab akibat yang akibatnya secara tidak langsung atau langsung mengenai atau merembet ke orang lain, menjadi sebab-sebab baru kepada orang lain tersebut dan menjadi bagian penakdiran “sesuatu” yang baru pada orang-orang lain tersebut (contoh : bila pemerintah membuat undang-undang tentang lalu lintas misalnya, akibatnya seluruh warga negara terkena imbas sebab tersebut baik langsung atau tidak langsung, yaitu misalnya berupa (akibat) peraturan cara berlalu lintas yang harus diikuti oleh semua warga), bila anak tersebut di bunuh pada masa sebelum ia memiliki atau sampai pada keadaan dimana ia memiliki akhlak buruk yang mendorong orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran ”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”. Berarti ini pemutusan takdir tapi ini bukan ramalan, melainkan bagian takdir tetap tersebut dan nilainya tidak berkurang. Bukankah bila ada pemutusan ini dengan dibunuhnya anak tersebut, sebab yang menjadi sebabnya tidak sampai kepada akibat (takdir) tersebut “bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran” tapi ini bukan ramalan dan bukan hanya sekedar tuduhan kosong tanpa bukti walaupun hal tersebut belum terjadi timingnya, seharusnya ini merusak tatanan takdir yang Allah SWT tetapkan ketika Allah SWT membuat ‘Pena” dan menulis “Qalam” berisi keseluruhan penciptaan dari awal hingga akhirnya. Harus kita tahu pembuat seluruh sebab dan juga akibat adalah Allah SWT dan sebab menjadi beberapa akibat dan beberapa akibat menjadi sebab-sebab baru yang menghasilkan akibat-akibat baru dan seterusnya hingga pada batasan akhir namun hal tersebut tidak merusak apapun yang Allah SWT telah tetapkan, masa Allah SWT menghapus atau mencoret dan mengganti dari Qalam yang telah tetap isinya bila ini adalah perubahan takdir berarti ada terbatas ilmuNya, tapi tidak demikian adanya, Allah SWT tidak terbatas kemampuannya, ilmu Allah SWT melebihi hal itu dan jauh lebih hebat dari apa yang dapat terpikirkan oleh akal. Pemahaman setengah-setengah dari penakdiran inilah yang memunculkan golongan Jabariyah yang menganggap manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh Allah SWT, dan kebalikannya adalah Qodariyyah yang berpandangan Manusia sendirilah yang melakukan perbuatannya sendiri dan Tuhan tidak ada hubungan sama sekali dengan perbuatannya itu.

Lain halnya dengan keheranan para sahabat “bila takdir telah ditetapkan, untuk apa kita beramal? Nabi menjawab “Beramallah!, beramallah!, beramallah!, masing-masing didekatkan pada takdirnya”

Cuplikan sumber literatur
Sesungguhnya, seorang anak Adam, telah ditentukan oleh Allah, akan dimasukkan ke Surga atau Neraka jauh sebelum mereka dilahirkan, sebagaimana terdapat dalam hadits, “Allah menciptakan Adam, lalu ditepuk pundak kanannya kemudian keluarlah keturunan yang putih, mereka seperti susu. Kemudian ditepuk pundak yang kirinya lalu keluarlah keturunan yang hitam, mereka seperti arang. Allah berfirman, ‘Mereka (yang seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli dan mereka (yang seperti arang-pen) akan masuk ke neraka sedangkan Aku tidak peduli.’” (Shahih; HR. Ahmad, ath-Thabrani dallam Al-Mu’jamul Kabir dan Ibnu Asakir, lihat Shahihul Jami’ no: 3233)

Dari Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang membawa tongkat sambil digores-goreskan ke tanah seraya bersabda, ‘Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.’ (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah mengetahui bahwa seseorang telah ditentukan takdirnya akan dimasukkan ke surga atau neraka, tentu akan timbul pertanyaan dan kesimpulan berdasarkan akal logika manusia yang lemah, “Kalau begitu buat apa kita beramal. Nanti udah capek-capek ibadah ternyata masuk neraka” atau perkataan semisal itu.

Pertanyaan semisal ini pun banyak ditanyakan oleh para sahabat di berbagai kesempatan. Salah satunya adalah pertanyaan seorang sahabat ketika mendengar pernyataan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.’
Maka para sahabat bertanya, ‘”Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah kami tinggalkan amal shalih dan bersandar dengan apa yang telah dituliskan untuk kami (ittikal)?”‘ (maksudnya pasrah saja tidak melakukan suatu usaha – pen)
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Beramallah kalian! Sebab semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya. Adapun orang-orang yang bahagia, maka mereka akan mudah untuk mengamalkan amalan yang menyebabkan menjadi orang bahagia. Dan mereka yang celaka, akan mudah mengamalkan amalan yang menyebabkannya menjadi orang yang celaka” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah, “Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (HR. Bukhari, kitab at-Tafsir dan Muslim, kitab al-Qadar) (penulis : kandungan huruf tebal diatas bagian rukun Islam dan rukun Imam, artinya jalan mengikuti 2 rukun ini, bisa membuat jalan penakdiran “kebenaran” menjadi mudah)

Contoh lain adalah ketika sahabat Umar bin Khaththab bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Umar: “Apakah amal yang kita lakukan itu kita sendiri yang memulai (belum ditakdirkan) ataukah amal yang sudah selesai ditentukan takdirnya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” Umar: “Jika demikian, untuk apa amal?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Umar, orang tidak tahu hal itu, kecuali setelah beramal.” Umar: “Jika demikian, kami akan bersungguh-sungguh, wahai Rasulullah!” (Riwayat ini disebutkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya no. 168 dan Penulis Kanzul Ummal, no. 1583).

Sementara apa yang dilakukan sebagian orang dengan alasan ketetapan tersebut, kemudian mereka pasrah bahkan kemudian bermudah-mudah, bahkan melegalkan perbuatan maksiat maka hal ini tidak dibenarkan. Mereka yang melakukan ini beranggapan, bahwa mereka berbuat maksiat tersebut karena sudah ditetapkan, karena itu mereka tidak berdosa. Sungguh pendapat ini sangat jauh dari kebenaran. “Contoh : Bila telah ditetapkan, berarti bila pencuri mencuri adalah telah ditetapkan, berarti bukan kesalahannya melainkan karena adanya ketetapan tersebut, inilah pendapat yang salah”

Untuk menjawab kerancuan ini, bahwa seseorang ketika melakukan sesuatu, dia dihadapkan pada pilihan; melakukannya ataukah membatalkannya. Sementara saat menghadapi pilihan tersebut, ia tidak tahu apakah ia ditakdirkan melakukan kemaksiatan ataukah ketaatan. Kemudian, ketika ia memilih melakukan kemaksiatan, itu merupakan pilihannya namun keduanya terjadi berdasarkan takdir dari Allah. Lain halnya dengan orang yang dipaksa melakukan pelanggaran, ia tidak dihukum disebabkan melakukan pelanggaran tersebut, karena ia dipaksa melakukannya, bukan berdasarkan pilihannya sendiri.

Jawaban lain bagi orang yang menjadikan takdir Allah sebagai pembenaran maksiat yang dilakukannya adalah sebagaimana yang dicontohkan oleh syaikh Utsaimin, bahwa ketika terjadi kasus semacam ini, kita katakan kepadanya, “Engkau menyatakan bahwa Allah telah mentakdirkanmu untuk melakukan maksiat sehingga engkau melakukannya, mengapa engkau tidak menyatakan sebaliknya, bahwa Allah mentakdirkanmu untuk melakukan ketaatan, sehingga engkau mentaati-Nya, sebab perkara takdir adalah perkara yang sangat rahasia, tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah ta’ala saja. Kita tidak tahu apa yang Allah tetapkan dan takdirkan itu melainkan setelah kejadiannya. Mengapa tidak engkau hentikan saja kemaksiatan itu, lalu engkau melakukan yang sebaliknya (ketaatan) dan setelah itu engkau katakan bawah hal ini aku lakukan dengan sebab takdir Allah.” (Syarah Hadits Arba’in)

Ini sebagaimana seseorang yang lapar, tentu orang itu tidak akan diam saja agar kenyang. Tetapi ia akan berusaha untuk menghilangkan rasa laparnya itu dengan makan. Tidak mungkin ia menunggu saja hanya karena ia yakin sudah ditakdirkan akan kenyang. Demikianlah, karena seseorang tidak tahu apakah yang akan terjadi atau yang telah ditetapkan untuknya. Namun orang tersebut tentu tahu, agar kenyang atau hilang rasa laparnya ia harus makan. Demikian pula seorang mukmin, ia tahu bahwa untuk masuk surga maka ia harus berbuat ketaatan kepada Allah………………………………………………………………………………………………

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” QS Al Hadiid :22

Umumnya pandangan penakdiran adalah
“Kita tidak tahu apa yang Allah tetapkan dan takdirkan itu melainkan setelah kejadiannya”
“Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” dan “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya”

namun dalam kisah nabi Musa as dan Khidir yang telah penulis uraikan di atas terlihat jelas bahwa Khidir telah mengetahui “hasil kejadiannya” sebelum ketetapan Allah SWT dan takdirnya berjalan atau berlaku pada keadaan tersebut namun itu tidak merusak tatanan yang telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh dengan kata lain “bukan pemutusan dari takdir tersebut” dan Khidir berkata “dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri” dan juga ini artinya bukan ramalan atau prediksi melainkan hal yang nyata, seakan-akan seharusnya ada dua takdir yang seharusnya berbeda namun seakan-akan tidak merubah atau tetap satu atau sama tetap dalam Qalam atau dengan kata lain adalah itulah pengetahuan/ilmu yang diberi Allah SWT namun ilmu Allah SWT lebih luas dan mencakup semua itu. Inilah yang kadang disebut sebagaian orang sebagai “ilmu Laduny” ilmu yang pengetahuannya datang dari Allah SWT atau merupakan pemberian dari Allah SWT secara langsung yang hakekat ilmu ini susah di nalar oleh akal manusia, hingga ada sebagian sufi kebablasan berlebihan serasa setingkat para nabi, mereka mengaku mengetahui maknanya dan seperti yang tertulis pada waktu itu tingkat pemahaman nabi Musa as belum sampai kesana. Padahal ilmu serupa “laduny” ini bukan hanya sejenis pada pembahasan penakdiran saja melainkan banyak hal ragam yang lainnya, yang umumnya tertuang pada “mukzizat-mukzizat para nabi” dan para nabi memiliki kelengkapan pemahaman ilmu keseluruhannya. Apapun pemahaman yang di dapat manusia percayalah adalah di bawah dan lebih di bawah tingkat para nabi, kemudian dalam surat yang sama tersebut dilanjutkan pengertian kepada kisah Zulkarnain dimana Allah SWT telah menetapkan takdir Yajuj dan Majuj, yang prosesnya beratus-ratus tahun hingga dihari esok mendekati akhir jaman, seakan-akan Allah SWT menegaskan apa yang Ia tulis di Qalam (kitab Lauhul Mahfuzh) sebelum penciptaan alam semesta dan isinya, penakdiran tidak akan berubah meskipun terlihat manusia seakan merubah takdirNya (dalam kisah nabi Musa as dan Khidir) sebab bukankah isi Qalam dan takdirNya dan apa yang terjadi pada nabi Musa as dan Khidir adalah hanya Allah SWT pula yang membuatnya.

Penulis pernah membaca, Ibnu Qayyim seakan berkata di dalam bukunya “Madarijus Salikin” dan “Qadha dan Qadar”. Dalam kehidupan kita, apa yang kita lakukan dan jalani adalah merupakan juga kita mempersaksikan “Perwujudan” keluasan ilmu Allah SWT sebagai kelayakan sebagai Tuhan, hingga apa bila saat Kita dihadapkan kepada Allah SWT pada peradilannya kemudian membandingkan pada “Qalam” maka isinya samalah apa yang kita lakukan selama di dunia dengan apa yang ada pada isi Qalam, dan ini diperkuat lagi dengan membandingkannya pada catatan para malaikat yang mengikutimu dan “saksi-saksi berupa dunia dan bahkan tubuh sendiri” juga sama isinya dengan kejadian riwayatmu di dunia dan sama dengan isi dalam Qalam yang telah jauh hari sebelum penciptaan manusia itu sendiri ditulis isinya oleh Allah SWT.

Sebagai perbandingan riwayatmu, catatan malaikat, saksi-saksi untuk Kamu, akan sama rinciannya dan menguatkan kebenaran isi Qalam yang telah ditulis jauh sebelum penciptaan dimulai adalah sama dengan kejadian yang terjadi padamu, ini yang membuat kita tidak dapat menghindar dari peradilannya. Selain dari penakdiran, dengan KehendakNya, Allah SWT dapat membuat riwayatmu menjadi sama dengan isi QalamNya tentangmu. Tapi di sisi lain manusia mempunyai tanggung jawab dengan apa-apa hasil perbuatan yang ia lakukan, dari nilai tanggung jawab dari hasil perbuatan manusia itu sendiri seakan-akan berhubungan timbal balik dengan penakdiran (Qalam) dan saling mengikat, seakan-akan Qalam sendiri tidak di buat sebelum penciptaan alam semesta dan manusia melainkan berjalan sejajar dengan kejadian nyata, padahal nyatanya Qalam telah paling awal diciptakan sesudah pena sebelum penciptaan, makanya dikatakan “persaksian” inilah keluasan ilmu Allah SWT bahkan lebih dari gambaran itu.

Bila penulis berkata: “kapan doa di kabulkan?”, jawabannya: “Bisa esok, lusa, tahun berikutnya atau di surga”. Bila penulis bertanya: “bilakan usaha/pekerjaanmu berhasil?, jawabannya: “mungkin bisa berhasil esok dan seterusnya bila gagal juga esok dan seterusnya” tapi itu sudut pandang manusia, sudut pandang Allah SWT adalah tetap : “Telah tercatat di kitab sebelum diciptakan, jauh sebelum dikabulkan, dan jauh sebelum digagalkan atau diberhasilkan”. Jadi “Kapan doa dikabulkan?” Bolehlah menjawab “Pengabulan atau tidaknya telah dijadikan jauh sebelum kau sendiri diciptakan dan jauh hari sebelum kau memintanya.” Mengapa demikian?

Sebelumnya, sebenarnya jawaban dalam Cuplikan Sumber Literatur tentang penakdiran adalah sungguh sudah memuaskan, tidak usah berpusing pada pemahaman akan kisah nabi Musa as dan Khidir bila ia bukan capaian pemahaman untukmu. Karena kau masih dalam tabir hal ini. Bagaimana untuk memahaminya, jawabannya juga ada pada surat yang sama diawal sebelum kisah nabi Musa as dan Khidir, sesungguhnya hati punya berlapis-lapis tutupan-tutupan, maka bukalah hatimu dari tutupan-tutupan tersebut selapis demi selapis.

“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” QS Al Kahfi : 57

Untuk memahaminya lebih lanjut ada baiknya kita menguraikan seperti apa sifat dasar penakdiran itu dahulu.

Katanya semua karna takdir atau atas izinNya terjadi, jadi bila seorang itu maling, apa itu karena takdir atau ijinNya yang diberikan-Nya, berarti salah nga orang itu karena ada ijinNya?

boleh semua sudah diizinin, dan itu pilihan dari sisimu? Lakukan atau tidak lakukan namun ingatlah akan rambu-rambunya dalam agama, perintah dan larangan, akibatnya tanggung jawabmu tapi bila sesuatu ditakdirkan untuk kamu miliki, maka biar semua makhluk bersatu tak mampu mereka menggagalkannya, bila sesuatu itu bukan untuk Kamu, biar seluruh makhluk bersatu membantu Kamu mendapatkannya, tak akan kau dapatkan hal tersebut, maka dipermudahkan jalanmu ke arah takdirmu, artinya jalan dalam masa hidupmu adalah arah nyata untuk hasil pasti yaitu dapat atau tidaknya, walaupun dalam anggapanmu jalan itu berat dan berliku usahanya padahal sudah ditetapkan itu diarahkan berhasil jadi milikmu atau kebalikkannya tidak dapatkan hal tersebut. Diijinkan Allah SWT ada 2 pilihan berupa baik dan buruk namun masing-masing pilihan ada kwesekuensinya/tanggung jawabnya.

Masing-masing didekatkan pada takdirnya, bagi manusia itu pilihan, diserahkan pilihan padamu namun itu sudah dalam tetapan kehendak dan takdirNya karena manusia mengenal massa (waktu), maka manusia berkata pilihannya dapat merubah takdir (takdir dapat ia ubah-ubah) benar dalam sudut pandang manusia. namun bagiNya takdirmu adalah tetap karena Allah SWT tidak mengenal massa (waktu), Allah SWT lah yang ciptakan waktu dan ruang, Allah SWT tidak terkungkungi oleh waktu dan ruang yang Ia ciptakan, jadi ilmuNya jauh melampaui perhitungan waktu dan ruang, dan Dia lah pencipta skanario keseluruhan, bisa saja Allah SWT telah menetapkannya keseluruhan dan saat ini apa yang kau lakukan adalah wujud perwujudan dari ketetapanNya yang berlaku untukmu. tapi sementara dalam kurungan waktu kau menganggap, kau berjalan dari takdir satu ke takdir lainnya, atau takdir telah berubah-ubah/pilihan berubah-ubah. Iya karena kau terkungkung waktu, masa depan kau tidak tau, hari esok kau memiliki pandangan yang gelap, sementara Allah SWT telah menyiapkan situasi dan kondisi semua itu agar berjalan sesuai dengan kehendakNya yang akan kau lihat di masa depan kamu. Dengan ilmuNya, Allah SWT telah menyempurnakan kehendakNya segaris dengan apa yang kau pilih nantinya, Namun ingatlah apa yang jadi pilihanmu, masing-masing dari pilihan tersebut akan ada nilai tanggung jawab darimu sendiri. Allah SWT mendekatkan takdirmu (sudut pandang Tuhan) atau sama artinya dengan saat pilihanmu sebagai (sudut pandang manusia) agar sempurna garisan takdir yang Allah SWT kehendaki kepadamu. Pendekatan takdir ini tidak memberatkanmu melainkan karena Dia tahu isi hakekat dirimu dan telah menerawangnya jauh sebelum kau ada dan telah mencocokan jalan takdir untukmu.

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu dari kesalahan dirimu sendiri, QS. An-Nisa,79.

Kita ambil contoh gambaran walau tidak sempurna menjelaskan keseluruhannya, tapi cukuplah ini menggambarkan takdir dan penciptaan tersebut :

Sesudah Qalam diciptakan, Qalam berisi takdir dari awal hingga akhir sepenuhnya, penakdiran dalam hal ini memuat aturan umum, kaidah-kaidah, hukum alam umum, perundangan-undangannya, mekanisme pembentukan benda/makhluknya, ciri-ciri fisiknya, hukum fisika, kimika, mekanika, dinamika, dan ka ka lainnya, menjadikan bentuk rupa alam semesta serta segala isinya terbesar hingga terkecil termasuk juga bumi dan manusia, waktu dan ruang dan segala peristiwa-peristiwa di dalam alam semesta itu, juga termaksud penakdiran khusus per individu seperti rezeki, kematian, amal, jodoh, celaka//bahagianya.

Kita ambil contoh game PS bola, bahkan penggemar game dan pembuatnya pun tidak menyadari bahwa ada pelajaran berharga disana.

Pencipta game membuat skanario game dari awal hingga akhir, kemudian menciptakan bentuk jadi beberapa model gerakan dan gaya-gaya tendangan, lemparan, jenis dan warna bola, bentuk fisik pemain, level skill pemain, mekanisme game secara global, level dan skill, berbagai macam model stadion, berbagai macan model rumput lapangan, penonton, dll. Perhatikan seksama saat main game berapa model tendangannya, gayanya ada berapa? Dalam rupa bentuk kita bisa lihat di komputer bahwa data game itu berisi file-file dan folder-folder yang berisi data-data aplikasi-aplikasi seperti exe, dll, jpg, mp4, mp3, atau gambar, audio, video, note, dsb gabungannya membentuk mekanisme perintah eksekusi pembentukan dunia game itu sendiri, dalam tampilan hidupnya di monitor atau tv jadi bentuk ada lapangan, stadion, orang, bola, skill, dll, aplikasi ini terbentuk dari gabungan fisik (hardware) dan rohani (software). Aplikasi-aplikasi tadi bila anda bisa rinci lagi adalah terdiri dari jaringan script-script bahasa komputer atau di rinci lagi terdiri dari angka 0 dan 1 (pascal) saja berulang-ulang.

Lalu diciptakanlah alam semesta kemudian diciptakan pula manusia yang mana takdir umumnya fisik berbentuk indra-indra, tangan, kaki dan badan seperti keadaan Anda dan bila cacat terlihat berbagai model cacat manusia. Begitupun sifat-sifat yang ada pada diri batin setiap manusia. Allah SWT memberi pemikiran dan perasaan berupa akal, iman dan nafsu masing-masing kepada manusia hingga manusia punya rasa sama. Penulis bisa emosi, ketawa, senang, tamak, sombong begitupun Anda tapi anggap saja masing-masing orang ada level bar dari 01 sampai 100 tingkat per bagian jenis emosinya dan “ nilai kecendrungan” yang disesuaikan nilainya oleh Penciptanya (Allah SWT) berdasarkan unsur masing-masing sari pati pembentuk manusia.

Dari Abu Musa Al Asy'ari RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang di dalamnya terdapat beberapa unsur. Kemudian keturunannya menjadi beragam sesuai dengan unsur tanahnya. Ada diantara mereka yang berkulit merah, putih, hitam dan antara warna-warna itu, ada yang lembut dan yang keras, ada yang buruk dan yang baik'." Shahih: At-Tirmidzi (3243). Keragaman ini menjadikan pula keragaman level tabiat masing-masing. Senada apa yang disampaikan Hasan.

Hasan meriwayatkan dari ayahnya Amirul Mukminin, beliau berkata, ’Ketika Allah hendak menciptakan Adam, Ia memerintahkan Jibril supaya mengambil segenggam tanah dari sari bumi yang kemudian dicampur dengan air tawar dan air asin, lalu tersusunlah tabiat-tabiat (kecenderungan manusia), sebelum Dia meniupkan roh ke dalamnya.’ ….

Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga. (Hadis Qudsi)

Kemudian masing-masing manusia dilengkapi takdir khusus lagi saat lahirnya atau saat masih di dalam kandungan, masing-masing manusia berbeda untuk penakdiran ini. Ambil contoh penulis ditakdirkan punya 5 saudara lain, takdir lahir di Balikpapan, tinggal sampai beberapa tahun, entah berapa lama, esok bisa jadi pindah atau tetap disini, harta begini kaya atau tidak, hidup selalu senang atau tidak senang sepanjangan hidup, jodoh si fulan, mati disini, dll. Katanya ini ditetapkan dalam kandungan pada saat 40 hari, beberapa ulama berbeda waktu dalam hal ini, berapa lama saat umur berapa hari penetapannya. Penakdiran ini ada batas waktunya, ada yang permanen dan ada pula yang tidak. Masing-masing punya beberapa perjalanan takdir, ada secara bersamaan datangnya dan ada yang bergantian. Penulis punya  saudara yang seumur hidup akan menjadi takdir saudara buat penulis,  nilai harta bisa naik turun dalam perjalanan hidup hingga sampai pada batasan jumlah harta yang ditakdirkan, jodoh, kematian, kesenangan dan penderitaan akan bergantian datangnya.

Kembali ke contoh mininya dunia game bola, saat pertama kali masuk anda masuk pada pilihan negara, team, pemain, sekanario pola serang bertahan atau formasi secara garis besar telah disiapkan oleh pencipta game. Masing-masing team dan pemain juga punya skill sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan pembentukan pemain itu, ada skill drible hebat, tembakan jitu ke gawang 90% ada yang 50%, speed lari ada yang cepat ada yang lambat, heading hebat ada yang biasa saja, dribling mempuni dan ada yang biasa saja, team kuat serang, team kuat bertahan, team yang skill seimbang, dsb. Skanario umum game telah ada, kemudian pemain game menentukan kekhususannya lagi dengan memilih salah satu team dan kemudian memilih pemain-pemain yang akan ia pakai dalam pertandingannya.

Saat perjalanan hidup manusia itu berjalan dalam kompleksitas ciptaan, alam dunia tempat manusia hidup dan mekanisme bertahan hidup berjalan, interaksi ke sesama pemain, usaha dan gerak bisa dilakukan secara mobile, usaha manusia ada yang diam ada yang bergerak, duduk, berdiri, berjalan dan berlari masing-masing hal tersebut tetap mendekatkan ketakdirnya masing-masing tapi ini sebenarnya sudah merupakan settingan globalnya, tinggal pilihan orangnya akan usaha tersebut. Masuk lever bar yang mana dari 01 sd 100% misalnya. Walaupun diam, berdiri, duduk, berjalan atau berlari sebagai usahamu didunia memenuhi apa yang kau mau, namun ia telah dikehendakiNya karena ia telah tau arah pilihanmu itu.

Saat dalam game hasil olah pilihanmu akan membentuk team ideal untukmu bermain, entah kamu pakai pemain inti semua atau tidak atau yang lagi onfire merah berapa terserah, team dan formasi apa yang kau suka pasti udah jadi pilihan buat lawanmu sebentar lagi. Saat itu kamu mainkan skill olah tanganmu buat geraknya, dalam artian harpiahnya tanganmu yang memegang joystick berinteraksi dengan otak pikiranmu untuk memainkan teammu agar menang. Artinya olah tangan perwujudan hasil pikiran dan skill badan tanganmu. Bukankah bila kau gabung, joysteak sebagai pemikiran otak dan pemain di tv fisikmu dan dunianya adala game bola yang terlihat di tv, terciptalah dunia game bola, contoh mini buat alam semesta. Alam semesta game bola.

Hasilnya anda bisa menang, kalah atau seri. Keahlian dan cara bertindak dan berpikir menuntut tanganmu yang memegang joysteak untuk menggerakkan pemain di tv yaitu fisik yang terlihat agar dapat memenangkan pertarungan. Nah pertanyaan kenapa kau memilih hidup? Kenapa kau suka main game? Bila menang dalam game tentu kebanggan dan kesenangan yang terlihat, bagaimana bila kalah?

Karna pilihanmu akan setting teammu maka tanggung jawabnya jatuh padamu apa pun hasilnya kau harus bertanggung jawab pada diri sendiri menang atau kalah, bukankah kau telah disiapkan banyak pilihan team dan formasi, dan kau memilih team dan formasi sendiri yang kau inginkan untuk kau pakai. Begitu pula setting semesta setelah yang umum berlaku, kemudian kau diberi settingan khusus dan dalam perjalanan hidup telah dibuat banyak pilihan buat team pribadimu (dirimu) seperti apa akan jadi pilihanmu sendiri tapi ingat itu sudah dalam perhitungan makar global semestanya. Sudah ada mekanisme dan undangan-undangnya. Sekenarionya telah ada hasilnya baik itu takdir baik atau buruk.

Gambaran ini tidak menggambarkan keseluruhan bahkan lebih sempurna lagi ilmuNya lebih dari itu ilmuNya jauh dari batasan karena Tuhan tidak terbatas ilmunya, tidak mampu Kita batasi dari akal Kita, lebih hebat dari itu. Hasilnya kau merubah-ubah jalan hidupmu yang lalu, sekarang dan masa depan kelak, tapi Tuhan itu ada dari terawal dan terakhir, Dia yang ciptakan waktu, tidak mungkin Dia terkungkung waktu, dalam masa waktu dan ruang mu, sama Allah SWT bisa ada di masa lalu, masa sekarang, masa depan, atau sisi-sisi dari semua waktu dan ruang itu. Takdirmu atau kau sebut pilihanmu dapat berubah tapi dalam hitunganNya, Dia telah tau kemana arahmu di masa depan atau di masa belakang karna waktu Dia lah sang Penguasanya, Dia maha mengetahuinya, bahkan Dia memudahkan arah pilihan dan “kecendrungan” mu tersebut menjadi takdir/kehendakNya. Bahkan sebenarnya Tuhan pula yang memberi keseluruhan kemampuan itu, Dia yang memberi rasa taubat, Dia pula yang menerima taubat, tapi keuntungan dari taubat itu Dia beri kepadamu.

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. QS. Az Zumar: 41

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). QS. Al Baqarah : 272

Dalam game petualangan, ditiap tempat ada diberi bonus-bonus, entah bonus hidup, power atau senjata. Bila dalam game pada stage satu ada lima arah jalan dan masing-masing menuju musuh utama, dimana pencipta game telah merandom kelima musuh tersebut, hingga pemain sampai ujung stage tersebut barulah tahu siapa musuh yang ia hadapi, bahkan pencipta game pun tidak tahu hasil random tersebut, kecuali ia hanya mengetahui kelima musuh tersebut seperti apa, karena ia yang buat. Dalam kehidupan manusia, banyak bonus pahala dimana-mana, bedanya saat kau diarahkan kepada satu jalan, Tuhan telah tahu apa yang akan ada di jalan tersebut dan tahu bagaimana kau menghadapinya dan Tuhan telah tahu hasilnya pula bahkan bisa pula memaksakan hasilnya menurut kehendakNya.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah saw, “Allah Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu; dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’ ” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga Muslim.)

Seorang sutradara terlebih dahulu membuat skenario filmnya dari awal hingga akhir, dalam bayangan kepalanya alur cerita telah ia lihat dalam keseluruhan pikirannya sampai film selesai, kemudian ia mencari dan meneliti beberapa aktor antagonis dan memilih salah satu aktor tersebut. Dengan pengalaman sang sutradara, mudah baginya melihat dan menilai kemampuan para aktor tersebut untuk peran yang cocok yang sutradara inginkan hingga ia pilih salah satu yang terbaik dan cocok buat peran itu. Bila ia seorang aktor antagonis mudah buat sutradara menyuruh aktor berakting pada skenario untuk peran antagonis tersebut tanpa harus bersusah payah memberi arahan dan pelajaran bahkan bila aktor antagonis yang piawai, dengan setting jalan skenario peran antagonis yang telah sutradara siapkan, dengan hanya membiarkannya saja larut dalam skenario yang sutradara buat, aktor antagonis bisa dengan baik memerankannya padahal sang sutradara melepaskan si aktor berekspresi sendiri pada perannya. Sang sutradara tidak perlu memberi arahan dan pelajaran, aktor tersebut dapat baik melakukan perannya, karena jalan skenarionya yang MENYENANGKAN, sesuai dan mudah tersebut.

Dan Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. QS. An-Nisa : 115

Namun bila sang sutradara menyuruh aktor antagonis berperan pada peran protagonis maka jalan skenarionya akan terasa berat buat aktor antagonis untuk menyesuaikan diri pada peran protogonisnya. Disinilah peran sutradara memberi arahan dan pelajaran yang cocok buat aktor tersebut agar dapat berperan protogonis, sutradara memaparkan secara baik jalan skenario, ia akan datang dan membantu sang aktor saat-saat dalam kesulitan pada jalan peran tersebut. Mampukah aktor antagonis melakukannya? Mampu, namun tingkat pencapaian aktingnya ini dilihat dari penerimaan sang aktor terhadap arahan dan pelajaran, dan sang sutradara tidak begitu bodoh memberi peran yang salah, karena sang sutradara telah menerawang dan meneliti jauh hari tentang adanya bakat si aktor buat memerankannya, walaupun bakat itu sebesar atom. Tidak ada paksaan dan tekanan, tidak diberi beban yang melebihi kekuatan dan kemampuan si aktor. Semua sesuai dengan kebijaksanaan dan ilmunya sang Sutradara dalam penilaiannya dan penerawangannya kepada hakekat si aktor.

Sudah ada takdir yang ditetapkan bagi manusia dan berlaku pada diri manusia itu

“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. QS. Asy Syams : 7-8

Katanya semua karna takdir atau atas izinNya terjadi, jadi bila seorang itu maling, apa itu krna takdir atau ijinNya yang diberikan-Nya, berarti salah nga orang itu karena ada ijinNya?

Untuk pilihan Allah SWT telah memberikan 2 pilihan yaitu jalan kefasikan atau jalan ketakwaan, pengilhaman ini bisa dahuluan sebelum penciptaan dan bisa pula setelah penciptaan. Namun berdasarkan ayat diatas besar kemungkinan setelah penciptaan sebagai bagian penyempurnaan ciptaanNya, bisa jadi yang sebelum penciptaan adalah penerawangan Allah SWT kepada hakekat bibit kecondongan dari ciptaanNya tersebut

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. QS. Al Qashash: 56.

Seseorang tidak akan disesatkan atau dibiarkan sesat melainkan setelah terlebih dahulu datang pengabaran tentang baik dan buruk kepadanya tentang apa yang dikerjakannya, pengabaran itu berupa agama yang mengandung perintah dan laranganNya, kemudian Allah SWT berdasarkan ilmuNya telah melihat dan mengetahui kecondongan hati dari pemilik hati tersebut maka diarahkanlah kepada kecondongan hati orang tersebut jalan takdirnya atau pilihan orang tersebut “dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”, maka bila ia melakukan keburukan akan ditambahlah tutupan hatinya hingga hatinya bertambah gelap atau bertambah hitam, hingga sampai dibiarkanlah keadaan tersebut. Jadi sebelumnya maling tersebut pasti telah mendapat peringatan atau mendapat kabar, mengetahui baik atau buruk apa yang dia kerjakan, berhubung sebelumnya dalam penerawangan hakekat dirinya telah ada kecondongan/kecendrungan hatinya dan nilai tabiat terhadap pilihannya, maka bisa dikatakan jalan takdirlah yang telah dahuluan ia temui padahal adalah sesuatu skenario/jalan yang dipermudah untuk ia dapatkan atau tidak.

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? QS. Al Jaatsiyah: 23

Jaman sekarang dimana informasi dan komunikasi sangat canggih hingga seluruh dunia dapat mengetahui informasi maka pengabaran akan agama Islam telah menyebar dan mudah diketahui orang-orang, maka wajiblah mereka untuk memilih agama ini, bila mereka tidak memilih agama ini, setelah adanya pengabaran ini maka akan disesatkanlah mereka, dan bisa makin sesat hingga terjadi pembiaran kesesatannya atau akan kembali kemudian kekeimanannya pada saat takdir hidayah pada tempat yang pasnya diberikan. Hanya apabila informasi agama Islam tidak pernah sampai kepadanya, barulah urusan tersebut hanya Allah SWT yang tau, akan halnya balasan yang cocok buat mereka.

Cuplikan sumber literatur

Teori Lubang Cacing
Teori Fisika paling mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.

Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum
Gravitasi dan Hukum Gerak. Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907). Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.

Dr. Stephen Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai tiori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan topnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum. Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.

Berdasarkan teori Roger Penrose :
Bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole). Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut :

Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (kiamat) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur. Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilkan besaran yang tidak dapat diramalkan.

Menurut Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya. Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.

Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan.

Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika. Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.

Dalam bahasa ilmu kalam :
“Tinta takdir yang jumlahnya lebih banyak daripada seluruh air yang ada di samudera di jumlah 7 x bumi telah habis dituliskan di Lauhul Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta) untuk menuliskan perubahannya barang setetes. Menurut Dr. H.M. Nasim Fauzi, sesuai dengan teori Stephen Hawking, manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa depan (dan masa silam).

Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Allah, bisa memasuki waktu maya (waktu Allah) maka manusia melalui “lubang cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW, sewaktu menjalani Isra’ dan Mi’raj. Sebagaimana firman Allah :

Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal . . .
(QS. An Najm / 53:13-15) Nampaknya dalam mengungkap Perjalanan Isra, Teori Hawking dengan “Lubang Cacing”-nya, sama logisnya dengan Teori Menerobos Garis Tengah Jagat Raya namun meskipun begitu, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah.

Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui “lubang cacing” semesta, seperti yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (surga). Rasulullah dari masa ketika itu (saat pergi), berangkat menuju surga, dan pada akhirnya kembali ke masa ketika itu (saat pulang).

Dan dengan mengambil teladan peristiwa Isra, kita bisa ambil kesimpulan :
  1. Manusia dengan kekuasaan Allah, dapat melakukan perjalanan lintas alam, untuk kemudian kembali kepada waktu normal.
  2. Manusia yang melakukan perjalanan ke masa depan, namun masih pada ruang dimensi alam yang sama, tidak akan kembali kepada masa silam (mungkin sebagaimana terjadi pada Para Pemuda Kahfi).
  3. Manusia sekarang, ada kemungkinan dikunjungi makhluk masa silam, tetapi mustahil bisa dikunjungi oleh makhluk masa depan. Hal ini semakin mempertegas, semua kejadian di masa depan, hanya dipengaruhi oleh kejadian di masa sebelumnya. WaLLahu a’lamu bisshawab…

Marilah kita kembali kepembahasan dan melihat kembali kandungan cerita nabi Musa as dan nabi Khidir as dan memilah-milah masing-masing peran dan takdirnya :

"Al-Qalam ini Allah ciptakan ketika Allah memerintahkannya menulis taqdir semenjak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, jadi Al-Qalam tersebut diciptakan sebelum langit dan bumi, dan dia adalah mahluk pertama yang pertama diciptakan sebelum alam semesta, dan penciptaannya setelah Al-'Arsy, sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil dan inilah pendapat jumhur salaf" (Majmu' Al-Fatawa 18/213)

Sayidina Hasan meriwayatkan dari ayahnya Amirul Mukminin, beliau berkata,’Ketika Allah hendak menciptakan Adam, Ia memerintahkan Jibril supaya mengambil segenggam tanah dari sari bumi yang kemudian dicampur dengan air tawar dan air asin, lalu tersusunlah tabiat-tabiat (kecenderungan manusia), sebelum Dia meniupkan roh ke dalamnya…..’

“Allah menciptakan Adam, lalu ditepuk pundak kanannya kemudian keluarlah keturunan yang putih, mereka seperti susu. Kemudian ditepuk pundak yang kirinya lalu keluarlah keturunan yang hitam, mereka seperti arang. Allah berfriman, ‘Mereka (yang seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli dan mereka (yang seperti arang-pen) akan masuk ke neraka sedangkan Aku tidak peduli.’” (Shahih; HR. Ahmad, ath-Thabrani dallam Al-Mu’jamul Kabir dan Ibnu Asakir, lihat Shahihul Jami’ no: 3233).

Dalam hadis diatas ini terkesan bahwa ini sepertinya adalah pemaksaan kehendak Allah SWT, padahal tidak halnya demikian, karena sifatnya bukan seakan-akan undian melainkan karena keilmuan Allah SWT yang sempurna, hingga siapa-siapa yang diambilnya, pada waktu bersamaan adalah sesuai dengan penerawang kecondongan tabiat baik buruknya makhlukNya itu sendiri, jadi pengambilan ini bukan asal pilih atau bersifat undian, melainkan kesempurnaan kemampuan Allah SWT yang seketika itu telah mengambil makhlukNya yang memang kenyataannya akan sesuai kecondongan makhluk itu dan yang kelak akan masuk Surga atau Neraka. Sebagaimana simbol kanan adalah bisa bermakna baik dan simbol terhadap kiri bisa bermakna buruk atau kiri melambangkan sifat-sifat buruk dari makhluk itu sendiri yang mengarah ke kecendrungan prilaku/tabiat makhluk kiri/buruk, maka pengambilan dan pemilihan ini telah sesuai dengan keadaan awal makhluk itu sendiri bahkan dengan kesempurnaan keilmuan Allah SWT telah terambil serempak dengan sebanyak jumlah makhluk/manusia yang buruk dari awal sampai akhir dunia sebagaimana sample mini dunia (tidak dapat menjelaskan menyeluruh karena minimalisnya dunia) seperti selayaknya sutradara yang dapat menilai baik buruknya akting sejumlah aktor/artis sebelum sang sutradara memilihnya karena kelayakan akting aktor/artis tersebut dalam keikutsertaan film yang ia buat, yang bila artis/aktor tersebut bermain di filmnya akan dimunculkan oleh sutradara di menit, waktu dan alur yang sesuai dengan skenario sutradara sendiri.

‘Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di neraka atau pun surga.’ (HR. Bukhari dan Muslim)

Musa berkata:”Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”.
adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang mu’min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
  • Anak yang dibunuh ditakdirkan atau membawa bibit kefasikan dan termasuk anak yang kelak tidak berbakti pada orang tua
  • Kedua orang tuanya diilhamkan jalan ketakwaan
  • Dalam takdir ini, Nabi Khidir as ditakdirkan sebagai bagian skenario untuk peralihan dan penyempurnaan takdir ini
  • Kedua orang tuanya akan mendapat penakdiran baru berupa mendapat anak yang sholeh

Penalarannya :
Mungkin kedua orang tua tersebut ditakdirkan/diberi ilham jalan ketakwaan dan telah ditetapkan tempat duduknya di surga, untuk memudahkannya mendekati takdirnya itu maka si orang tua dijauhkan dari kejelekan yang mungkin nantinya akan muncul karena dibawa oleh anak yang dibunuh Khidir, disini peran penakdiran Khidir akan hal ini berupa pembunuhan. Kemudian orang tua tersebut akan diberi kemudahan lagi agar lebih mendekati takdirnya yaitu diberi anak sholeh dan berbakti hingga ketakwaan kedua orang tua tersebut terpelihara sepanjang hayatnya. Anak yang kelak lahir pun telah dalam cakupan takdirnya sendiri pula sebagai orang sholeh.

Adapun anak yang terbunuh tersebut, awalnya jauh sebelum penciptaannya Allah SWT telah melihat dan menerawang akan adanya bibit kefasikan pada dirinya, Bahkan bisa saja dalam penakdiran Qalamnya kemudian Allah SWT memberi lagi atau mengilhamkan jalan kefasikan, Klop, adanya bibit diawal ditambah pengilhaman kefasikan.

Namun bisa jadi pada suatu masa saat Allah SWT menetapkan “Mereka (yang seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli” hal penetapan ini yang berarti masuk juga sebagai skenario isi Qalam. Dan kebetulan anak ini terpilih sebagai salah satunya.

Allah SWT tidak peduli baik manusia itu berbibit fasik atau berbibit takwa, atau telah diilhamkan jalan kefasikan atau ketakwaan, selama Allah SWT telah menetapkan kedudukannya di surga, Allah akan membuatkan penakdiran (skenario atau isi Qalam) yang cocok hingga apa yang Allah SWT telah tetapkan menjadi kebenaran. Dengan ilmuNya yang Maha luas mudahlah hal tersebut begitupun kebalikkannya. Seperti yang tertuang dalam perkataan nabi Musa as “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih” berarti anak tersebut mati sebagai jiwa yang bersih.

Jadi beberapa hal ini telah ada dalam Qalam yaitu penakdiran anak ini adalah mempunyai jalan kefasikan tapi telah ditetapkan pula tempat duduknya disurga dan jalan skenario kearah tersebut juga sebenarnya telah ditulis di Qalam pula yaitu semua yang menyangkut alurnya seperti waktu, tempat dan penakdiran Khidir sebagai penyempurnaan takdir ini. Dan juga baik itu penakdiran umum maupun khusus menyangkut semua yang terlibat. Kesempurnaan IlmuNya ialah Allah SWT telah menetapkan semua takdir di Qalam dan mengeksekusi pembentukan, materi-materi yang terlibat dan bahan-bahan semua jalannya skenario takdir menuju pencapaian takdir yang sama dengan apa yang Allah SWT telah dahuluan tulis atau tetapkan di kitab induk Qalam.
Inilah mungkin sebagian makna lainnya, maknanya yang lebih tinggi adalah pengetahuan yang diberiNya kepada nabi-nabi dan yang mengetahui makna keseluruhannya adalah hanya Allah SWT.

Maka ada hikmah lain dalam hal ini, yakni bahwa sesuatu yang buruk, belum tentu itu buruk faedahnya. Jangan nisbahkan ilmumu, kepintaranmu, kesuksesanmu, kekayaanmu, keahlianmu, dsb. Kecuali kepada Allah SWT sebagai pemberinya dan pemilik kehebatan yang ter-, paling-, maha-.

Cerita ini hanya melibatkan beberapa orang, bagaimana bila penakdiran menyangkut kompleksitas bertahun-tahun dan melibatkan ribuan orang? Atau melibatkan awal hingga akhir alam semesta? Skenario seperti apa dan bagaimana? Dalam rentetan ini banyak sub-skenario- sub-skenario takdir-takdir terlibat dan tiap manusia yang terlibat pun memiliki rentetan takdirnya sendiri-sendiri dan saling berkait-kaitan dengan takdir manusia-manusia yang lain dan berkait-kaitan dengan takdir-takdir yang lain pula, namun Allah SWT akan menyesuaikan dan memberikannya kepada masing-masing manusia akan takdirnya pada takaran yang pas dengan waktu dan kondisi yang pas pula. Sesungguhnya kalian akan dapat melihat konsep Ketuhanan, mengapa Allah SWT layak menjadi Tuhan yang Maha Esa dan mengapa alam semesta ini mudah diatur olehNya.

Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh Allah SWT, bukanlah demikian halnya adanya, seperti apa yang penulis uraikan diatas, Kita tidak bisa membatasi dengan akal tentang ilmu Allah SWT, bila akal bisa membatasi berarti apa yang punya batasan adalah makhluk. Allah SWT adalah Tuhan yang telah mengetahui/menerawang jauh-jauh hari hakekat per masing-masing ciptaanNya bahkan walaupun belum diciptakanNya, pembuat film pun begitu bahkan ia telah membayangkan isi cerita film itu sampai habis di kepalanya walaupun skenario dan jalannya filmnya sendiri belum dibuat, kemudian setelah dibuat skanario dan setting globalnya, maka ia mencari pemeran-pemeran yang cocok pada masing-masing peran yang telah ia bayangkan begitupun novelis melakukannya. Dengan adanya penerawangan kecendrungan dan tabiat maka untuk mengakomodir semua hakekat isi dari masing-masing ciptaanNya maka dibuatlah atau ditulislah kedalam takdir (Qalam) sebagai persaksian dan pembuktian akan kesempurnaan dan kehebatan ilmuNya dan atau pembuktian Allah SWT sendiri sebagai kelayakan sebagai Tuhan agar kalian dapat melihat kenyataan itu.

Penakdiran sendiri lebih condong kepada pengetahuan Allah tentang hakekat makhluk ciptaanNya makanya dikatakan “apapun yang dilakukan manusia, masing-masing akan mendekati takdirnya sendiri” dan akan sesuai dengan kitabNya karena pengetahuan Allah SWT terhadap kecondongan perbuatan dan kehendak dari ciptaanNya itu sendiri dan telah adanya pengambilan janji sebelumnya saat pengambilan dari sulbi nabi Adam as. Jadi karena adanya bibit kehendak dan perbuatan dan tabiat manusia/makhluk ciptaanNya sendiri itulah direalisasikan di dalam penakdiran dan penakdiran yang saling berkait-kaitan kepada makhluk yang lain.

Beberapa penjelasan juga ada pada kisah-kisah nabi-nabi lainnya :

Firman Allah: “Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah!“, lalu jadilah dia.” {QS. 3:47}

Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". (cerita nabi Zakaria as dalam Quran)

Apa ini pemaksaan kehendak Allah SWT kepada nabi Zakaria as? Tidak, karena sebelumnya nabi Zakaria as selalu berdoa meminta anak, dan melainkan karena keyakinan Beliau pada keinginannya yang bisa dikabulkan, yang tidak mustahil bisa dilakukan Allah SWT untuknya.

Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua". Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali". (cerita nabi Zakaria as dalam Quran)

Digambarkan lagi bahwa hal tersebut mudah buat Allah SWT, juga digambarkan seakan-akan sebelum nabi Zakaria as diciptakan, pada waktu nabi Zakaria belum ada telah pernah diciptakan pula Beliau padahal belum diciptakan, seperti seakan-akan ada 2 kali penciptaan, pertama saat belum ada dan kedua saat wujudnya diciptakan. Aneh ya, “Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali". Bagaimana ini? Bisa bedakan antara koma, perkataan yang akan jauh berlainan arti “Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali".  Dengan Aku ciptakan kamu, sebelum itu padahal kamu belum ada sama sekali" atau Aku ciptakan kamu. Sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali". Apa ini penerawangan itu “saat belum ada”? penguat hal ini ada di hadis lain, seperti :

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Allah berfirman kepada penghuni neraka yang paling ringan siksaannya: Seandainya kamu mempunyai dunia serta isinya, apakah kamu akan menebus dengan semua itu? Orang itu menjawab: Ya. Allah berfirman: Aku telah meminta darimu yang lebih ringan daripada ini ketika kamu masih berada di tulang punggung Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu (aku kira beliau juga bersabda) dan Aku tidak akan memasukkanmu ke neraka. Tetapi kemudian kamu enggan dan tetap menyekutukan-Ku. Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 5018

Update: penguat hadis ini ada pula adalah adanya hadis lain yang menggambar bahwa ini adalah pengambilan janji disertai saksi-saksi untuk manusia tersebut pada saat diambil dari sulbi nabi Adam as, jauh sebelum ia dikeluarkan atau diciptakan dalam rupa bentuknya atau jauh hari sebelum penciptaan sesungguhnya, dalam Quran tidak dijelaskan detail kapan pengambilan janji ini.

172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
173. atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" QS. Al A'raaf: 172-173

148.apapun." Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.
149. Katakanlah: "Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya." QS. Al An'aam: 148-149

Jadi selain dari penerawangan kecendrungan tabiat hakikat manusia tersebut di awalnya, Allah SWT juga telah mengambil janji manusia jauh sebelum fisiknya diadakan, adapun kitab takdir telah dahuluan ditulis sebelumnya, Rasulullah bersabda : "sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena), lalu dikatakan kepadanya, 'Tulislah. 'Ia menjawab, 'ya Tuhanku, apa yang harus aku tulis?' Dia menjawab, 'Tulislah takdir segala sesuatu sampai hari kiamat tiba

Dalam hal ini semua takdir sudah tertulis dari awal hingga akhir secara keseluruhan baik yang umum maupun khusus, adapun pengilhaman ketakwaan dan kefasikan kelak dan penetapan saat didalam kandungan itu adalah penetapan untuk sempurnanya jalannya skenario dan makar agar benar akan sesuai dengan capaian yang sama yang ada di dalam kitab induk takdir yang merupakan rancangan sebagai pengetahuan, kehebatan dan maha kesempurnaan ilmu Allah SWT dalam pemahaman, pengelihatan dan pengetahuan hakekat makhlukNya dan alam semesta, demikian pula kehendakNya pada jalannya takdir pada alam dan faktor x pada kehidupan manusia adalah merupakan bagian jalan yang dipermudah dalam pendekatan takdir itu sendiri dan jalan pengeksekusian pembentukan, waktu, tempat, keadaan dan faktor x lainnya, materi-materi yang terlibat dan bahan-bahan semua jalannya skenario takdir agar akan bisa dilihat jalannya akan sama pada apa yang telah tertulis dahuluan dikitab induk.

Seperti yang pernah penulis katakan bahwa kitab induk sendiri seakan-akan berjalan sejajar dengan kenyataan, walau telah ditulis dahuluan, dan adapun malaikat juga mencatat dalam catatannya jalan kenyataan tersebut pula mengikuti waktu per waktu agar menjadi penguat dan saksi pula kelak, maka dalam sudut pandang manusia jelaslah Allah SWT telah memberikan pengertian jalan kemudahan buat kesejahteraan itu seperti tidak menyekutukanNya dan kandungan surat ini :

5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
6. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga),
7. maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
8. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup
9. serta mendustakan pahala terbaik,
10. maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. QS. Al Lail: 5-10

Dengan bahasa lain kesempurnaan ilmu Allah SWT bahwa Ia pula telah menerawang jauh hari akan jalannya dan pilihan usaha-usaha manusia itu kedepannya kelak pula dalam kenyataan hidupnya kelak. Juga telah memberi solusi/cara/contoh, Jadi tidak salah sudut pandang manusia adalah mencoba berusaha atau mencoba beramal karena itulah yang harus dilakukan, hasilnya kedepan manusia tidak tahu, hanya ditekankan bahwa Allah SWT telah melihat itu semua jauh hari karena bukankah salah satunya adalah Allah SWT yang menciptakan semuanya dan yang membuat “waktu dan ruang” itu ada pula, dan Allah SWT tidak akan terkungkun oleh waktu dan ruang. Tidak ada pembebanan dan pemaksaan kehendakNya walau sesungguhnya Allah SWT mampu pula untuk melakukan itu, karena rahmatNya mengalahkan murkaNya, melainkan prediksi Allah SWT kepada kenyataan yang akan terjadi dari awal hingga akhir dunia pada ciptaanNya yang dituang dalam kitab induk. Prediksi yang dimaksud bukanlah bersifat prediksi gaya dukun, logika, penalaran, akal-akalan juga bukan undian atau ramalan namun benar kenyataan kejadian yang Allah SWT telah lihat dalam kesempurnaan ilmuNya walau dalam “waktu dan ruang” hal tersebut belum terjadi dalam “waktu dan ruang manusia”. Bisa dikatakan pula terlihat seakan-akan usaha manusia memicu timbal balik kepada kitab (seakan-akan kitab belakangan) karena sudut jalannya yang sejajar dengan kitab, namun sisi lain kitab juga dahuluan ditulis maka bisa pula dikatakan jalan takdir dahuluan karena telah ada pengetahuan Allah SWT jauh hari dari kenyataan-kenyataan kelak itu dan telah dituang kedalam kitab, dua hal ini berkaitan timbal baliknya. Sungguh penulis teramat susah menguraikan bahasa hati dan menuangnya kedalam bahasa tulis ini, karena hal ini lebih dalam pengertiannya dan lebih luas dari sekedar apa yang tertulis disini.

Sebelumnya dalam ayat diatasnya,  firmanNya: Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.

Dikatakan tidak serupa manusia umum, tidak, nabi Yahya as serupa manusia. Dikatakan tidak serupa karena lahir saat orang tuanya telah tua, juga tidak, ada nabi lain yang pernah. Dikatakan tidak serupa makhlukNya yang lain, tidak juga soalnya harusnya bila demikian adalah lebih cocok harusnya kepada nabi Adam as karena manusia terawal dengan cara penciptaan yang lain pula (tidak dilahirkan). Dikatakan tidak serupa akhlak, tidak lagi, nabi-nabi lain akhlaknya juga sangat baik. Bila dikontekskan dengan ayat lanjutannya dikatakan tidak serupa karena “Aku ciptakan kamu tidak sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”, yang ini mungkin benar-benar bisa tidak serupa manusia lainnya. 


Namun makna yang mungkin lebih tepat adalah hal ini, bahwa nabi Yahya as tidak diberi pengilhaman jalan kefasikan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Tidaklah seorang anak Adam kecuali dia akan melakukan sebuah kesalahan atau berkeinginan untuk melakukan kesalahan namun tidak pada diri Yahya bin Zakaria..”

Dua hal diatas penulis serahkan ke Anda buat lebih membukanya, berdasarkan pemahaman sastra arab dan hapalan, kaidah-kaidah keilmuan yang lainnya. J penulis tidak pandai.

Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. Berkata Fir'aun: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?" Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; (cerita nabi Musa as dalam Quran)

Ini bukan hanya memberi petunjuk yaitu memberikan akal, instink (naluri) dan kodrat alamiyah untuk kelanjutan hidupnya masing-masing, tapi juga mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. (cerita nabi Isa as dalam Quran)

Allah SWT mengetahui hakekat isi manusia, kecondongan dan tabiatnya dan seluruhnya yang ada pada manusia baik sebelum “ada” maupun sesudah “ada”.


Dari mana kau tahu dan dari mana penjelasannya bahwa Allah SWT mengetahui hakekat manusia bahkan sebelum “ada”?

1. Di dalam kitab Shahihnya Ibnu Hibban membuat satu bab berjudul ‘Penjelasan bahwa akhlak Al-Mahdi menyerupai akhlak Al-Mushthafa.’ Lantas ia menghadirkan hadits Ibnu Mas’ud bahwa Nabi bersabda, “Akan keluar seseorang dari umatku, namanya sama dengan namaku, akhlaknya sama dengan akhlakku; ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah terpenuhi dengan kezhaliman dan laku durjana.”

2. Dari Abu Ishaq, katanya ‘Ali bin Abi Thalib pernah memandangi puteranya, Hasan, seraya berkata, “Puteraku ini akan menjadi orang besar sebagaimana disebutkan oleh Nabi; dan akan keluar dari sumsumnya seorang laki-laki bernama sama dengan nama Nabi kalian; akhlaknya sama dengan akhlak Nabi kalian tetapi tidak dengan perawakannya.” Ali menyebutkan kisah, kemudian berkata: Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.”

Dari hadis nabi Muhammad SAW, bagaimana Beliau tahu akhlak Imam Mahdi mirip dengan Beliau padahal Imam Mahdi kan “belum ada terlihat” malahan juga dijelaskan pula perjalanan/kegiatan Imam Mahdi di akhir jaman kelak padahalkan “belum ada” dan ini juga bukan ramalan melainkan kenyataan. Wajar penulis mengatakan Allah SWT mengetahui hakekat manusia bahkan sebelum “ada”, sama seperti saat ini, dari sahabat-sahabat Nabi hingga Kita belum melihat hadirnya Imam Mahdi tapi sudah tahu hakekat akhlaknya.


Kau masih dapat memprotes Tuhanmu, memprotes cara pilihanNya untuk memilih seseorang yang menjadi utusanNya, memprotes agama yang Ia ridhoi dengan risalah yang Ia telah tetapkan, memprotes jalan hidupmu yang kembang kempes itu. itu tandanya kau masih memiliki kebebasan dan kemerdekaan memilih, kau toh tidak seperti robot dengan satu program saja maka kau akan tunduk dan melakukan semua apa yang diprogramkan, tidak akan bisa keluar dari perintah dalam program itu. mudah buat Allah SWT membuatmu tunduk semua atau membangkang semua atau mematikan dan menghidupkanmu suka-suka secara serempak. Suka-suka Allah SWT mau otoriter atau tidak, secara hakiki memang hak Allah SWT bisa seperti itu, karena semua Ia yang ciptakan, rekayasa, bentuk tapi Allah SWT Maha Bijaksana, Maha Adil, Maha Mengetahui, dsb. Allah SWT tentu tau kebijaksanaan apa, batasan keadilan seperti apa, dan mengetahui apa saja yang kau mau, kau perbuat dan apa saja yang ada di dirimu, sekelilingmu baik yang tampak maupun tidak, yang terkecil maupun tidak karena semua Ia yang ciptakan dan tabir pun Ia pula yang membuatnya.

Setelah lima fase zaman umat islam, setelah angin lembut mematikan seluruh umat islam maka akan ada fase jaman kiamat, fase ini akan dijalani oleh manusia yang tidak mengenal islam, biasanya untuk mengazab satu kaum, Allah SWT mengutus utusanNya terlebih dahulu, atau harus ada keadilan dimana mereka mendapat kabar dan peringatan terlebih dahulu, harus ada pilihan agama benar dan tidak, tauhid yang benar dan tidak, aqidah yang benar dan tidak. Namun dalam fase zaman kiamat ini, hal ini tidak ada, lantas apakah ini keluar dari ketidakadilan Tuhan pada umat tersebut. Tentu tidak, karena Allah SWT telah tahu bahwa manusia-manusia ini di jaman itu memang ahli neraka, produk yang memang layak sebagai ahli neraka. Ya produsen tentu tahu mana hakikat produk yang gagal, produk yang bakal layak sebagai produk sampah dan kapan produk ini layak dikeluarkan atau dibuang karena Allah SWT mengetahui hakekat manusia bahkan sebelum “ada”.

“Allah menciptakan Adam, lalu ditepuk pundak kanannya kemudian keluarlah keturunan yang putih, mereka seperti susu. Kemudian ditepuk pundak yang kirinya lalu keluarlah keturunan yang hitam, mereka seperti arang. Allah berfirman, ‘Mereka (yang seperti susu -pen) akan masuk ke dalam surga sedangkan Aku tidak peduli dan mereka (yang seperti arang-pen) akan masuk ke neraka sedangkan Aku tidak peduli.’” (Shahih; HR. Ahmad, ath-Thabrani dallam Al-Mu’jamul Kabir dan Ibnu Asakir, lihat Shahihul Jami’ no: 3233)

Dari abu said al kudri dari rosulullah beliau bersabda: 'allah berfirman! 'wahai adam! Lalu adam menjawab, 'aku sambut panggilanmu ya allah, dan dengan bahagia aku menerima perintahmu, segala kebaikan berada di tanganmu. Kemudian ia berfirman, 'keluarkanlah pasukan ahli neraka! Adam bertanya, 'apakah pasukan ahli neraka itu? Allah berfirman, dari 1000 orang ada 999 orang (yang masuk neraka). Maka ketika itu anak anak kecil rambutnya mendadak beruban, setiap yang hamil melahirkan kandunganya, dan kamu lihat manusia sama mabuk padahal mereka tidak mabuk, melainkan hanya adzab Allah itu pedih. Para sahabat bertanya, 'wahai rosulullah, bagaimana posisi kita kalau yang bukan pasukan neraka itu hanya satu orang di antara seribu orang? Beliau menjawab, bergembiralah karena di antara kamu hanya seorang (yang masuk neraka) sedangkan dari yajuj dan majuj seribu orang (yang masuk neraka). Shahih bukhari.

perkataan nabi Yakub as: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (cerita nabi Yakub as dan nabi Yusuf as dalam Quran)

"Tetapi apa balasannya jikalau kamu betul-betul pendusta? " Mereka menjawab: "Balasannya, ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (tebusannya)". Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang zalim. Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (cerita nabi Yakub as dan nabi Yusuf as dalam Quran)

Karena nabi Yakub as khawatir maka Beliau memerintahkan anak-anaknya masuk gerbang berlainan, ini adalah keinginan dan kehendak nabi Yakub as sendiri namun Beliau tahu bila ada takdir buruk maka takdir Allah SWT adalah tetap, dan memang cara itu tidak akan lepas dari penakdiranNya, yang ternyata merupakan bagian skenarioNya agar penakdiran nabi Yusuf as mencapai maksudnya lebih mudah karena itu pula yang Allah SWT kehendaki terjadi dan juga setelahnya agar hidayah dan tobat kembali kepada saudara-saudara nabi Yusuf as tersebut.

nabi daud berkata: “Ya Allah, bagaimana aku bisa memenuhi perintahMu ini karena mengucapkan syukur itu sendiri adalah satu karuniaMu yang patut disyukuri sendiri. Allah SWT berfirman, “Hai Daud, sekarang engkau telah bersyukur kepadaKu dengan sepenuhnya karena sekarang kamu sudah mengetahui dan menyadari keterbatasanmu.” (cerita nabi Daud as dalam Quran)

Dikatakan bahwa mengucapkan syukur juga adalah pemberian Allah SWT maka patutnya syukur ini sendiri harus disyukuri pula nikmat syukur itu, selayaknya manusia ini miskin namun hati adalah kaya, segalanya pemberianNya dan kembali kepadaNya namun manfaatnya untuk manusia itu sendiri. Bila Anda tidak bisa mendapatkan manfaatnya, nah itu kesalahan diri sendiri. Bila dikontekskan ke takdir, takdir adalah pemberianNya dan kembali kepadaNya pula, namun seharusnya nikmat manfaatnya untuk menjadi milik manusia itu sendiri. Bila Anda tidak bisa menikmati penakdiran ini, berarti kesalahan Anda sendiri. “sekarang engkau telah bersyukur kepadaKu dengan sepenuhnya karena sekarang kamu sudah mengetahui dan menyadari keterbatasanmu”, Akhirnya Anda sudah mengetahui takdir dan menyadari keterbatasan Anda. Hari ini Anda ditakdirkan untuk mengucapkan “rasa syukur” yang notabene Anda harus mensyukuri nikmat takdir ini dengan mensyukuri “rasa syukur” itu karena pemberianNya akan takdir ini adalah karunia. So ucapkan Alhamdulillah!

Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh Allah SWT, bukanlah demikian halnya adanya melainkan kemerdekaan kehendak dan perbuatan per individu manusia telah terakomodir/terpenuhi di dalam penakdiran takdir yang berdasarkan kecondongan-kecondongan awal individu-individu itu sendiri yang masing-masing kecondongan itu memiliki tanggung jawab akan balasannya.

Benarkah hal ini? tidak!!! Namun jauh lebih hebat, terhebat, paling hebat, maha hebat dari ini, kenapa? Karena pendapat ini masih dalam jangkauan akal manusia, Allah SWT maha hebat lagi dari sekedar pendapat ini, ini sekedar batasan pencapaian manusia, cukuplah sebagai pengingat dan penguat keimanan akan takdir, dan ingatlah sebagai Tuhan, ilmu Allah SWT lebih dari sekedar capaian pendapat ini, tidak dapat dibatasi oleh pengetahuan dan akal manusia.

Perlu pula diingatkan bahwa Takdir itu hal yang ditabirkan dari manusia maka cara mudah menghadapi takdir seperti apa yang diperbincangkan Umar dan Rasulullah :

Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Umar: Apakah amal yang kita lakukan itu kita sendiri yang memulai (belum ditakdirkan) ataukah amal yang sudah selesai ditentukan takdirnya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bahkan amal itu telah selesai ditentukan taqdirnya.” Umar: Jika demikian, untuk apa amal? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Umar, orang tidak tahu hal itu, kecuali setelah beramal.” Umar: Jika demikian, kami akan bersungguh-sungguh, wahai Rasulullah!
(Riwayat ini disebutkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya no. 168 dan Penulis Kanzul Ummal, no. 1583).

Kita tidak tahu apa yang akan ditakdirkan buat kita untuk esok dan seterusnya, maka berusahalah dan finishnya bertawakkal lah, bila usaha kita buntu dan kita melihat masih ada peluang baik untuk masih usaha, berusahalah dan bertawakkal lah akan finishnya lagi, demikian berulang-ulang hingga takdir terhadap itu ditetapkan (sampai) atau kau beralih ke takdir lain. Karena inilah sudut pandang manusia karena Kitalah yang berada dalam kungkungan waktu dan ruang.

Tawakkal akan melahirkan kepasrahan dan kepasrahan akan berbuah ridho, hingga kita ridho terhadap segala apa yang ditakdirkanNya untuk Kita namun bukan berarti pasrah dan ridho tanpa adanya usaha, tapi berusahalah dulu dan ridho pada akhirnya, bukanlah kepasrahan namanya tanpa adanya doa, usaha dan amal. Bukanlah kepasrahan namanya tanpa adanya harapan, takut dan cinta.

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman : Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada- Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada- Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa diantara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun . Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka diantara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir semunya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah mencela kecuali dirinya. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah)

Ada sebuah jalan berbentuk persegi empat atau bujur sangkar, dimana tempat yang kita akan tuju terletak di titik sebelah kiri bawah, sementara kita berada di titik sebelah kanan bawah. Jalan terdekat dari titik kita berada ke titik tempat yang kita tuju adalah lewat bawah, sedangkan jalan terjauh adalah kita memutar lewat atas, ke titik sebelah kanan atas dulu, baru ke titik sebelah atas kiri baru turun sampai ke tujuan.

Seumpama saat kita jalan ingin lewat jalan terdekat, tapi Allah SWT berkehendak atau menakdirkan kita jalan lewat jalan terjauh, lalu agar kita mau nga mau mengambil jalan yang jauh, pada jalan terdekat ternyata Allah SWT telah membuat longsoran batu hingga menghalangi jalan terdekat tersebut untuk dilewati, maka mau nga mau kita mesti lewat jalan terjauh. Penghadapan pada takdir ini yang biasanya adalah bersabar tapi ada juga sebagian orang menghadapinya dengan kejengkelan, kemarahan dan sumpah serapah, padahal itulah penakdiran dari Allah SWT. Itulah penakdiran berupa interaksi dengan keadaan alam

Seumpama bukan longsoran batu yang menghalanginya, tapi adalah penakdiran lewat interaksi manusia juga, misalnya dibuat terjadi kemogokan mobil hingga terjadi kemacetan pada jalan tersebut atau ada rajia Polisi atau ada keributan dan demo, penghadapan takdir ini adalah penghadapan berupa interaksi manusia pada manusia, seperti apa kita menghadapinya? Inilah akhlak entah dengan akhlak baik atau akhlak tercela. Inilah penakdiran yang membuat penghadapan interaksi antar manusia.

Dan perlu juga difahami dan diingat bahwa mereka-mereka yang lain ini pun sebenarnya sama pula sedang terlibat pada penakdiran diri mereka sendiri masing-masing pula yang jalan/kejadiaan tersebut bukan hanya untuk penakdiran dirimu sendiri melainkan hingga ada imbas-imbas takdir ini terkena buat orang lain pula (Butterfly Effect) yang notabene adalah sekumpulan takdir individu-individu yang saling terkoneksi, terkait dan terhubung dalam sebuah makar yang kompleks pada settingan waktu, tempat, situasi dan keadaan yang pas tersebut dengan orang-orang yang terlibat bisa saling kenal sebelumnya atau tidak pernah kenal sebelum kejadian/jalan tersebut. Jadi penghadapan takdir disini adalah penghadapan interaksi takdirmu sendiri dan penghadapan interaksi takdir mereka pula (lebih mengglobal penakdiran terhadap sekelompok manusia, sebangsa, sekeluarga, atau yang lainnya)

Penakdiran lainnya adalah mengakibatkan penghadapan kita kepada agama, perintah dan larangannya, kita menghadapinya dengan pengetahuan agama, perintah dan larangan pula. Bahkan ketiga-tiganya bentuk/cara/skenario jalannya takdir ini bisa saja dalam satu waktu yang serempak yang harus kita hadapi.

Saat kita punya sawah yang kebetulan telah siap panen, kita lihat sesekali burung memakan padi kita, dan kita tidak mengambil pusing, namun saat hama menyerang hingga menghabiskan padi kita hingga gagal panen, kebanyakan dari kita pasti merasakan kemarahan dan sumpah serapah padahal tidak terjadi sesuatu kalau tidak telah ditakdirkan dan itulah takdir untuk sawah kita. Coba bila kita mengingat hadis bahwa burung (hewan) yang makan tanaman adalah bernilai sedekah, bila kita ridho pada takdir ini dan menganggapnya sebagai sedekah, berapa banyak yang menjadi bernilai sedekah dari kehilangan padi di sawah yang dimakan hama, namun klo kita marah maka tidak ada nilainya. Namun kenyataan kita telah tekor dana, waktu, tenaga dan uang inilah rentetan penakdiran-penakdiran yang Allah SWT kehendaki buat kita, ini akan menjadikan kita menghadapi beberapa rentetan penakdiran lainnya kedepannya, beberapa akibat-akibat dari sebab tersebut.

Kemudian apa kita tidak berusaha untuk melenyapkan hama tersebut? Usaha kita menanam padi, saat dimakan hama bagaimana penerimaan kita disinilah nilai tawakkal tersebut, saat kita ingin mulai menanam padi lagi berarti kita berusaha kembali termasuk berusaha untuk menghilangkan hama sesuai dengan perlakuan yang dihalalkan, kemudian bertawakkal dengan ada tidaknya hasil panen berikutnya itu lagi.

Contoh lain : Suatu saat hati Anda minta istri, namun suatu saat itu pula hati Anda minta tidak menikah, maka yang tadinya harusnya nikmat yang halal, mau nga mau, didekatkanlah dan dikasihlah cara nga halal, dapat istri dan tidak menikah, nih namanya kesalahan sendiri.

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu dari kesalahan dirimu sendiri, QS. An-Nisa,79.

Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan baginya, dan yang demikian itu tidak dimiliki kecuali orang mukmin saja. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya dan jika ditimpa penderitaan atau kesusahan dia sabar, maka itu merupakan kebaikan baginya. (Hadist) takkala itulah beban jadi ringan dan kesenangan tak berlebihan.


Ada orang yang menganggap ada hari baik dan ada hari buruk, pada dasarnya semua hari adalah baik, ditakdirkan dan diciptakan untuk kebaikkan dengan ada tujuannya, hari kiamat juga baik, karena diciptakan untuk satu fase menuju hari akhirat. Manusiawi dari segi emosi kejiwaan mengganggap ada hari buruk namun karenanya kita bisa bersabar, tobat dan mengambil hikmah, demikian bila hari baik, kita diajarkan untuk mensyukuri karunia, peduli dan melahirkan kasih sayang.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang tidak tathayyur (menentukan nasib baik atau buruk dengan mengaitkannya pada sesuatu hal berupa benda, makhluk, tempat dan waktu), tidak meminta diruqyah, tidak melakukan kay (pengobatan dengan besi panas) dan kepada Tuhan merekalah, mereka bertawakal.” (Muttafaq ‘alaihi)*


Cuplikan Sumber Literatur

Nature Knowledge Theory

Baru-baru ini saya berkesempatan mengenal seorang ilmuwan yang sangat luar biasa asal Institut Teknologi Bandung (ITB). Seorang yang menelurkan teori yang dinamakannya, Nature Knowledge Theory (NKT). Beliau adalah DR. MD. Santo. Dari membaca teorinya, saya merasa sudah megenal DR. Santo sejak lama. Sungguh suatu perasaan yang sangat berlimpah kesenangan dan antusias tinggi ketika apa yang saya baca dari tulisan DR. Santo bersambung atau relevan dengan apa yang saya pelajari selama ini. Bagaikan gayung bersambut.

DR. Santo menorehkan teorinya dengan pertimbangan matang, hasil kerja selama puluhan tahun. NKT adalah sebuah teori yang berupaya menjelaskan perilaku alam semesta dengan melibatkan satu komponen yang tidak diperhitungkan sebelumnya oleh fisikawam teoretis manapun di dunia, mulai dari Einstein hingga Edward Witten sekalipun. Walaupun pada akhirnya Einstein mengakui bahwa ada suatu kualitas "kesadaran" (consciousness) yang terlibat pada alam semesta, namun ia tidak meng-kuantitas-kan sesuatu kualitas itu ke dalam persamaan matematisnya.

DR. Santo dengan berani menyatakan bahwa pendekatan ilmu yang dianut dan dijalani oleh orang harus berubah. Karena dengan kerangka berpikir demikian tidak akan didapat jawaban yang dicari. Metode tersebut adalah yang biasa kita ketahui sebagai DIKW atau DATA - INFORMATION - KNOWLEDGE - WISDOM.

Orang pada umumnya melihat dunia dari dasarnya kemudian dibawa ke tingkat yang lebih tinggi. Pola berpikir sepert ini tidak salah pada kesempatan tertentu, namun tidak demikian bila digunakan untuk menjawan pertanyaan yang melibatkan asal-usul alam semesta dan penciptaan. Demikian pula hingga ke Tuhan. Kerena pola tesebut menghambat kelanjutan dari proses penelitian itu sendiri.

Untuk menyimpulkan perilaku alam, orang akan mulai mengumpulkan data-data dari alam itu sendiri. Bila data sudah cukup terkumpul, maka korelasi antar data serta dengan kalkulasi yang komprehensif, akan menghasilkan informasi. Informasi mengajak manusia untuk mengajukan tesis, dan mengujinya. Hasil yang didapat adalah berupa knowledge, atau pengetahuan bahwa alam berperilaku demikian karena hal-hal tertentu. Dari knowledge ini manusia akan mampu melihat alam dari kacamata yang lebih tinggi dan bijak, sehingga manusia dapat memikirkan hal lain lagi yang berpengaruh lebih besar. Inilah Wisdom. Inilah metode atau kerangka berpikir atau pendekatan kita terhadap obyek yang menjadi bahan kajian. D-I-K-W.

Sedangkan DR. Santo berpikir sebaliknya. Untuk menjawab pertanyaan besar manusia mengenai alam ini, alam ini harus dipandang dengan kerangka W-K-I-D. Yaitu dari sebuah (pada awalnya hanya ada) Wisdom, lahirlah Knowledge. Dari Knowledge, terjabarkan menjadi kumpulan Informasi, yang kemudian lebur ke kumpulan Data, yaitu alam itu sendiri. WISDOM - KNOWLEDGE - INFORMATION - DATA.

Bagaimana DR. Santo mendapatkan pemikiran seperti itu? Dengan segala rasa hormat saya kepada beliau, saya akan coba mengangkatnya di sini.

Standard Model and the 4 Forces
Alam ini memiliki 4 forsa fundamental, yaitu Forsa Nuklir Kuat, Forsa Nuklir Lemah, Forsa Elektromagnetic, dan Forsa Gravitas. Setiap Forsa itu diwakili oleh partikel-pertikel boson (partikel perantara). Forsa Nuklir Kuat, oleh partikel Z. Forsa Nuklir Lemah oleh partikel W. Forsa Electromagnetik oleh partikel Photon (cahaya), dan Forsa Gravitasi oleh Graviton.

Kita sudah paham bahwa untuk menjawab pertanyaan besar seperti; "bagaimana alam semesta ini tercipta?", kita harus kembali ke masa lalu dimana 4 forsa yang menjadi cikal-bakal penciptaan alam ini masih berupa satu energi tunggal di dalam singularitas momen penciptaan. Dan kita ketahui bersama bahwa secara pengkukuhannya, teori "Standard Model" oleh komunitas science umum, manusia hanya mampu menggabungkan Forsa Nuklir Kuat, Forsa Nuklir Lemah dan Forsa Elektromagnetik. Sedangkan Forsa terakhir, yaitu Gravitasi terpisahkan dari yang lainnya.

Mengapa penggabungan (unification) itu begitu penting? Seperti yang saya katakan di atas, pada awalnya hanya ada satu forsa tunggal, kemudian melalui proses penciptaan ia terpecah menjadi 4. Peristiwa ini menghasilkan energi yang sangat besar. Ruang dan waktu terbentuk di sini. Dan dari energi besar itu terciptalah partikel materi yang mengisi alam semesta ini dengan bintang, planet dan semua obyek yang ada di alam semesta. Dengan demikian maka untuk mengetahui proses penciptaan yang terjadi di masa lalu itu, kita harus tahu bagaimana menggabungkan kembali keempat forsa tesebut menjadi satu forsa tunggal. Bagaimana sebuah forsa tunggal bisa terpecah. Dengan teori fisika, manusia bagaikan me-rewind alam ini ke sebuah kondisi alam yang sangat rapat, betekanan sangat tinggi dan suhu yang sangat panas. Sesaat setelah Big Bang.

Mengapa mengetahui proses penciptaan ini sangat penting? Bukankah hal ini bagaikan mempertanyakan sesuatu yang bersifat metafisika atau mistis? Maafkan saya bila saya tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai setiap kali orang bertanya demikian. Bukankah manusia ditakdirkan untuk berpikir mengenai hal ini? Dengan otak kita mempertanyakan peristiwa penciptaan. Ini adalah sangat wajar. Dan sangat penting artinya. Tidakkah kalian ingin mengatahui bahwa apa yang kalian yakini sebagai TUHAN kalian itu sesungguhnya memang ADA dan menjadi Maha Penyebab segala sesuatu yang ada di alam ini? Tidakkah ini penting untuk anda?

Dan pada kenyatannya, setiap kali manusia merasa sudah mencapai sesuatu, terbukalah misteri alam yang baru. "Masih ada langit di atas langit." Hal ini penting karena kita akan mampu membuktikan melalui science bahwa memang alam ini Maha Besar! ketimbang dengan pasrah tanpa sedikitpun rasa penasaran menerima doktrin yang diajarkan di kelas agama, khotbah Jumat, atau khotbah minggu?

Dan mengapa science? Seperti di banyak tulisan saya sebelumnya (salah satunya adalah The Grand Design), Tuhan menciptakan alam ini dengan sebuah hukum baku. Yaitu science. Hukum ini tidak berubah. Sehingga dengan menggunakan science, manusia akan mampu menjawab dan mengetahui kebenaran yang hakiki, termasuk momen penciptaan, dan Kebesaran Tuhan itu sendiri.

Mengapa saya berani mengatakan bahwa Tuhan menciptakan alam dengan hukum science? Karena semua yang ada di alam ini memang mematuhi konstanta-konstanta serta aturan-aturan atau hukum-hukum yang dapat di kuantitaskan ke dalam rumusan dan persamaan matematis. Ini adalah sebuah bukti bahwa dengan science - dengan membaca alam - kita sama halnya sedang membaca kalimat-kalimat atau firman Tuhan.

Masih ragukah anda akan hal ini? Semoga tidak.

Teori Relativitas Einstein menjelaskan perilaku benda-benda masif seperti bintang dan planet. Gaya gravitasi berperan besar di situ. Teori relativitas berhasil dengan baik di wilayah ini. Sedangkan Mekanika Quantum menjelaskan perilaku partikel-pertikel subatomic dan fundamental. Gaya gravitasi tidak diperhitungkan karena tidak berpengaruh. Dan mekanika quantum bekerja dengan baik di wilayah yang super kecil ini. Namun kedua teori ini saling bertentangan. Relativitas melibatkan gravitasi di perhitungannya, sedangkan mekanika quantum tidak.

Dengan demikian teori relativitas tidak bisa digunakan untuk menghitung benda-benda kecil seperti partikel fundamental, karena gravitasi tidak ada di sana. Mekanika quantum pun tidak bisa digunakan untuk menghitung perilaku benda-benda masif seperti bintang dan planet karena mekanika quantum tidak memasukkan gravitasi dalam persamaannya. Orang dipaksa menerima adanya dua teori yg berbeda ini selama bertahun-tahun sampai ditemukan sebuah benda langit yang sangat kecil tapi memiliki gravitasi sangat besar, benda ini adalah Lubang Hitam, atau Black Hole.

Saya anggap anda sudah tahu apa itu Black Hole. Bila tidak, silahkan dibaca kembali tulisan saya sebelumnya. Bagaimana cara orang mengetahui apa yang ada di dalam Black Hole? Apakah menggunakan teori relativitas, ataukah mekanika quantum? Kedua teori itu runtuh di black hole. keduanya tidak mampu menjelaskan apa pun mengenai mekanika black hole. Black Hole adalah lubang yang benar-benar hitam, tidak ada yang mampu lolos dari tarikan gaya gravitasinya, bahkan photon atau cahaya sekalipun. Jika sebuah obyek tidak dapat dianalisa dengan perangkat apa pun, maka obyek itu seakan-akan tidak nyata. Inilah momok terbesar bagi kedua teori ini. Harus ada satu perangkat teori baru yang mampu benar-benar melibatkan keempat forsar alam, dan menjelaskan black hole.

Standard Model, atau Quantum Chromo-dynamic (QCD) tidak mampu menggabungkan Teori Relativitas dengan Mekanika Quantum. Gaya gravitasi masih terpisah. Teori ini tidak menunjukkan tanda-tanda mungkinnya graviton - yang gayanya kita rasakan sehari-hari, yang menempelkan kita pada bumi, mengatur pergerakan planet terhadap matahari - digabungkan ke dalam sebuah teori tunggal yang akan mampu menjelaskan seluruh alam semesta, sebuah teori segala hal (Theory of Everything, TOE).

M-Theory
M-Theory muncul menjawab kesulitan besar yang dialami oleh Standard Model. Edward Witten sang pencetus teori ini membuka cakrawala ilmu pengetahuan baru yang berani dengan sangat baik melibatkan seluruh forsa alam ke dalam satu rumusan. M-Theory merubah cara pandang kita mengenai partikel fundamental yang harus berbentuk string dengan ukuran sangat kecil. Bukan berupa bola atau titik seperti yang dianggap orang sebelumnya. Dapat dibayangkan; jika seluruh tata surya ini adalah sebuah atom, maka string adalah sebuah pohon di bumi. String berukuran sangat kecil dan hanya memiliki 1 dimensi-ruang. Dengan menguak alam partikel pada ukuran sekecil ini, ilmuwan teori string menemukan graviton. Graviton adalah partikel fundamental - boson - penghantar forsa gravitasi, tidak bermassa. Gaya yang dihasilkannya terlalu kecil nyaris tidak ada. Namun graviton eksis di setiap materi, di setiap atom.

Bagaiman teori string berkembang menjadi M-Theory? Silahkan baca artikel, tentang Braneworlds.

Bagaimana M-Theory menjawab teka-teki black hole?

Diperkenalkannya M-Theory membuka tabir misteri yang selama ini tidak diketahui manusia bahwa tabir itu ada. Manusia dengan berani melongok ke dalam dan menemukan lebih banyak lagi misteri dengan segala keanehan-keanehan alam yang sama sekali baru, bahkan melampaui imajinasi terliar manusia. Sebuah ranah penuh gegap gempita kosmos yang tadinya diam tertutup, sekarang terbuka dan bergejolak.

Diperkenalkannya string pertama-kali mengundang beragam reaksi, dan M-Theory memperkenalkan banyak hal yang jauh lebih misterius, yaitu string berdimensi lebih, yang dengan kondisi khusus membentuk "membrane"atau disingkat "Brane" yang dapat mengembang ke ukuran alam semesta kita ini. M-Theory mengharuskan adanya 10 dimensi-ruang, sehingga membuat total 10 dimensi-ruang + 1 dimensi-waktu = 11 dimensi ruang-waktu. Bagaimana manusia harus memahami hal ini?

Alam semesta yang menjadi tempat tinggal kita ini adalah sebuah membrane yang memiliki 3 dimensi-ruang. Atau disebut 3-Brane, yang melayang-layang di dalam ruang yang berdimensi lebih tinggi. Alam semesta kita adalah satu dari banyak jumlah alam semesta lainnya (alam semesta parallel).

Masih belum cukup, M-Theory juga mengharuskan kita menerima bahwa alam semesta ini tidak berawal dan tidak berakhir. Yang berarti bahwa Big Bang bukan peristiwa penciptaan.

M-Theory adalah sebuah teori yang sangat elegan. Persamaan matematisnya tanpa cela dan berhasil menyelesaikan berbagai persoalan yang ditemukan dan tidak dapat diselesaikan oleh Standard Model, dengan baik, namun dengan konsekuensi yang luar biasa. M-Theory dinobatkan oleh Stephen Hawking sebagai Theory of Everything.

Perkembangan M-Theory berimplikasi pada banyak hal lainnya. Para ilmuwan fisika teoretis bagaikan menemukan a Brane New World to explore. Jika string yang berdimensi 1 itu (atau 1-brane) memerlukan ruang dan waktu untuk bergetar,  maka bagaimana mungkin ia disebut sebagai bahan dasar pembentuk ruang dan waktu? Hal ini tidak mungkin. Bahan dasar pembentuk ruang dan waktu tidak boleh membutuhkan ruang dan waktu untuk eksis. Maka bahan dasar itu harus terpisah dari ruang dan waktu. Ruang dan waktu yang harus bergantung padanya, bukan sebaliknya. Maka diajukanlah sebuah entity tanpa dimensi, yaitu 0-Brane (Zero Brane), yang bukan berwujud string tapi hanya titik tanpa dimensi. 0-brane memenuhi setiap lokasi di alam dan menjadi kerangka ruang dan waktu.

Saya harus membatasi diri untuk tidak mengulang tulisan saya sebelumnya, karena akan menjadi pengulangan tulisan terus-menerus setiap kali saya menulis di blog ini jika harus berbuat demkian. Saya akan menganggap anda sudah membaca tulisan tulisan saya sebelumnya.

Graviton adalah partikel dengan string tertutup (satu-satunya yang kita tahu memiliki string tertutup). Artinya, ia tidak memiliki tambatan ke membrane manapun. Inilah jawabannya mengapa gaya/forsa gravitasi dirasa sangat lemah. Namun sesungguhnya ia sangat kuat dan mungkin terkuat dari ketiga forsa lainnya. Namun hanya graviton yang ber-string tertutup sehingga forsa yang besar itu harus dibagi ke semua membrane. Jadi, jika kita kembali ke Black Hole, maka black hole yang bergravitasi sangat besar itu merupakan tepat terpusatnya graviton dalam jumlah besar. Maka jika ada black hole di alam semesta ini, ia membuka celah ke membrane lain yang dimana alam 3-brane kita ini wujud. Bagaikan lubang pada sebuah bola yang menghubungkan ruang di dalam bola dengan ruang di luar bola. Demikianlah M-Theory menyelesaikan misteri black hole yang tidak mampu diselesaikan oleh Standard Model.

Mengenai Big Bang. Big Bang adalah peristiwa bersinggunannya dua buah membrane. Tabrakan dua membrane akan menghasilkan energi besar. Ledakan energi inilah yang disebut Big Bang. Dengan demikian, Pernah terjadi tak hingga kali Big Bang di masa lalu dan akan terjadi tak hingga kali Big Bang di masa depan. Sedangkan, seluruh alam 11 dimensi ruang-waktu yang berisikan membrane-membrane ini tidak berawal dan tidak berakhir.

Renungan 1
Sampai di sini, anda sudah harus dapat mengambil sedikit kesimpulan dan gambaran bahwa dengan diperkenalkannya M-Theory ini maka kita sudah semakin dekat kepada misteri terbesar alam ini. Sebuah entity tanpa dimensi yang berwujud di "luar" sana. Sebuah alam tanpa awal dan tanpa akhir. Graviton sebagai media penghantar yang dapat eksis di manapun. Kesemuanya ini berujung pada satu kesimpulan yang akan menjawab misteri besari itu. Penciptaan, dan TUHAN itu sendiri.

Alam ini tidak berawal dan tidak berakhir tapi ia berbatas. Batasan itu adalah science itu sendiri. Jika M-Theory benar, maka manusia sedang berada di tapal batas itu. Pertanyaan selanjutnya adalah; ada apa di balik tapal batas itu? Apakah masih relevan dengan hukum alam yang kita tahu? Saya berulang kali menekankan kepada anda bahwa alam ini diciptakan dengan hukum alam yaitu science yang dijabarkan dalam rumusan fisika atau persamaan-persamaan matematis. Lalu kenapa saya masih mempertanyakan masihkah science relevan dibalik tapal batas itu?
Bahkan Albert Einstein yang mendapat predikat orang terpintar dan tercerdas dalam sejarah umat manusia, mengakui bahwa ada semacam "kesadaran" (consciousness) yang mengatur alam ini. Silahkan temui komentar ini di buku "Science and the Unseen World" oleh A.S. Eddington. Terlebih lagi, dalam buku terakhirnya, "The Grand Design", Stephen Hawking pun menyuratkan bahwa Tuhan tidak perlu campur tangan mengatur alam ini karena adanya gravitasi. Gravitasi adalah kekuatan pengatur alam semesta "The Grand Design"

Mari kita menuju puncak dari tulisan ini.

The 5th Force
DR. MD Santo dalam teori NKT-nya mengatakan bahwa harus ada satu ingredient lagi - satu buah forsa lagi untuk melengkapi semua persamaan yang ada. Yaitu KNOWLEDGE. Knowledge adalah forsa dengan boson-nya yang ia namakan "KNOWON" (k). Knowon adalah ingredient terakhir. Jawaban pamungkas untuk kelengkapan Theory of Everything.

Adalah satu ranah atau realm atau plane yang berisikan satu hal; Knowledge. Knowledge dengan boson-nya, knowon, berinteraksi dengan Graviton membentuk boson sendiri yang disebut Duo-Entity-Force (DEF). Karena sifatnya, DEF ini bersifat Independent to Space-Time (IST). Dan inilah yang sesungguhnya oleh para ilmuwan ditemukan sebagai Higgs boson.

Apa itu Higgs boson? Mengapa ia sampai dijuliki partikel Tuhan?

Sedikit menoleh ke belakang ke satu hal yang kita terima apa adanya tanpa harus merasa perlu mempertayakanya, yaitu massa. Massa ada di jantung setiap eksistensi materi di alam. Tanpa massa, maka alam ini tidak dapat dijabarkan. Bahkan persamaan terkenal Einstein E=mc^2 tidak akan ada artinya bila massa tidak ada. Einstein membuktikan kepada kita bahwa Energi dan Materi dapat dipertukarkan. Energi bisa berubah menjadi materi, dan sebaliknya materi bisa berubah menjadi energi. Materi adalah massa itu sendiri, karena setiap materi harus memiliki massa.

Tanpa massa maka gravitasi tidak berpengaruh pada alam ini. Seperti persamaan Newton F=mg. Gaya (Force) adalah massa berbanding lurus dengan percepatannya (a) atau gravitasinya (g). Dengan demkian maka Gravitasi adalah gaya pada setiap percepatan (a) atau (g). Jelas bahwa tanpa massa, maka materi tidak memiliki gravitasi. Atau tanpa massa, gravitas tidak berlaku.
Kesimpulannya, tanpa massa, alam ini tidak eksis. Lalu dari mana datangnya massa? Bagaimana sebuah partikel materi memiliki massa? Apakah ini pertanyaan sepele menurut anda? - "Tentu saja massa pasti ada otomatis pada setiap partikel"? - Pernahkah anda mencoba membayangkan seperti ini; ambilah contoh partikel Electron. Electron adalah partikel fundamental yang tidak dapat dibagi lagi. Dan ia memiliki massa sebesar 9.10938291 × 10^31 kilogram. Perlu diketahui bahwa setiap properti atau sifat pada materi diwakili oleh partikel-partikel pembentuknya. Seperti properti muatan (listrik) yaitu electron, elektromagnetic yaitu photon, ikatan pada inti yaitu partikel Z, hingga massa pun adalah sebuah properti yang harus diwakili oleh partikel sendiri, yaitu partikel Higgs.

Anda sekarang mengerti dan sependapat mengapa pencarian partikel Higgs menjadi sangat penting? Tanpa Higgs, maka tidak ada massa, tanpa massa maka alam ini tidak eksis. Begitulah kira-kira bagaimana cara mudah untuk mengerti pentingnya partikel Higgs ini.

Nah, saya kembalikan ke electron. Electron adalah partikel fundamental, maka dimana massa-nya? Apakah ia harus didampingi oleh partikel Higgs agar ia memilki massa? Bila ya, maka electron bukan lagi partikel fundamental. Tapi electron adalah particle fundamental! Jadi bagaimana ia bisa memiliki massa tanpa harus didampingi Higgs?

Jawabannya ada pada sifat sesungguhnya dari Higgs itu sendiri. Atau dalam hal ini saya akan mengganti Higgs dengan DEF, karena kajian DEF yang akan membawa kita ke kesimpulan akhir dari tulisan ini. Dan mulai dari sini saya juga akan memasukkan deduksi saya dari apa yang telah saya pelajari.

DEF yang terdiri dari Knowon+Graviton adalah berupa medan atau field (sama dengan istilah Higgs field). Medan inilah yang memberikan massa pada materi. Bayangkan sebuah lautan. Jika ada benda di atas air, semakin berat, permukaan benda tersebut akan masuk lebih dalam ke air dibandingkan dengan benda yang lebih ringan. Benda yang lebih berat akan lebih sulit bergerak ketimbang benda yang lebih ringan. Interaksi antar benda dengan air ini serupa dengan interaksi materi dengan DEF. Massa suatu obyek ditentukan oleh sebanyak apa partikel pada obyek tersebut berinteraksi dengan DEF.

DEF memberi massa pada semua pertikel ber-string terbuka. DEF sendiri bersifat IST yaitu ia terlepas dari pengaruh ruang dan waktu. DEF berinteraksi secara entanglement. Jika anda cukup familiar dengan istilah ini, interaksinya tidak dipengaruhi jarak dan waktu. Satu Knowon berinteraksi dengan Knowon lainnya walaupun terpisah oleh jarak yang sangat jauh, dikarenakan oleh sifatnya yang IST ini.

DEF mempengaruhi alam ini dengan sifatnya yang psychosomatic - Hasil dari sesuatu dapat dirasakan/nyata karena sesuatu itu ada. Bagaikan anda terkena sakit pada tubuh anda bukan karena sebab fisik lainnya, melainkan karena pikiran anda sendiri (psycho). Begitu kira-kira DEF berperan pada alam ini. Contoh nyata dari implikasi DEF pada alam ini selain memberikan massa adalah mengembangnya alam semesta. DEF inilah Dark Energy yang diyakini ada oleh para ilmuwan. Dark Energy dan Dark Matter yang memenuhi 75% alam ini tidak bisa diketahui struktur internalnya - tidak dapat diketahui terbuat dari apa Dark Matter dan Dark Energy ini, tapi pengaruhnya nyata bagi alam semesta - yaitu membuat alam semesta ini mengembang. Inilah sifat yang disebut psychosomatic.

Fabrics of the Cosmos
DR. MD Santo juga mengajukan modifikasi dari E=mc^2 dengan melibatkan Knowon, menjadi E=kmc^2. Keterlibatan knowon (k) sebagai forsa kelima adalah perlu, yang menjadikan pembentuk alam semesta ini (fabrics of the cosmos) ada tiga, yaitu Energi, Materi, dan Nature Knowledge, yang selama ini diyakini hanya ada dua; Energi dan Materi saja.

k adalah sebuah nilai yang dihasilkan dari keberadaan knowon, mewakili Nature Knowledge yang mengokestrai kedua fabric lainnya; Energi dan Materi. Nature Knowledge bersifat IST sedangkan Energi dan Materi bersifat Dependent to Space-Time (DST) - bergantung pada Ruang-Waktu.

Knowledge dan Kesadaran (Consciousness)
"Kesadaran" (Consciousness) adalah atribut dari Knowledge yang dihasilkan oleh perangkat Knowledge itu sendiri, yaitu seluruh alam semesta ini dan terutama manusia - makhluk dengan kompleksitas sangat tinggi - sebagai pusat kesadaran. Kesadaran inipun merupakan faktor yang dapat diukur, yang disebutkan sebagai Consciousness Element Factor (CEF).

Ada 3 tingkat kesadaran (CEF); Knowledge with Lower Consciousness (KLC), Knowledge with Medium Consciousness (KMC), dan Knowledge with Higher Consciousness (KHC).

Nilai k (Knowledge Value, KV) pada konstanta k yang sudah disinggung di atas, berkisar antara 10^-38 (skala Planck) hingga 9.0. 

Nilai k = 0; adalah plane of DEF.
Nilai k = 10^-38 CEF; adalah ranah quantum, dan berlaku untuk pengaruh DEF pada alam.
Nilai k < 1.0 CEF; adalah ranah fisik.
Nilai k < 1.0 - 4.0 CEF adalah ranah biological.
Nilai k = 1.0 < 3.0 CEF berlaku untuk KLC
Nilai k = 3.0 < 5.0 CEF berlaku untuk KMC
Nilai k = 5.0 - 9.0 CEF berlaku untuk KHC
Nilai k = > 9.0 - infinite CEF; berlaku untuk ranah beyond human - The Universe in Cosmic scales.

Knowledge dan Wisdom
Adalah sangat wajar bila anda harus mengulang membaca tulisan di atas dari awal hingga beberapa kali. Saya sendiri masih harus belajar banyak dan mungkin terlalu berani menulisakannya dengan modal pengetahuan yang terbatas ini. Betapa banyak informasi yang saya terima dalam waktu relatif singkat. Memahami suatu pengetahuan adalah dengan mengkonsumsinya secara perlahan. Gelas yang sudah penuh dengan air, maka air berikutnya pasti akan tumpah. Memahami pengetahuan ini, anda harus menjaga agar gelas tidak tumpah. Dan setiap pengetahuan baru yang masuk akan memperbesar ukuran gelas anda. Maka, "Baca"-lah.

Jika anda memahami baik-baik tulisan saya di atas yang merupakan ringkasan dari banyak sumber, maka anda akan mulai melihat suatu. Sebuah "pencerahan", cahaya yang menerangi jalan gelap di depan kita. Bagaikan telah diteranginya di hadapan, dan kita perlahan-lahan mulai melihat jembatan di atas jurang di depan kita yang tadinya tidak tampak. Perlahan-lahan pun kita memulai melangkah setapak demi setapak. Jembatan inilah yang menjadi puncak pencarian manusia. Inilah titian menuju kebenaran hakiki. Bukan doktrin atau ajaran semata, melainkan melalui logika.

Lihatlah pada skala nilai k di atas. Jika anda membacanya dari atas ke bawah, maka anda menggunakan metode D-I-K-W (Data - Information - Knowledge - Wisdom). Sekarang saya mengajak anda membacanya dari bawah ke atas (Inverted Paradigm Method), maka anda akan menggunakan metode W-K-I-D (Wisdom - Knowledge - Information - Data). Dan metode WKID inilah yang benar. Inilah prinsip Nature Knowledge Theory (NKT). 

Alam semesta adalah beyond human. Alam semesta memiliki Factor Kesadaran (CEF) tertinggi sampai tak terhingga. Di sana terdapat Knowledge tertinggi. Aidan Randleconde, ilmuwan dari CERN menyebutkan, "The Universe knows something we don't. And it acts on cosmic scales."

Alam adalah sebuah kesadaran.
Kesadaran adalah atribut dari knowledge.
Knowledge bersifat IST.
Dengan sifatnya yang IST itu maka ia eksis secara entanglement.
Dengan sifat dan eksitensinya yang seperti itu, maka ia eksis dalam kesatuan.
Maka, alam adalah hasil dari sebuah Wisdom.

Renungan 2
Entah bagaimana saya bisa menjelaskan dengan kata-kata di sini. Entah berapa lama saya sudah merenungkan semua ini. Bahkan, butuh satu tahun bagi saya untuk menuliskan "Cosmic Religion".

Jika anda telah menonton video wawancara dengan llewellyn vaughan-lee di dalam tulisan saya Cosmic Religion, maka anda akan menemui pernyataan; jika anda bermeditasi pada tingkat terdalam (samadhi), maka anda akan berada di sebuah plane. Hanya Knowledge yang eksis di sana. Jika anda mencapai plane ini, maka anda akan tahu segalanya. Anda akan tahu apa yang deketahui oleh Tuhan. Dan pengetahuan ini bersifat Independent to Space-Time. Anda tahu waktu lalu, waktu depan, pada segala ruang. Ini adalah fakta. Jika anda mengarungi lautan spiritual itu, maka anda tahu bahwa saya benar.

Saya akan mengajak anda berpikir. Ini adalah sebuah deduksi. Bagaimana dengan "Wisdom"? Apa itu? dan jika diterapkan dalam skala CEF, berapakah nilai k -nya? Saya akan menjawab; Wisdom adalah k dengan nilai tak terukur. Ia adalah sebuah "Kehendak" yang manifestasinya adalah Knowledge itu sendiri. Dengan begitu, Wisdom adalah Tuhan. Tuhan berkehendak maka jadilah segalanya.

Space-Time is an Illusion
DR. MD Santo berkata, Space-Time adalah sebuah ilusi. Saya setuju. Karena memang alam ini adalah semu, fana, maya, tidak nyata. Alam ini adalah sebuah proyeksi atau manifestasi dari Satu Entity; Tuhan. Hanya ada Satu Zat. Satu Realita. Satu Realita yang hakiki. Tuhan.
Tunggu dulu, pernyataan ini seperti doktrin! Bagaimana saya bisa sampai meyakini bahwa ruang dan waktu adalah ilusi? Dan bagaimana saya sampai berani menyalahi komitmen saya sendiri bahwa saya tidak bisa menerima doktrin, apalagi menyampaikan kepada anda doktrin seperti ini? Apakah ada penjelasan yang lebih baik?

Tentu saya akan berusaha semampu saya dan sebaik mungkin untuk menjelaskannya kepada anda, dan bukan doktrin semata. Jika anda percaya Tidak ada Tuhan selain Tuhan, dan hanya ada Satu Tuhan, dan anda sepaham dengan saya bahwa Tuhan adalah sebuah Medium (maafkan saya harus memilih kata 'medium', karena tidak ada kata lain yang cocok untuk menyampaikan maksud saya. Dan untuk menjelaskan 'medium' ini, saya anjurkan anda membaca artikel saya sebelumnya, "Cosmic Religion"), maka semua ciptaan Tuhan, walaupun cukup nyata/real bagi kita, tidak mungkin berada sejajar dengan Penciptanya. Alam yang real bagi kita hanya real di semesta ini dan hanya dirasakan oleh makhluk yang ada di dalamnya. Alam ini dan semua isinya termasuk manusia berada di dalam sebuah konstruksi imajiner scientific, yang dihasilkan oleh (manifestasi dari) sebuah kehendak. Sebuah Wisdom.

Alam ini, yang terkonstruksi dari Space-Time dengan bahan dasar Materi dan Energi, adalah ilusi. Realita yang hakiki adalah Tuhan itu sendiri. God is the ultimate of Reality.

Renungan 3
Apakah sudah saatnya Wisdom itu dikaitkan langsung dengan atau sebagai Tuhan? Apakah tidak terlalu dini? Hal ini terdenger sangat tidak scientific. Apakah memang sudah saatnya pemisahan antara science dan Tuhan ditentukan di sini?

Semua manifestasi Tuhan adalah scientific. Satu-satunya yang tidak scientific adalah Tuhan itu sendiri. Jadi, YA, inilah batasan akhir science. Science sudah pada pencapaiannya yang tertinggi, dimana science menemukan sebentuk Wisdom yang menjadi penyebab segala sesuatu di alam ini.

Lalu mengapa dikatakan bahwa alam tidak berawal dan tidak berakhir? Jawabannya adalah karena Tuhan tidak berawal dan tidak berakhir. Tapi alam ini juga memiliki awal dan akhir - yaitu ketika Tuhan menghendakinya untuk berakhir.

Bagaikan anda yang sedang melamun, anda bisa mematikan lamunan anda kapan saja bila anda menghendakinya, tanpa anda sendiri harus mati. Begitulah kira-kira analogi paling sederhana untuk menjelaskannya.

Alam ini adalah manifestasi dari Zat yang Maha Satu. Alam ini, dari mulai fisik, hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah Zat, yaitu Tuhan. God is the ultimate Wisdom in which we all exist.

The Knowledge
Seperti seorang penyidik, yang secara perlahan mulai menemukan petunjuk dari berbagai sumber informasi yang didapatnya, mengarahkannya pada kebenaran yang dicari. Ada informasi yang bersifat mengecoh, dan ada kalanya ia harus kembali ke titik awal. Namun seperti prinsip Occam's Razor; bila cukup banyak sumber yang memberikan informasi serupa, maka sangat besar kemungkinannya bahwa informasi itu adalah benar.

"The Knowledge", dalam sanskrit; "Veda", adalah hasil dari sebuah Wisdom, Brahman, Tuhan, Allah, Dia Zat Yang Maha SATU dengan banyak nama. Oleh karena itu manusia haruslah mem-"baca", knowledge yang ada di alam ini. Karena knowledge berasal dari Tuhan. Dan tidak hanya di Ajaran Sufi (Islam) dan Hindu, saya sangat menyakini bahwa hal serupa juga ada di ajaran lainnya. Walaupun saya tidak akan sempat mendalaminya satu-per-satu, namun sudah cukup banyak petunjuk-petunjuk yang seharusnya kita tanggapi dan pikirkan secara serius. Bila anda merasa kurang, maka anda bebas mengkajinya terus menerus dan kita bisa berdiskusi bebas, hingga tutup usia kita di alam fana ini.

Begitu banyak pertanyaan yang ingin dijawab. Jawaban yang ditemukan seringnya merupakan pertanyaan baru. Banyak misteri yang belum terungkap, setidaknya science belum bisa menjamahnya. Manusia hanya bisa mengandalkan alam pikirannya dan petunjuk-petunjuk bijak manusia terdahulu, para pemikir, dan para Nabi beserta ajaran mereka, untuk menerobos masuk dan menjamah apa yang mampu dijamahnya. Kepada siapa lagi manusia harus bertanya? Hanya kepada pemilik alam ini. Kepada Sang Pencipta semua pertanyaan akan terjawab. Dan manusia harus menemukan caranya. Dan inilah motivasi terbesar untuk menjalani perjalanan fisik maupuan spiritual ini.

Termasuk menjawab satu misteri lain yang cukup menggelitik rasa ingin tahu saya, dengan bermodalkan pengetahuan ini, bisakah kita menjelaskan asal-usul manusia? Apakah ini berarti manusia tidak berkembang melalui proses DIKW melainkan WKID? Bagaimana menjelaskannya? Sejak kapan makhluk dengan tingkat kesadaran tinggi ini ada di alam ini? Apakah sebenarnya dulu manusia adalah makhluk spiritual murni yang kemudian devolve menjadi makhluk berjasad fisik seperti sekarang?-------------------------------

Dari Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah SAW telah bersabda : " Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman : Barangsiapa yang memusuhi waliKu (orang yang setia padaku), maka sesungguhnya aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada seorang hambaku yang bertaqarrub (beramal) kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Ku cintai hanya dari ia menunaikan semua yang ku fardhukan ke atas dirinya. Dan hendaklah hambaKu sentiasa bertaqarrub dirinya kepadaKu dengan nawafil (ibadat sunat) sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, nescaya adalah Aku sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sekiranya ia meminta kepadaKu nescaya Aku berikan kepadanya, dan sekiranya ia memohon perlindungan kepadaKu nescaya Aku lindungi ia (Hadis Qudsi, 38)

“Wahai anak Adam, Aku ciptakan engkau untuk diri-Ku, maka janganlah engkau bermain-main. Aku telah menanggung rezekimu, maka janganlah engkau menyusahkan dirimu pontang-panting hanya untuk mencari rezeki. Wahai anak Adam, carilah Aku, niscaya engkau akan mendapatkan-Ku. Jika engkau sudah mendapatkan-Ku, niscaya engkau akan mendapatkan segala sesuatu. Namun jika Aku tidak engkau dapatkan, maka segala sesuatu tidak engkau dapatkan. Dan Aku lebih mencintaimu lebih dari segala sesuatu” (hadis)

"Bukan kamu yang membunuh mereka, tetapi Allahlah yang membunuh mereka." (Al-Anfal: 17).

Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. (Injil, Yohanes 14:10)

Alam ini adalah manifestasi dari Zat yang Maha Satu. Alam ini, dari mulai fisik, hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah Zat, yaitu Tuhan. God is the ultimate Wisdom in which we all exist (Saint)

Dari beberapa dalil diatas, lagi-lagi ditemui kesalahan persepsi terhadap dalil-dalil ini yaitu adanya keyakinan wahdatul wujud atau persatuan wujud atau penyatuan yang meniadakan pemisahan antara Rabb dan hamba. Apapun jenis dan bentuknya bila itu merupakan persatuan wujud Allah SWT dengan hambaNya tidak dapat dibenarkan dan tidak memiliki landasan dalil yang membenarkan hal tersebut, dapat saya katakan, bahwa ilmu yang diperoleh dengan kesaksian dan dalil barulah adalah ilmu yang hakiki dan dalil-dalil diatas tidaklah bermakna seperti itu. Penyatuan yang tertolak ini adalah penyatuan Dzat Allah SWT dengan ciptaanNya.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu Sesungguhnya Allah menggenggam bumi atau bumi-bumi dan langit-langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia berfirman : "Aku Raja". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., bahwasanya Nabi saw bersabda, telah Berfirman Allah ta’ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia) telah mendustakanku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku padahal mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah perkataanya, “Dia tidak akan menciptakankan aku kembali sebagaimana Dia pertama kali menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah mati)”, adapun celaan mereka kepadaku adalah ucapannya, “Allah telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada bagiKu satupun yang menyerupai”.  (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga oleh an-Nasa-i)

Tentu saya akan berusaha semampu saya dan sebaik mungkin untuk menjelaskannya kepada anda, dan bukan doktrin semata. Jika anda percaya Tidak ada Tuhan selain Tuhan, dan hanya ada Satu Tuhan, dan anda sepaham dengan saya bahwa Tuhan adalah sebuah Medium (maafkan saya harus memilih kata 'medium', karena tidak ada kata lain yang cocok untuk menyampaikan maksud saya. Dan untuk menjelaskan 'medium' ini, saya anjurkan anda membaca artikel saya sebelumnya, "Cosmic Religion"), maka semua ciptaan Tuhan, walaupun cukup nyata/real bagi kita, tidak mungkin berada sejajar dengan Penciptanya. Alam yang real bagi kita hanya real di semesta ini dan hanya dirasakan oleh makhluk yang ada di dalamnya. Alam ini dan semua isinya termasuk manusia berada di dalam sebuah konstruksi imajiner scientific, yang dihasilkan oleh (manifestasi dari) sebuah kehendak. Sebuah Wisdom. (saint)

Dua hadis diatas menggambarkan perbedaan wujud Allah SWT dengan segala makhluk ciptaanNya yang berupa alam semesta, isinya/materinya dan manusia. Dan sebagai bukti perbedaanNya pula, Allah SWT menjelaskan pula tempat bersemayamNya, yaitu diatas ‘Arsy dan letak ‘ArsyNya adalah diatas surga Firdaus yang dikatakan disanalah kelak manusia dapat melihat wajah Allah SWT sebagai kenikmatan tertinggi. Hal ini adalah bukti nyata bahwa Allah SWT berbeda dari ciptaanNya dan bukti yang paling nyata adalah bukti saat nabi Musa as berkeinginan melihat Allah SWT secara langsung, baru tabir Allah SWT saja gunung Sinai (Thursina) menjadi hancur luluh dan nabi Musa as sendiri pingsan. Namun Allah SWT bisa berada dekat pada hambaNya dan tempat yang paling dekat adalah dikala sujud.

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." QS. Al A'raaf: 143

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. QS. Al A'raaf: 54

Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohon-lah kepada-Nya Surga Firdaus. Sesungguhnya ia (adalah) Surga yang paling utama dan paling tinggi. Di atasnya terdapat ‘Arsy Allah yang Maha Pengasih. Hadits riwayat Imam Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Abi ‘Ashim dari Abu Hurairah.

Apa yang telah dicapai para fisikawan di dalam sumber literatur diatas?

“Anda sekarang mengerti dan sependapat mengapa pencarian partikel Higgs menjadi sangat penting? Tanpa Higgs, maka tidak ada massa, tanpa massa maka alam ini tidak eksis. Begitulah kira-kira bagaimana cara mudah untuk mengerti pentingnya partikel Higgs ini.

Nah, saya kembalikan ke electron. Electron adalah partikel fundamental, maka dimana massa-nya? Apakah ia harus didampingi oleh partikel Higgs agar ia memilki massa? Bila ya, maka electron bukan lagi partikel fundamental. Tapi electron adalah particle fundamental! Jadi bagaimana ia bisa memiliki massa tanpa harus didampingi Higgs?

Jawabannya ada pada sifat sesungguhnya dari Higgs itu sendiri. Atau dalam hal ini saya akan mengganti Higgs dengan DEF, karena kajian DEF yang akan membawa kita ke kesimpulan akhir dari tulisan ini. Dan mulai dari sini saya juga akan memasukkan deduksi saya dari apa yang telah saya pelajari.

DEF yang terdiri dari Knowon+Graviton adalah berupa medan atau field (sama dengan istilah Higgs field). Medan inilah yang memberikan massa pada materi. Bayangkan sebuah lautan. Jika ada benda di atas air, semakin berat, permukaan benda tersebut akan masuk lebih dalam ke air dibandingkan dengan benda yang lebih ringan. Benda yang lebih berat akan lebih sulit bergerak ketimbang benda yang lebih ringan. Interaksi antar benda dengan air ini serupa dengan interaksi materi dengan DEF. Massa suatu obyek ditentukan oleh sebanyak apa partikel pada obyek tersebut berinteraksi dengan DEF.

DEF memberi massa pada semua pertikel ber-string terbuka. DEF sendiri bersifat IST yaitu ia terlepas dari pengaruh ruang dan waktu. DEF berinteraksi secara entanglement. Jika anda cukup familiar dengan istilah ini, interaksinya tidak dipengaruhi jarak dan waktu. Satu Knowon berinteraksi dengan Knowon lainnya walaupun terpisah oleh jarak yang sangat jauh, dikarenakan oleh sifatnya yang IST ini.

DEF mempengaruhi alam ini dengan sifatnya yang psychosomatic - Hasil dari sesuatu dapat dirasakan/nyata karena sesuatu itu ada. Bagaikan anda terkena sakit pada tubuh anda bukan karena sebab fisik lainnya, melainkan karena pikiran anda sendiri (psycho). Begitu kira-kira DEF berperan pada alam ini. Contoh nyata dari implikasi DEF pada alam ini selain memberikan massa adalah mengembangnya alam semesta. DEF inilah Dark Energy yang diyakini ada oleh para ilmuwan. Dark Energy dan Dark Matter yang memenuhi 75% alam ini tidak bisa diketahui struktur internalnya - tidak dapat diketahui terbuat dari apa Dark Matter dan Dark Energy ini, tapi pengaruhnya nyata bagi alam semesta - yaitu membuat alam semesta ini mengembang. Inilah sifat yang disebut psychosomatic.

Alam ini adalah manifestasi dari Zat yang Maha Satu. Alam ini, dari mulai fisik, hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah Zat, yaitu Tuhan. God is the ultimate Wisdom in which we all exist (Saint)”

Bisa jadi apa yang telah dicari, diyakini dan ditemukan di dalam dunia saint fisika ini seperti dalam cuplikan sumber literatur, adalah merupakan gambaran/konsep bagian rana/lingkup dari “Kursi” Allah SWT saja. Yaitu penjelasan tentang DEF atau Dark Matter dan Dark Energy. Jadi seharusnya “Alam ini adalah manifestasi dari Zat “Kursi” ciptaanNya. Alam ini, dari mulai fisik, hingga biologis, termasuk manusia, exist pada sebuah Zat, yaitu “Kursi” ciptaanNya. “Kursi” is the representative of ultimate Wisdom in which we all exist”. Mengapa bukan ‘Arsy? Karena ‘Arsy lebih tinggi dari “Kursi” dan ‘Arsy eksis diatas alam surga, bukan alam dimana bumi berada. Namun bisa saja alam bumi dan alam surga bisa dalam cakupan “Kursi” karena walau sifatnya kekal tapi kekal terbatas selama Allah SWT mengendaki kekekalannya, termaksud alam surga dan neraka walau lebih kekal dari alam semesta ini namun bisa pula kekekalannya sebatas yang Allah SWT kehendaki pula. ‘Arsy diluar batasan saint sedangkan “Kursi” didalam batasan saint. Definisi kata “Kursi” adalah alat rumah tangga berupa tempat duduk atau alat tempat melekatnya/beradanya manusia yang bersender untuk keseimbangan tubuh dikala duduk padanya, jadi “Kursi” lah tempat melekatnya atau beradanya semua materi yakni alam semesta ini juga termaksud manusia untuk keberadaannya sementara waktu ini.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. QS. Al Baqarah: 255

Cuplikan Sumber Literatur

Apakah yang dimaksud dengan ‘arsy dan kursi itu?

Dengan menggunakan ayat-ayat dan hadis, para penafsir al-Quran memberikan beberapa kemungkinan makna terhadap ‘arsy dan kursi. Sebagian mengatakan, ‘arsy dan kursi adalah satu sesuatu yang memiliki dua nama, keduanya merupakan makna kiasan yang muncul dari sebuah maqam dimana masalah pengaturan dunia bersumber darinya.

Sebagian lainnya meyakini bahwa:
  1. Yang dimaksud dengan kursi adalah wilayah dan pengaruh ilmu Ilahi yaitu pengetahuan Tuhan yang meliputi seluruh langit dan bumi, dan tidak ada sesuatu yang keluar dari batasan ilmu Ilahi.
  2. ‘arsy dan kursi merupakan sebuah kedudukan kesultanan dan kebijakan Ilahi. Kursi adalah cakupan dan pengaruh Tuhan atas majemuk alam materi termasuk bumi, bintang-bintang, galaksi dan nebula, sedangkan ‘arsy adalah cakupan dan pengaruh Tuhan atas alam-alam ruh, malaikat dan dunia metafisik tabiat.
  3. ‘arsy merupakan sebuah eksistensi yang khas dan hakiki, bukan penafsiran dari maqam ketuhanan, sementara kursi adalah sebuah eksistensi yang lebih luas dari langit-langit dan bumi yang terlingkupi dari segala sisi.
  4. Pada sebagian ayat, ‘arsy adalah sebuah eksistensi hakiki, dan pada tempat lain makna ‘arsy merupakan makna kiasan.

Makna ‘Arsy :
‘arsy secara leksikal berarti tahta, singgasana kerajaan dan tahta Rabbul ‘Alamin yang tidak bisa didefinisikan.[1] ‘arsy pada prinsipnya berarti sesuatu yang memiliki atap, dan jamaknya adalah ‘urusy. Tempat duduk raja juga disebut sebagai ‘arsy. Ini karena melihat ketinggiannya.[2]

Kursi adalah tahta, ilmu, pengetahuan, harta, kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.[3]

Dalam Al-Quran, selain langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya, terdapat pula dua eksistensi lain dengan nama ‘arsy dan kursi.

Mengenai pengertian kata ‘arsy dan kursi, dengan menggunakan ayat-ayat dan riwayat-riwayat dari para Imam Maksum As, para penafsir al-Quran menyatakan kemungkinan-kemungkinan berikut:

Sebagian memberikan kemungkinan bahwa ‘arsy dan kursi merupakan satu sesuatu yang memiliki dua nama, ‘arsy menunjukkan pada monarki kesultanan dan kekuasaan, sedangkan kursi menunjukkan pada kredibilitas yang lebih baik, pemimpin para penguasa dan markas kepemimpinan, keduanya merupakan intepretasi nominatif dari sebuah tingkatan dimana persoalan pengaturan alam bersumber darinya.[4]

Dalam Al-Quran, ‘arsy dengan makna tahta digunakan sebanyak empat kali (yaitu dalam surah-surah Yusuf ayat 100, dan surah An- Nahl ayat: 23, 38 dan 42), sedangkan ‘arsy Ilahi diisyaratkan sebanyak 21 kali. Isyarat-isyarat ini biasanya bercorak nisbi; ayat-ayat ‘arsy juga merupakan salah satu ayat mutasyabihat yang penting dalam al-Quran.[5]

Sementara itu, kemungkinan-kemungkinan makna mengenai kata ‘arsy Ilahi ini diantaranya adalah:
  1. Mungkin yang dimaksud dengan ‘arsy tak lain adalah maqam kesultanan dan kebijakan Ilahi, terutama karena biasanya dalam al-Quran al Karim setelah kata ‘arsy akan diikuti dengan kata kebijakan atau misdaknya, seperti, “…  kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy untuk mengatur segala urusan.” [6] 
  2. Kemungkinan kedua, ‘arsy adalah nama sebuah eksistensi yang khas dan nyata, seperti, “... dan Dia-lah Tuhan yang memiliki ‘arsy yang agung.”[7]. Dari lahiriah ayat ini dapat disimpulkan bahwa ‘arsy merupakan sebuah eksistensi dimana Tuhan adalah Pengatur segala urusan. Dengan memperhatikan ayat berikut, “Para malaikat yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhan”[8], maka yang dimaksud pada ayat di atas (“... dan Dia-lah Tuhan yang memiliki ‘arsy yang agung.”) tidak menutup kemungkinan bahwa ‘arsy merupakan sebuah eksistensi yang nyata dan hakiki.
  3. Kemungkinan ketiga dalam makna ‘arsy adalah kumpulan antara dua makna dan detil ayat-ayat, yaitu, dalam sebagian ayat, ‘arsy adalah eksistensi yang hakiki dan nyata, dan pada sebagian ayat lainnya, makna ‘arsy ditafsirkan bermakna kiasan.[9]

Mengenai makna ‘arsy ini Allamah Thabathabai mengatakan, ‘arsy merupakan sebuah hakikat dari hakikat-hakikat luaran, sedangkan ayat berikut, “… kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy”, selain merupakan sebuah perumpamaan dimana cakupan kebijakan Tuhan termanifestasi dalam kepemilikan-Nya, juga menunjukkan bahwa di antara semuanya ini terdapat juga hakikat yang diantaranya tak lain adalah tingkatan dimana keseluruhan persoalan terkumpul di sana. Dari lahiriah ayat-ayat (Mukmin: 7,  Al-Haqqah: 17 dan Az-Zumar: 74) diketahui bahwa arsy adalah sebuah hakikat dari hakikat-hakikat luar.[10]

Berdasarkan apa yang bisa disimpulkan dari riwayat-riwayat yang membahas makna ‘arsy ditemukan bahwa ‘arsy merupakan sebuah eksistensi hakiki yang disebutkan siapa para pembawanya. Suatu ketika kepada Imam Shadiq As ditanyakan mengenai ‘arsy dan kursi, dalam menjawab pertanyaan ini beliau bersabda, “Sesungguhnya ‘arsy memiliki sifat yang banyak dan berfariasi”[11], dimana saja al-Quran menyebutkan tentang kata ‘arsy dalam kaitan dengan momen tertentu, maka ia akan menyebutkan sifat yang berkaitan dengan maksud tersebut, misalnya dalam kalimat "Rabbul arsyil azhim,” ‘arsy adzim di sini bermakna kepemilikan yang agung, sedangkan pada kalimat “al-Rahman ‘alal arsyi istawa,” bermakna bahwa Tuhan menguasai kepemilikan-Nya dan hal ini tak lain adalah ilmu dan pengetahuan-Nya terhadap kebagaimanaan benda. Kalimat ini, apabila dirangkaikan dengan kursi, maka akan memiliki makna selain makna kursi, karena ‘arsy dan kursi merupakan dua pintu dari pintu-pintu gaib terbesar dan mereka sendiripun adalah gaib, dan dalam hal kegaiban, mereka adalah sama, dengan perbedaan bahwa kursi berada pada lahiriah gaib itu, dimana terbitnya segala sesuatu yang baru berasal dari sana dan fenomena segala benda berasal dari pintu tersebut, sedangkan ‘arsy merupakan batinnya, yaitu ilmu dan kualitas eksistensi dan keberadaan mereka, jumlah, batasan dan tempat mereka, demikian juga kemauan, sifat kehendak, ilmu pengetahuan, gerak, meninggalkan, ilmu terhadap permulaan eksistensi, seluruhnya berasal dari pintu tersebut.

Jadi ‘arsy dan kursi, adalah dua pintu yang saling berdekatan, hanya saja pemilik ‘arsy, bukan pemilik kursi dan ilmunya lebih gaib dan lebih tersembunyi dari ilmu kursi.[12]

Syeikh Saduq dalam penjelasannya mengenai kalimat “Tsumma al-arsy fi al-washl mutaffaridun minal kursi,” berkata, “Arsy lebih utama dari kursi dan efektifitas di dalamnya tanpa perantara, ‘arsy dan kursi merupakan dua buah eksistensi dari eksistensi-eksistensi malakuti yang gaib dari pemahaman.” [13]

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw yang bersabda, “Sesungguhnya matahari, bulan dan bintang-bintang berasal dari cahaya ‘arsy Tuhan Sang Pencipta”[14]

Makna Kursi :
Kata kursi, hanya disebutkan satu kali dalam al-Quran, yaitu pada ayat, “Kursi Allah meliputi langit dan bumi”[15] dan dalam makna tersebut telah disebutkan beberapa kemungkinan berikut:
  1. Kursi; yaitu daerah kekuasaan dan perumpamaan atas tingkat pemerintahan. Dengan makna ini dimana kekuasaan Tuhan meliputi seluruh langit-langit dan bumi, dan cakupan dan batasan-Nya meliputi seluruhnya, dengan demikian kursi Tuhan merupakan majemuk alam materi baik yang berupa bumi, bintang-bintang, galaksi maupun nebula-nebula. Berdasarkan makna kursi ini, ‘arsy seharusnya merupakan sebuah tingkatan yang lebih tinggi dari alam materi. Dalam keadaan ini makna ‘arsy adalah alam arwah dan malaikat-malaikat serta dunia meta fisika.[16]
  2. Kemungkinan kedua, yang dimaksud dengan kursi adalah sebuah wilayah cakupan pengetahuan Tuhan, yaitu ilmu Tuhan yang meliputi keseluruhan langit-langit dan bumi dan tidak ada sesuatu yang keluar dari batasan ilmu Tuhan.[17] Teori ini diperkuat dengan sebuah riwayat dari Imam Shadiq As, dimana kepada beliau ditanyakan, “Apa yang dimaksud dengan kursi dalam ayat “Kursi Allah meliputi langit dan bumi”, dan beliau menjawab, “Ilmu-Nya”[18] Demikian juga dalam makna kursi beliau bersabda, “Kursi adalah ilmu khusus Tuhan yang tidak seorangpun (bahkan para nabi) memiliki pengetahuan atasnya.”[19]
  3. Sedangkan kemungkinan ketiga dalam makna kursi ini adalah, kursi merupakan sebuah wksistensi yang lebih luas dari seluruh langit-langit dan bumi yang melingkupi dan mengelilingi mereka dari segala arah.

Ketika ditanyakan kepada Imam Ali As mengenai kursi, beliau bersabda, “Al-kursi muhitun bissamawati walardh wa mabainahum wa ma tahta tsara.”[20] “Kursi berada di atas bumi dan langit-langit dan mengelilingi apapun yang berada di antara keduanya dan apapun yang berada pada kedalaman bumi.”[21] Tentunya, sebagaimana yang terlihat, dalam riwayat ini kursi juga dianggap sebagai sebuah eksistensi yang hakiki dan nyata. Menurut keyakinan para penulis tafsir Namuneh, tidak ada saling kontradiksi dalam ketiga, karena yang dimaksud dengan kursi dalam ayat “Kursi Allah meliputi langit dan bumi” bisa juga mengisyarahkan pada pengaruh kekuasaan mutlak dan kekuatanTuhan di langit-langit dan bumi dan juga pengaruh ilmu-Nya serta dunia yang lebih luas dari dunia ini yang meliputi langit dan bumi.[22]


[1] . Shafi Pur, Abdul Karim, Muntahâ al-Arb, jil. 3 dan 4, bab al-‘Ain, hal. 1716.
[2] . Raghib Ishfahani, Mufradat Alfâzh-e Qurân, klausul ‘arsy.
[3] . Shafi Pur, Abdul Karim, Muntahâ Al-Arb, jil. 3 dan 4, bab al-Kaf, hal. 1090.
[4] . Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi, Ma’ârif-e Qurân, jil 1-3, hal. 248.
[5] . Khuramsyahi, Bahauddin, Dânesy-nâmeh-ye Qurân, jil. 2, hal. 1445-1446.
[6] . Qs. Yunus: 3.
[7] . Qs. At-Taubah: 129
[8] . Qs. Ghafir: 7
[9] . Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi, Ma’ârif-e Qurân, jil. 1-3, hal. 249-250.
[10] . Syams, Murad Ali, Ba Allamah dar Al-Mizân, jil. 2, hal. 165-166.
[11] . Tauhid Shaduq, hal. 321-322, hadis 1, bab 50.
[12] . Al-Mizân (Terjemah), jil.8, hal 206.
[13] . Tauhid Shaduq, hal. 321-322, bab 50.
[14] . Al-Durr al-Mantsur, jil.3, hal. 477; Bihârul Anwâr, jil. 55, hal. 210.
[15] . Qs. Al-Baqarah: 255.
[16] . Tafsir Namuneh, jil. 2, hal. 200-201.
[17] . Al-Mizan (Terjemah), jil. 2, hal. 513; Tafsir Namuneh, jil. 2, hal. 200-201.
[18] . At-Tauhid, hal. 327.
[19] . Ma’âni Al-Akhbâr, hal. 29, hadis 1; Tafsir Burhan, jil. 1, hal. 240, hadis 6.
[20] . Tafsir Nur Ats-Tsaqalain, jil. 8, hal. 260, hadis 1042.
[21] . Tafsir Namuneh, jil. 2, hal. 200-201
[22] . Tafsir Namuneh, jil. 2, hal. 200-201


Ilmu Tauhid dan Tarekat dalam ilmu tasawuf dalam puncaknya mencari pengenalan kepada Allah SWT, atau saat mencapainya akan dikenalkan dan ditunjukkan pada konsep Ketuhanan dan konsep pengendalian alam semesta, hingga bila sampai pada tataran tersebut pertanyaan-pertanyaan manusiawi dapat terjawab seperti Mengapa Allah SWT layak menjadi Tuhan, Keesaan Tuhan dalam mengatur segala urusan dan bagaimana pengaturan alam semesta mudah buat Tuhan, termaksud pertanyaan manusia untuk apa mereka diciptakan yang berakar pada pengenalan diri dan mengapa Tuhan layak disembah, konsep ini berkaitan dengan pengelihatan, pendengaran dan pengetahuan secara batin dan lahir manusia akan Tuhan yang maha Esa, dimana hal yang batin dan tabirnya dapat dibuka melalui pengelihatan dan pendengaran hati. Puncak ini berupa penyatuan sifat (sifat yang diberi ke manusia, bukan pada sifat yang khusus dimiliki Allah SWT) dan penyatuan ilmu dalam rububiyah dan uluhiyah kepada Allah SWT namun bukan untuk penyatuan wujud (Dzat), selain itu juga ada pemisahan atau penyendirian Allah SWT berupa sifat dan asma, tindakan, kehendakNya, wujud, yang Mencipta dan yang dicipta. Pada puncak setiap ilmu, baik keagamaan dan ilmu dunia semua akan bermuara pada penemuan keeksisan Allah SWT bila mereka benar dalam pencariannya. Dan penelaahan pucuk penemuan itu, adalah pencarian kebenaran siapakah adanya Tuhan, yang tanpa disadari banyak orang jawabannya telah terpenuhi keseluruhan di dalam Islam.

“Wahai anak Adam, carilah Aku, niscaya engkau akan mendapatkan-Ku. Jika engkau sudah mendapatkan-Ku, niscaya engkau akan mendapatkan segala sesuatu. Namun jika Aku tidak engkau dapatkan, maka segala sesuatu tidak engkau dapatkan. Dan Aku lebih mencintaimu lebih dari segala sesuatu”

Hasil pencarian ini, pengelihatan ini seakan-akan termaktum semua kedalam surat pertama dalam Quran yakni Al-Faatihah, yaitu penglihatan manusia itu yang membuat pengakuan dan pujian yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT secara lahir dan batin, mengakui sebagai Tuhan yang menguasai dan mengendalikan semesta alam, pengakuan kepada nikmat, rahmat dan karuniaNya yang diberikanNya, pengakuan akan adanya balasan dan keimanan akan adanya hari pembalasan tersebut, pengakuan akan kelayakan Allah SWT sebagai satu-satunya yang layak disembah dan sebagai satu-satunya penolong dan akhirnya adalah benar-benar dari kalbu akan kesimpulan tentang kelemahan diri, ketakutan dan harapan agar ditunjukkan jalan yang lurus yaitu jalan orang yang diberi nikmat bukan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.

…… maka apabila Aku telah mencintainya, nescaya adalah Aku sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sekiranya ia meminta kepadaKu nescaya Aku berikan kepadanya, dan sekiranya ia memohon perlindungan kepadaKu nescaya Aku lindungi ia (Hadis Qudsi, 38)

"Bukan kamu yang membunuh mereka, tetapi Allahlah yang membunuh mereka." (Al-Anfal: 17).

Makna yang terkandung di dalam dalil ini tidak tepat untuk dikatakan sebagai persatuan wujud, namun yang lebih tepat adalah pengaruh perwujudan “ihsan” sebagai rasa keimanan tertinggi, yaitu “engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Ihsan ini juga menjelaskan berbedanya Allah SWT dari makhluk ciptaanNya, yang dikatakan “seolah-olah melihat”. Yang dimaksud seolah-olah melihat Allah SWT adalah ketika kita melihat, merasa, mendengar atau memakai keseluruhan indra, kita melihat dan menyadari bahwa seluruh objek yang ada adalah ciptaan Allah SWT atau sebagai persaksian/perwujudan keeksisan Allah SWT. Kita melihat seluruh alam dan bahkan diri sendiri adalah perwujudan dari ciptaanNya yang memberi arti lain akan adanya kebenaran perwujudan Dzat Allah SWT itu sendiri itulah bagian ihsan. Dari pengelihatan, pendengaran dan indra lainnya itulah kita melihat ciptaan Allah SWT yang kita merasakan seolah-olah hadirnya Allah SWT lewat ciptaanNya (namun bukan dalam bentuk penyatuan dzat). Maka lazimnya ini yang disebut “karena Allah bersama Allah” yaitu seluruh sebab, seluruh akibat, pemberi tujuan dan penerima tujuan dinisbatkan berasal dan kembali kepada Allah SWT, baik diinpletasikan kedalam hukum-hukumNya, perintah dan larangan yang faedah manfaatnya kembali kepada kita.

Perkataan “sebelum melihat sesuatu saya melihat Allah” atau “sesudah melihat sesuatu saya melihat Allah”, “mendengar, merasa, dan segala pemakaian indra ada perwujudan Allah sebelum atau sesudahnya”, bukan melihat wujud Allah secara langsung melainkan seolah-olah melihatNya. Bila telah sampai pada paham ihsan ini membuat seseorang merasa tiap geraknya, tiap detiknya adalah bernilai ibadah dan membuat orang selalu merasakan kebersamaan kepada penciptaNya, kebersamaan ini lahir karena hubungan timbal baliknya terhadap Allah SWT baik pengakuan lahiriah dan batiniah yang menfaatnya diberi kepada manusia itu sendiri.

Ambil contoh misalnya kadang seseorang berzikir secara lisan, kadang berzikir secara hati, kadang berzikir secara isyarat, yaitu misalnya ketika melihat pemandangan alam yang indah, kekaguman mata saat melihat pemandangan ini, dalam hal ini mengisyaratkan rasa ucapan pujian kepada pencipta dan pemilikNya sesungguhnya, hal ini terkoneksi langsung kepada pengingatan kepada Tuhan dihatinya saat bersamaan dengan pandangannya ketika melihat dan mengagumi pemandangan indah alam tersebut dan ini telah mendarah daging atau ilmu keagamaan telah sampai pada puncak persaksian dan perwujudannya, yang biasa disebut sebagai “marifat”. Anda bisa bertanya kepada diri Anda sendiri, ketika sedang menonton TV berapa lama anda ingat Allah SWT dan berapa lama Anda lupa, cobalah hitung menitnya sekali-kali. Apa yang Anda ingat ketika sesuatu tayangan menayangkan sesuatu masalah dunia baik atau buruk maupun tayangan hiburan, adakah pengaliran pemaham agama menyertai tontonan itu?

Bagi yang memahami ihsan pada puncaknya, apa yang ia rasa, ia dengar, ia lihat, ia raba, ia pegang, ia langkah, ia kecap, dsb secara bersamaan ia seakan-akan mengadakan flashback (kilas balik secara kilat) ia pun mengingat Allah SWT dengan tidak ada penyekutuan Allah SWT dengan sesuatu dan seolah-olah melihatNya dan kaitannya apa yang ia lihat terhadap Allah SWT, sifat-sifat dan asma, kehendak dan takdir, hukum-hukum, perintah dan laranganNya, dsb. yang terkoneksi dengan pemahaman dan pengajaran agama yang sesuai dengan apa yang lagi ia lakukan itu. Gambaran inilah “Aku sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya” ketika ia melihat yang baik ia terkoneksi kepada pujian penciptaNya dan terkoneksi kepada pemahaman apa yang mengalir sesuai dengan yang ia lihat, begitupun saat melihat yang buruk, ia terkoneksi meminta ampunan kepada pencipta dan hal-hal pemahaman hukum yang meyertai hal buruk yang ia lihat tersebut, atau terkoneksi flashback kesemua faedah agama Islam yang ada dan ketika itu pertama kali ia lakukan adalah ia seolah-olah melihat Allah SWT dengan tidak menyekutukanNya dan tobat dan juga ia langsung menimbang nilai baik buruk diri sendiri terhadap kandungan keimanan, ketaqwaan, hikmah, pelajaran, kabar, ampunan dan peringatan yang tertuang dari apa-apa yang terkonteks dari apa yang ia rasa, ia dengar, ia lihat, ia raba, ia pegang, ia langkah, ia kecap, dsb tersebut untuk selanjutnya diteruskan diwujudkan kedalam interaksi hubungan vertikal dan horizontalnya. Misalnya contoh yang lain, interaksi langsung yang berkenaan dengan sumber agama, ketika Anda sengaja atau tak sengaja mendengar atau melihat (mengalami) sebuah makna hikmah kejadian/takdir, ayat kauniyah, ayat Quran atau Hadis, yang awal adalah terbesit ihsan atau berada di zikir/pengingatan kepada Allah SWT dan bahwa keadaan itu adalah ditujukan pula buat Anda, entah untuk sebuah kabar, pelajaran dan perbaikan atau sebuah peringatan kepada nilai Anda, dengan nilai intropeksi diri ini Anda akan lebih membanguskan akhlak Anda untuk sebuah interaksi didepannya, bukankah seseorang tidak akan disesatkan melainkan telah terlebih dahulu ada kabar dan peringatan, berarti keadaan takdir apapun adalah bernilai positif kabar atau peringatan agar sempurna hikmah, keimanan dan ketaqwaan anda bila menerima, bertobat dan mengambil manfaatnya dan atau sempurna tersesat bila lupa atau sengaja melupakan hal tersebut.

Namun gambaran ini juga Allah SWT sendiri yang memberi petunjuk, hingga Allah SWT menjadi petunjuk (bersama Allah) dikala ia mendengar, melihat, memegang dan berjalan dan memilah faedah baik buruk dalam konteks agamanya. Gambaran ini masih jauh dari kenyataan yang sebenarnya lebih baik lagi dikala hati telah menyatu dalam ihsan. Hal yang pasti adalah munculnya Akhlak terpuji yang digambarkan contoh kesempurnaannya adalah akhlak nabi Muhammad SAW sebagai Al-Quran berjalan. Hal ini tercapai bila puncak syariat sebagai ilmu jasmani dan puncak ilmu batin atau ilmu hati terpenuhi. Ilmu hati adalah pelajaran akhlak.

Kenapa ihsan? karena keimanan tertinggi ihsan, dan kenikmatan tertinggi adalah melihat Allah SWT secara langsung. Nabi Musa as saja sudah diangkat nabi, sudah dikasih banyak mukzizat, juga sudah dikaruniai menjadi pemimpin sebuah kaum, membawa bani Israel dan menjauhkan dari Firaun masih ingin melihat Allah SWT secara langsung, begitupun dalam kisah-kisah nabi-nabi yang lain yang ingin melihat bukti-bukti hadirNya lebih banyak lagi, namun karena di dunia ini, tidak dapat melakukan hal tersebut maka sebagaimana seolah-olah melihat Allah SWT adalah seolah-olah benar-benar diberi kenikmatan tertinggi itu. Yaitu nilai ihsan akan menjadi benar-benar kenikmatan tertinggi di dunia karena segala sesuatu telah di dapat atau berada dalam genggaman. Begitupun hal yang sama, apa yang dilakukan oleh segala pintu-pintu yang ada pada keilmuan tasawuf haruslah bermuara kepada pengenalan Allah SWT dengan seolah-olah melihatNya namun tidak dalam konteks persatuan wujud atau menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, untuk mendapatkan segala sesuatu.

Mendapatkan segala sesuatu bukan berarti mendapat kelimpahan materi dunia, namun selayaknya dunia telah dalam genggaman namun Anda mengambil seperlunya saja dari dalam genggaman tersebut (nilai juhud, walau dihalalkan, pengambilan atau pengeluarannya dibatasi seperlu keadaan atau tidak tertolak karena memang bagian takdir rezeki Anda yang besar, tapi Anda bisa dalam sabar tingkat lain, yaitu sabar karena menahan dari keinginan sendiri, memakai rezeki besar itu seperlunya buat diri sendiri dan tidak berfoya-foya/berlebih-lebihan termaksud tidak dalam pemakaian yang tidak dihalalkan, mengeluarkan besar-besaran untuk agama dan orang lain yang membutuhkan, ini pun telah ada nilai juhudnya dan telah ada nilai syukurnya pula, nilai sabar dibawahnya, adalah sabar karena kehendak Allah SWT, seumpama rumah Anda kebanjiran/kebakaran, mau tidak mau Anda dipaksa/terpaksa harus bersabar dalam menghadapi keadaan takdir ini, bagaimanapun jenis nilai dan beda keagamaan Anda.

Mengetahui sifat-sifat diri, sifat yang diberi Allah, sifat dan asma bagian Allah, penyakit-penyakit hati, pintu-pintu akhlak, syariat, hukum-hukum perintah dan larangan, persaksian dan wujud ilmu-ilmu (marifat), keimanan, pengetahuan takdir dan kehendakNya, takut, harapan, cinta, kecemburuan, pengagungan, dsb. bisa melahirkan ihsan dan dengan ihsan yang diiringin selalu dengan tobat bisa mendapatkan cinta yang timbal balik, jika cinta Allah telah didapat maka segala sesuatu bisa didapat secara hekekatnya.

“Wahai anak Adam, carilah Aku, niscaya engkau akan mendapatkan-Ku. Jika engkau sudah mendapatkan-Ku, niscaya engkau akan mendapatkan segala sesuatu. Namun jika Aku tidak engkau dapatkan, maka segala sesuatu tidak engkau dapatkan. Dan Aku lebih mencintaimu lebih dari segala sesuatu”

dari hati ia datang, dari hati ia pergi, dari hati ia mendekat dari hati ia menjauh, dari hati ia tercipta dari hati ia menghilang, dari hati ia merasa dari hati ia meraba dari hati ia melihat dari hati ia mendengar, dari hati ia membaik dari hati ia memburuk, dari hati ia menjadi hati.

Contoh tiap detik olah tubuh dan keringat menjadi ibadah, masih ingat uraian takdir diatas, semisal seorang buruh tukang pipa PDAM atau buruh pekerja pembuat jalan, bila mereka benar dalam melakukan pekerjaannya, ikhlas dalam kondisi beratnya pekerjaan maka selain mendapat gaji/upah buruh (harian/bulanan) juga mendapat nilai pahala sedekah (selamanya) selama orang lain memakai pipa dan jalanan tersebut. Bayangkan misalnya jalanan tersebut tiap hari ada pelajar yang lewat, orang sakit dan dalam keperluan, orang-orang yang lagi mencari rezeki, dsb makin banyak yang lewat makin banyak nilai pahala sedekah yang ia dapatkan pula. Namun bila ia membiarkan bos/mandor/kontraktornya berbuat tidak adil pada pekerjaan tersebut atau ia tidak berlaku adil pada pekerjaannya, maka nilai keringatnya tidak menghasilkan nilai sedekah. Maka bila bekerja, lakukanlah dengan Iklas dan Ridho, Sabar di dalam sabar, Syukur pada kesabaran dan Halal. La tahzan dan selalu tersenyum (hati) karena takdir penderitaan Anda atau takdir kesejahteraan yang Anda punya selalu bernilai kebaikan buat muslim. Menurut Anda, apa muslim di Palestina menderita hari ini? ….. Kenapa masih banyak yang tidak mau keluar dari Palestina kalau itu sebuah penderitaan? ….. seandainya anda tahu, malahan mungkin Anda berharap lahir atau tinggal disana.

ia mendengar suara nafas sendiri, tiba-tiba ia mendengar nafas teman-temannya, tiba-tiba ia mendengar nafas seluruh kampung, kemudian seluruh bumi. Terbesit kata sungguh Allah SWT Maha Pemberi Rezeki, terbesit bahwa semua manusia bersifat baik atau buruk tanpa pilih kasih turut bernafas, sungguh Allah Maha Bijaksana dan tidak zalim, terdengar pula suara nafas hewan-hewan besar dan kecil, beraneka ragam jenisnya nafasnya, terdengar nafas tumbuh-tumbuhan, terdengar nafas orang kaya, nafas orang miskin, nafas anak-anak, nafas dewasa, diatas gunung, dilembah, dipantai, dikota besar, dikampung, dihutan, Maha Luas. ada yang mendapat kelapangan nafas karena tempatnya, ada yang kesusahan karna tempatnya mengambil nafas, Allah benar-benar Maha Adil, ia melihat dimana-mana satu bumi turut bernafas, Allah Maha Kaya memberi gratis nafas ini, sangat-sangat berharga bila kehilangan nafas, Maha Berkuasa, Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Bila Anda ingin memahami Ilmu Pengetahuan Alam anda harus belajar mata pelajaran ilmu tersebut, yaitu biologi, fisika, geografi, kimia, ekologi, geologi, astronomi. Pada masa ini ilmu keagamaan pun menjadi berbagai macam ragam cabangnya, seperti mata pelajaran ilmu hadist, ilmu fiqh, ilmu hati atau tasawuf, ilmu tauhid, dsb. Namun Anda harus berpegang teguh dalam pengertian ilmu-ilmu ini tidak bertentangan dengan nash dan tidak menyebabkan penyekutuan dzatNya. Lantas bagaimana jalan termudah dalam pencapaian ihsan ini, tarekat termudah adalah rukun Islam dan rukun Iman.

" Adapun rukun - rukun Islam itu ada lima yaitu :
1.      bersyahadat bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan
2.      mendirikan sholat, 
3.      mengeluarkan zakat,
4.      berpuasa di bulan Ramadhan dan 
5.      berhaji ke Baitullah bagi orang yg mampu akan perjalanannya. "

" Adapun rukun iman itu ada enam,
1.      beriman kepada Allah, dan 
2.      beriman kepada malaikat-malaikatnya Allah, dan 
3.      beriman kepada kitab-kitabNya, dan 
4.      beriman kepada para Rasul Nya, 
5.      beriman kepada hari akhir, dan 
6.      beriman kepada takdir baik dan buruk dari Allah SWT ".

Diawali penerimaan dan kesaksian manusia bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan kesaksian bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah. Awalnya syahadat terucap secara lisan dan hati masih mengandung banyak hal keingintahuan yang lebih dan seiring untuk penguatan ikrar dan janji ini, Allah SWT mengilhamkan manusia agar semakin ingin mengenal kepada Allah SWT dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, untuk penguatan ini diajaklah manusia ke syariat lanjutan yakni sholat, sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, bagaimana kalian tahu sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar bila tidak melakukannya (sholat). Awalnya menjaga lima waktu, yang tadinya waktu banyak dipakai buat hiburan dan hal lainnya, kegiatan tersebut menjadi terputus-putus dan agak terhenti sering-sering seiring masuknya waktu sholat, hingga membuat manusia tidak terbuai dengan kegiatannya, kemudian ia menjaga wudhu hingga menguatkan pondasi rohani dan jasmaninya dan makin mengurangi kegiatan-kegiatan yang bisa jadi buruk (keji dan mungkar). Sholat sebagai tiang agama, kekuatannya dibutuhkan untuk menopang pengetahuan agama yang berat yakni ketakwaan dan keimanan. Kekuatan ini adalah kekuatan spritualnya. Mulailah manusia masuk dalam pembentukan baru yaitu puasa untuk membuatnya menjadi orang bertakwa, bagaimana kalian tahu puasa membuat seseorang bertakwa bila tidak melakukannya (puasa) dan tidak mengambil hikmah dan pelajarannya (puasa). Setelah sukses kepada pemahaman ketaqwaan kemudian dituntutlah manusia pada keadaan agar menjadi suci dan lebih suci, yang pengajaran dan hikmahnya ada pada zakat, infaq dan sadekah, bagaimana kau tau zakat dapat mensucikan, bila tidak melakukannya (zakat). Dimana manusia diajarkan untuk menguatkan ketakwaan dan membuang hal-hal buruk dari hatinya, melahirkan akhlak-akhlak mulia. Untuk menguatkan ketakwaan dan kesuciannya, manusia harus menang dari ujian terbesarnya, yaitu:

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnnya bagi setiap umat itu mempunyai ujian dan ujian bagi umatku adalah harta kekayaan.” Riwayat at-Tirmidzi

(Update : bukti adanya akhlak terpuji adalah adanya nafsu yang diberi rahmat atau dapat mengendalikan nafsu, karena nafsu tidaklah dapat hilang dan bila diperangi akan berperang selama hidup namun ada pengendalian nafsu dalam hal ini seperti apa nafsu yang berjalan di garis kebaikan, Anda bisa mencari contohnya sendiri, seperti perkataan nabi Yusuf as: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku." (kisah Quran))

Rangkaian ibadah fisik ini melahirkan pula rangkaian ibadah batin tersebut ditambah keimanan kepada Allah SWT, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul-Rasul, Hari Akhir, dan Takdir (Qadha dan Qadar) telah membuat manusia memperkuat keyakinan syahadatnya dan mengenali lebih dalam akan Tuhannya, maka ketika ia mengenali dirinya dan Tuhannya, layaklah manusia tersebut mendapat panggilan Allah SWT mengokohkan jati dirinya sebagai hamba lewat ibadah haji hingga menjadi haji mabrur. Haji adalah panggilan Ilahi, dan karena itu pula jamaah haji dinamai Dhuyuf Al-Rahman (Tamu-tamu Allah Yang Maha Pengasih). Bukankah mereka berkunjung ke Baitullah (Rumah Allah). Dan haji mabrur adalah haji yang mengetahui dan menjalani rangkaian ibadah fisik dan dalam pencapaian ibadah batin tadi termaktum kepada keadaannya yang ihsan. Dengan kata lain mereka yang dalam pemahaman inilah yang sebenarnya layak menjadi yang dinamakan haji yang mabrur.

Akan tiba suatu masa di mana orang-orang kaya akan pergi haji untuk bertamasya, orang yang ber­punya untuk kepentingan bisnis, orang bijak untuk pamer dan orang miskin untuk mengemis.(Diriwayatkan oIeh Anas r.a)

Orang yang hajinya mabrur menjadikan ibadah haji sebagai titik tolak untuk membuka lembaran baru dalam menggapai ridho Allah Ta’ala. Ia akan semakin mendekat ke akhirat dan menjauhi dunia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Haji yang mabrur tidak lain pahalanya adalah surga”

Al-Hasan al-Bashri mengatakan, “Haji mabrur adalah pulang dalam keadaan zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat.” Ia juga mengatakan, “Tandanya adalah meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan sebelum haji.”

Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan, “Dikatakan bahwa tanda diterimanya haji adalah meninggalkan maksiat yang dahulu dilakukan, mengganti teman-teman yang buruk menjadi teman-teman yang baik, dan mengganti majlis kelalaian menjadi majlis dzikir dan kesadaran.”

Mu'adz bin jabal, ra, berkata, "Aku pernah berkata;wahai rasulullah beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukan kedalam surga dan menjauhkan dari neraka"
beliau menjawab "Engkau menanyakan sesuatu yang besar, namun hal itu menjadi ringan bagi siapa saja yang diringankan oleh Allah Swt. Kamu menyembah Allah  dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpuasa ramadhan dan berhaji ke baitullah;
kemudian beliau bersabda 'inginkah engkau kuberitahukan mengenai pintu-pintu kebaikan?
Puasa adalah perisai, shadaqah itu menghapus kesalahan sebagaimana air dapat menghapus api, dan shalatnya seseorang di tengah malam "kemudian beliau membaca surat As sajdah ayat 16, (Lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada tuhannya dengan harap-harap cemas)
Kemudian beliau bersabda 'inginkah kalian kuberitahukan pokok dari segalah urusan dan puncak mahkotanya ?" Aku menjawab,"ingin, wahai rasulullah,; beliau bersabda, ;pokok dari segala urusan adalah Islam , tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.
Lalu beliau bersabda; “maukah kalian kuberitahu kunci dari semua itu '? Aku menjawab "mau , wahai rasulullah, maka beliau menunjukan lidahnya seraya bersabda, "kendalikan ini" Aku bertanya," wahai nabiyullah apakah kami akan diminta pertanggunghawaban dengan apa yang kami katakan ? beliau bersabda,"Celakalah engkau hai Mu'adz, Bukankah yang menjerumukan manusia kedalam api neraka dengan wajah tersungkur adalah akibat lidah mereka? (HR Tirmidzi dan dia mengatakan ini adalah hadist hasan)

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw. menjawab: Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda- tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah- megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala:(Luqman:34) Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka. Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 10

Syahadat
Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (شهد), yang artinya ia telah menyaksikan. Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam keesaan Tuhan (Allah) dan Nabi Muhammad sebagai RasulNya.

Syahadat sering disebut dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa Arab Syahadatain berarti 2 kalimat Syahadat). Kedua kalimat syahadat itu adalah:

Kalimat pertama : ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

Kalimat kedua : wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

Makna syahadat
Pengakuan ketauhidan.
Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah dan tiada tuhan yang lain selain Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

Pengakuan kerasulan.
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-hadis Muhammad saw.

Makna Laa Ilaaha Illallah
Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah semata

Berkaitan dengan mengilmui kalimat ini Allah ta'ala berfirman: "Maka ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah" (QS Muhammad : 19)

Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun menyatakan: "Barang siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga."

Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang Allah menciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau Abu Thalib, Ketika maut datang kepada Abu Thalib dengan ajakan "wahai pamanku ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai hujah di hadapan Allah" namun Abu Thalib enggan untuk mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun di Makkah mengajak orang-orang dengan perkataan beliau "Katakan Laa Ilaaha Illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orang qurays di jaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.

Inti syahadat
Inilah sekilas tentang makna Laa Ilaaha Illallah yang pada intinya adalah pengakuan bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah ta'ala semata.

Kandungan syahadat
Ikrar
Ikrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang diyakininya.Ketika seseorang mengucapkan kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang ia ikrarkan itu.

Sumpah
Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim itu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.

Janji
Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang terkandung dalam Al Qur'an maupun Sunnah Rasul.

Syarat syahadat
Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna. Jadi jika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa dikatakan syahadatnya itu tidak sah.

Syarat syahadat ada tujuh, yaitu:
Pengetahuan
Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya.

Keyakinan
Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.

Keikhlasan
Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Kejujuran
Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus dinyatakan dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.

Kecintaan
Kecintaan berarti mencintai Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman. Cinta juga harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah Rasulullah SAW.

Penerimaan
Penerimaan berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari syariat Islam. Artinya, bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecuali Al Qur'an dan Sunnah Rasul.

Ketundukan
Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara lahiriyah. Artinya, seorang muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Perbedaan antara penerimaan dengan ketundukan yaitu bahwa penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan dengan fisik.Oleh karena itu, setiap orang yang bersyahadat tidak harus disaksikan amirnya dan selalu siap melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupannya.

Asas dari tauhid dan Islam
Laa Ilaaha Illallah adalah asas dari tauhid dan Islam dengannya direalisasikan dalam segala bentuk ibadah kepada Allah dengan ketundukan kepada Allah, berdoa kepadanya semata dan berhukum dengan syariat Allah.

Seorang ulama besar Ibnu Rajab mengatakan: Al ilaah adalah yang ditaati dan tidak dimaksiati, diagungkan dan dibesarkan dicinta, dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan harapan. Itu semua tak boleh dipalingkan sedikit pun kepada selain Allah. Kalimat Laa Ilaaha Illallah bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya selama tidak membatalkannya dengan aktivitas kesyirikan.

Makna syahadat bagi Muslim
Bagi penganut agama Islam, Syahadat memiliki makna sebagai berikut:
  1. Pintu masuk menuju Islam; syarat sahnya iman adalah dengan bersyahadatain (bersaksi dengan dua kalimat syahadah)
  2. Intisari ajaran Islam; pokok dari ajaran Islam adalah syahadatain, sebagaimana ajaran yang dibawa nabi-nabi dan rosul-rosul sebelumnya
  3. Pondasi iman; bangunan iman dan Islam itu sesungguhnya berdiri di atas dua kalimat syahadah
  4. Pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban syariat yang akan diterima atau ditanggung oleh seseorang setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadah
  5. Jaminan masuk surga; Allah SWT memberi jaminan surga kepada orang yang bersyahadatain

SHOLAT

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya’ dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 29:45)

Segala puji bagi Allah Ta’ala, sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka sampai hari Qiyamat.

Qurthubi menyebutkan, dalam teks ayat tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan kaum Muslimin, untuk membaca Al Qur’an dan berhukum dengannya. Kemudian menegakkan sholat dengan memperhatikan waktu, wudhu, bacaan, rukuk-sujud, tasyahud dan seluruh syarat-syarat sahnya sholat. Maksud sholat di situ adalah sholat wajib lima waktu yang Allah akan ampuni dosa-dosa hamba-Nya bila menegakkannya. Sebagaimana hadist Nabi yang dikeluarkan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah. Nabi bersabda : Apa pendapat anda jika ada orang mandi di sungai depan anda sebanyak lima kali sehari ? Apakah masih menempel di badanya itu kotoran ? Jawab para Sahabat, Tidak, tidak ada lagi kotoranya ( bersih betul ). Jawab Nabi, itulah contoh sholat lima waktu. Allah menghapus dosa dan kesalahan-kesalahan hamba-Nya.

  • Abul Aliyah berkata : di dalam sholat itu ada tiga unsur penting, yaitu Ikhlas, khosyah ( takut ) dan dzikrullah ( ingat kepada Allah ). Maka jika tiap sholat tidak ada ketiganya, tidaklah disebut sholat. Karena dengan kandungan ikhlas akan mengajak kepada yang ma’ruf, khosy-yah akan mencegah kepada yang mungkar dan dzikrullah akan mencakup makna mengajak ma’ruf dan mencegah mungkar.
  • Ibnu Mas’ud berkata : Tidaklah sholat siapa yang tidak tho’at terhadap sholatnya. Menta’ati sholat adalah mencegah perbuatan fahsya’ dan mungkar.
  • Ibnu Umar berkata : kata Nabi : Siapa telah sholat, lalu tidak beramar ma’ruf dan nahi mungkar, sholatnya tadi tidak akan menambah kecuali jauh dari Allah.
  • Al Hasan berkata : Hai anak Adam, sholat itu hanyalah mencegah keji dan mungkar, jika sholatmu tidak mencegahmu dari keji dan mungkar, maka sesungguhnya kamu tidak sholat.
  • Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Al Hasan dan Al A’masy berkata : siapa yang sholatnya tidak mencegah dari fahsya’ dan mungkar, sholatnya tidak akan menambah kecuali akan jauh dari Allah. (padahal sholat adalah dalam rangka dekat kepada allah)
  • Al Maroghi sangat tegas mengingatkan : Sesungguhnya Allah telah memerintah kita untuk menegakkan sholat, yaitu dengan mendatanginya secara sempurna, yang memberikan hasil setelah sholat itu pelakunya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar, baik mungkar yang nampak maupun yang tersembunyi sebagaimana firman Allah tersebut di atas. Maka jika pengaruh itu tidak ada dalam jiwanya, sesunggunya sholat yang ia lakukan itu hanyalah bentuk gerakan dan ucapan-ucapan yang kosong dari ruh ibadah, yang justru menghilangkan ketinggian dan kesempurnaan arti sholat. Allah telah mengancam terhadap pelaku sholat dengan kecelakaan dan kehinaan. Fawailullilmusholliin, alladziinahum fii sholaatihim saahuun, artinya Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.

Pengertian Fahsya’ dan Mungkar :
  • Di dalam ayat berbunyi إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ artinya : Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fakhsya’ dan mungkar.
  • Al-Fahsya’ (الفحشاء ) dalam tafsir DEPAG-RI diartikan dengan perbuatan keji. Arti seperti ini kurang jelas dan tegas. Bila kita buka dalam kamus Al Munawwir, artinya sangat tegas-jelas dan banyak, dari sekian arti tersebut tidak ada yang baik. Al-Fahsya’ adalah suatu sikap/amalan yang buruk, jelek, jorok, cabul, kikir, bakhil, kata-kata kotor, kata yang tidak bisa diterima oleh akal sehat, dan kata fail / pelakunya diartikan zina. naudzubillahi min dzalik. ( Kamus Al Munawwir : hal. 1113)
  • Al-Mungkar (الْمُنكَرِ) dalam tafsir DEPAG-RI diartikan sama, yaitu perbuatan mungkar, mohon perhatian, arti seperti ini kurang bisa difahami.
  • Abdullah Ar-Rojihi dalam kitabnya Al Qoulul bayyin Al Adhhar fiddakwah menyebutkan bahwa Munkar adalah setiap amalan / tindakan yang dilarang oleh syariat Islam, tercela di dalamnya yang mencakup seluruh kemaksiatan dan bid’ah, yang semua itu diawali oleh adanya kemusyrikan. Ada lagi yang mengatakan bahwa Munkar adalah kumpulan kejelekan, apa yang diketahui jelek oleh syariat dan akal, kemusyrikan, menyembah patung dan memutus hubungan silaturrahmi.
  • Para ahli tafsir sangat tegas mengatakan bahwa sesungguhnya sholat itu mencegah pelakunya dari perbuatan fahsya’ dan mungkar, ( baca pengertian ke-2nya di atas ) karena di dalam sholat ada bacaan Al Qur’an yang mengandung peringatan-peringatan.

PUASA

Allah SWT. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 183)

Bertakwa kepada Allah SWT. adalah derajat yang tinggi dan mulia bagi seorang hamba. Dalam hal ini, Allah SWT. telah berfirman, “...Dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah [9]: 36).

Orang yang bertakwa juga dicintai oleh Allah SWT., “...Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah [9]: 4).

Di akhirat kelak, orang yang bertakwa dimasukkan dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan.” (QS. ath-Thûr [52]: 17).

Derajat takwa ini bisa diraih dengan mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan.

Apa itu Taqwa?
Kalimah ‘Taqwa’ asal maknanya adalah mengambil tindakan penjagaan dan memelihara dari sesuatu yang mengganggu dan memudaratkan. Menurut Syara’, ‘Taqwa’ berarti : “Menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah Ta’ala dengan jalan melaksanakan perintah-perintahNya, taat kepadaNya dan menjauhi larangan-laranganNya serta menjauhi perbuatan maksiat”.

Rasulullah s.a.w. pernah menjelaskan hakikat taqwa dengan sabda baginda yang bermaksud :
“Mentaati Allah dan tidak mengingkari perintah-Nya, sentiasa mengingati Allah dan tidak melupainya, bersyukur kepada-Nya dan tidak mengkufuri nikmat-Nya”. (Riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Abbas rha.)

Saidina Umar r.a. pernah bertanya kepada seorang sahabat yang lain bernama Ubai bin Ka’ab r.a. makna taqwa. Lalu Ubai bertanya kepada Umar :
“Adakah engkau pernah melalui satu jalan yang berduri?
Jawab Umar: “Ya”.
Tanya Ubai lagi: “Apakah yang kamu lakukan untuk melalui jalan tersebut?”.
Jawab Umar : “Aku melangkah dengan waspada dan berhati-hati”. Balas Ubai : “Itulah yang dikatakan taqwa”. Kehati-hatian dalam perkara hidup

Menurut Ibnu Abbas r.a. : “Al-Muttaqin (yakni orang-orang bertaqwa) ialah orang-orang beriman yang memelihara diri mereka dari mensyirikkan Allah dan beramal menta’atiNya”.

Menurut Hasan al-Basri : “Orang-orang bertaqwa ialah orang-orang yang memelihara diri dari melakukan perkara yang diharamkan Allah dan mengerjakan apa yang difardhukan Allah ke atas mereka”.

Berkata Abu Yazid al-Bustami : “Orang bertaqwa ialah seorang yang apabila bercakap, ia bercakap kerana Allah dan apabila ia beramal, ia beramal kerana Allah”.

Martabat Taqwa
Menurut Al-’Allamah Mustafa al-Khairi al-Manshuri, taqwa ini mempunyai tiga martabat;

Martabat pertama        : Membebaskan diri dari kekufuran

Inilah yang diisyaratkan oleh Allah dengan “Kalimat at-Taqwa” dalam firmanNya :
“…lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min dan Allah mewajibkan (mengurniakan dan menetapkan) kepada mereka kalimat taqwa …”. (Surah Al-Fath. Ayat : 26)

Maksud kalimah at-Taqwa dalam ayat di atas ialah kalimah : dua kalimah syahadah. Kalimah ini merupakan kalimah iman yang menjadi asas atau puncak kepada taqwa.

Martabat kedua           : Menjauhkan diri dari segala perkara yang membawa kepada dosa.

Martabat ketiga           : Membersihkan batin (hati) dari segala yang menyibukkan atau melalaikan diri dari Allah swt.

Martabat yang ketiga inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah;
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan kamu menyerah diri (kepada Allah swt).” (Surah Ali Imran : 102)

Untuk memahami pengertian dan makna taqwa yitu berasal dari kata "Taqwa" adalah mengambil tindakan penjagaan dan juga memelihara diri dari sesuatu yang ganggu dan juga memadlaratkan. Akan tetapi menurut syara' "Taqwa" itu berarti menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya, menjauhi semua kemaksiatan dan …taat kepada Allah SWT. 

Sebagaimana dengan firman Allah berkenaan dengan takwa tersebut di atas yaitu : Artinya : 
"Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah orang yang paling ber- taqwa". Rasulullah saw. pernah ditanya oleh seseorang : "Wahai Rasulullah saw. siapakah keluarga Muhammad itu?. 

Rasulullah saw, menjawabnya : "Orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. dan taqwa itu merupakan suatu kumpulan perbuatan baik, sedangkan esensinya adalah selalu taat kepada Allah SWT. supaya sadar dan terhindar dari siksa-Nya. 

Hal semacam itu supaya ditaati bukan untuk diingkari, agar diingat tidak untuk dilupakan, serta supaya disyukuri bukan untuk dikufuri". 

Taqwa itu adalah membentengi diri dari siksa Allah SWT. dengan jalan taat kepada-Nya, (menurut pendapat dari para ahli Tashawwuf), sedangkan menurut pendapat dari Fuqaha (ahli fiqih) Taqwa itu berarti bahwa menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat melibatkan diri kepada perbuatan dosa. 

Adapun pendapat dari Abdullah Ibnu Abbas ra. menerangkan bahwa orang yang bertaqwa itu ialah : 

1) .Orang yang selalu berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya agar tidak mendapatkan suatu murka dan siksa Allah juga meninggalkan dorongan hawa nafsu. 

2) .Orang yang selalu mengharapkan suatu rahmat dari Allah dengan jalan meyakini dan juga melaksanakan semua ajaran yang telah diturunkan Allah. 

Taqwa itu merupakan satu modal dari persiapan sedangkan sabar itu adalah merupakan satu dari amal perbuatan baik, dan tidak ada satupun argumentasi yang benar kecuali Rasulullah saw, sebab itu tidak ada seorang pun yang dapat menolong kecuali Allah SWT. (menurut pendapat dari Sahal bin Abdullah). 

Agar supaya manusia itu bertaqwa maka akhirat diciptakan sedangkan supaymanusia itu menerima cobaan maka diciptakan dunia, itulah pendapat dari Al-Kattani. Seseorang dapatlah dikatakan sempurna taqwanya jika orang tersebut dapat menjaga diri darisegala perbuatan dosa meskipun seberat biji sawi atau sekecil atom sekalipun, dan meninggalkan sesuatu yang mana kehalalannya masih …sebab takut akan tergelincir kepada hal-hal yang … maka dengan demikian akan terbentuk suatu benteng ..,ingat kokoh sekali di antara dirinya dengan sesuatu yang …perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT., itulah …taqwa menurut pendapat dari Abu Darda. 

Menurut pendapat Musa bin A'yun menerangkan bahwa bertaqwa berarti membersihkan diri dari bermacam- macam subhat, sebab takut akan jatuh ke dalam hal yang sama sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat diambil ilu kesimpulan mengenai ciri-ciri dari orang yang bertaqwa antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu haruslah ditinggalkan. segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT., maka haruslah ditinggalkan. 

Menentang hawa nafsu serta meninggalkan segala hasrat jiwa. 

Melaksanakan serta memelihara tata cara kehidupan menurut syariat Islam.di dalam segala ucapan juga perbuatan haruslah mengikuti dan mencontoh tuntunan dari Rasulullah saw. 

Ada beberapa arti mengenai kata "Taqwa" yang telah termaktup oleh Al-Qur'an, di antaranya adalah sebagai berikut : 

Sebagaimana di dalam firman Allah SWT. arti taqwa di ini mempunyai arti "Taubat", yakni di dalam surat Al¬it.ujarah ayat 41 artinya adalah : 

"Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertaqwa". Taqwa mempunyai makna "Ketaatan dan ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya adalah sebagai berikut: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. 3 : 102). 

Taqwa berarti "Bersih hati dari dosa", firman Allah SWT.: "Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka itu adalah orang-orang yang telah mendapatkan; kemenangan". (QS. An-Nur : 52). 

Dari ketiga dalil tersebut di atas maka yang dimaksudkan oleh tokoh-tokoh Shufi adalah yang terakhir, sehingga mereka mengambil sebuah kesimpulan bahwa Taqwa itu adalah terpeliharanya hati dari berbagai dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena adanya keinginan yang kuat untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia akan terpelihara dari segala kejahatan. 

Kecuali hanya kepada Allah SWT., maka kepada segala apapun, seorang hamba tidak akan takut, itulah yang dimaksud dengan taqwa menurut Nashr Abadzi. Di samping itu juga Nashr menerangkan satu hal lagi yaitu : "Barangsiapa yang selalu bertaqwa, maka ia akan merasa keberatan sekali untuk meninggalkan akhirat" sebagaimana firman Allah sebagai berikut: 

Artinya : "Desa akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertaqwa, apakah kalian semua tidak berpikir". (QS. Al-An'am: 32). 

"Barangsiapa yang selalu menginginkan agar taqwanya benar, maka dia harus meninggalkan semua perbuatan dosa". (Menurut pendapat Sahal). 

Allah akan memudahkan hatinya untuk berpaling dari kemewahan dunia, barangsiapa yang mampu untuk merealisasikan taqwa, menurut sebagian dari para Ulama'. 

Taqwa menurut Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari adalah meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjauhkan! diri dari Allah SWT., sedangkan menurut dari Dzun Nun yang dimaksud dengan taqwa ialah: orang yang tidak mengotori jiwa secara lahir dengan suatu hal-hal yang bertentangan dan tidak mengotori jiwa batin dengan interaksi sosial di dalam kondisi demikian, seseorang itu akan …kontak dengan Allah SWT. dan dapat berkomunikasi: ….. 

itu terbagi menjadi dua bagian, menurut pendapat ini Ilmu Atha' yakni : …. lahir adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Taqwa lahir batin adalah niat dan ikhlas. sehingga di dalam hal seperti ini Dzun Nun Al-Misri mengedapankan pendapatnya dalam bentuk syair ada kehidupan yang sejati kecuali dengan kekuatan hati mereka yang selalu merindukan taqwa dan menyukai dzikir ketenangan telah merasuk ke dalam jiwa yakin dan baik sebagaimana bayi yang masih menetek lelah merasuk ke dalam pangkuan. 

Bertaqwa itu dapat dijadikan standar apabila telah memenuhi dalam tiga hal, menurut pendapat seorang laki-laki, antara lain: …. yang baik dalam hal yang tidak mungkin diperolehnya. 

Ridha yang baik dalam hati yang telah diperoleh. Sabar dalam hal yang "baik dalam hal yang telah lewat. . 

Menurut satu pendapat yang lain bahwa taqwa itu dapat dibagi menjadi beberapa bentuk ialah : 
  • Taqwa orang awam karena menghindarkan diri dari syirik. 
  • Taqwa orang yang istimewa karena menghindarkan diri dari perilaku maksiat. 
  • Taqwa para wali karena menghindarkan diri dari perbuatan jelek/akhlak jelek.
  • Taqwa para Nabi karena menghubungkan diri dengan berbagai aktivitas yang di dalamnya terkandung taqwa. 

Telah dituturkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. bahwa sebaik-baik orang di dunia ini adalah orang yang dermawan dan juga sebaik-baik orang di akhirat nanti adalah orang yang taqwa. 

Adapun dalil-dalil yang menerangkan dan juga memperjelas mengenai Taqwa itu adalah antara lain berdasarkan pada firman-firman Allah SWT. dan juga hadits-hadits Nabi. .

Terdapat di dalam surat Ali-Imran ayat 102, artinya: "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah SWT. dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". . 

Di dalam surat Al-A'raf ayat 35, artinya adalah : "Barang- siapa yang bertaqwa dan berlaku baik, tidak akan ada rasa khawatir pada diri mereka dan mereka tidak akan berduka cita". . 

Terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 103, artinya: "Sekiranya mereka beriman dan bertaqwa, tentu akan mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah, sekiranya mereka mengetahui". . 

Di dalam surat An-Nahl ayat 128, yang artinya adalah : "Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan". . 

Terdapat pada surat Al-Maidah ayat 96, artinya "Taqwa- lah kamu kepada Allah SWT. yang kepada-Nya nanti kamu akan dikumpulkan". . 

Surat Al-Ahzab, ayat 70 - 71, artinya adalah : "Hai orang- orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah menghendaki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. 

Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul- Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar". 

Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, adalah: "Aku berpesan kepadamu dengan taqwa kepada Allah dalam segala urusanmu baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan". 

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad juga, artinya : "Aku berpesan kepadamu untuk taqwa kepada Allah, karena taqwa itu pokok pangkal segala sesuatu". Hadits riwayat Tirmidzi, artinya adalah : "Taqwalah kepada Allah di dalam segala sesuatu yang kamu ketahui"

Di dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Muslim, yakni artinya adalah : "Ya Allah!. Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu bimbingan, taqwa, perlindungan, dari perbuatan haram, dan kecukupan". hadits yang telah diriwayatkan oleh Thabrani, artinya : "Wajib atas kamu taqwa kepada Allah, sesungguhnya taqwa itu mengumpulkan setiap kebaikan dan wajib atasmu berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya jihad ke jalan Allah kependetaan dalam Islam. Wajib atas kamu ingat kepada Allah dan membaca kitab-Nya, maka sesungguh¬nya Dia itu cahaya bagimu di bumi dan ingatan untuk kamu di langit. Dan sembunyikanlah lidahmu kecuali dalam kebaikan, karena sesungguhnya dengan demikian itulah kamu mengalahkan setan". hadits riwayat Ahmad yang artinya adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya orang yang paling utama kepada-Ku adalah orang-orang yang taqwa, siapa pun mereka, dan di mana pun mereka berada". 

Demikianlah dalil-dalil yang menerangkan atau memperjelas sebagai bukti taqwa, untuk dijadikan sebagai bahan rujukan agar kita dapat memelihara iman kita kepada Allah, juga agar tetap taqwa kepada Allah SWT. karena hanya kepada-Nyalah kita akan kembali juga hanya kepada Allah jualah] tempat segala-galanya.

ZAKAT

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S At Taubah: 103)

Zakat menurut bahasa berarti tumbuh, berkembang, bertambah, subur, mensucikan atau membersihkan. Menurut istilah zakat berarti mengeluarkan sebagian harta benda yang sudah mencapai nisab kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq) dengan syarat yang telah ditentukan.

Allah SWT adalah pemilik seluruh alam raya dan pemilik seluruh isinya (Rabbul ‘Alamin), termasuk pemilik hakiki harta benda.

Seseorang yang beruntung memperolehnya pada hakikatnya hanya menerima titipan sebagai amanat untuk disalurkan dan dibelanjakan serta dipakai sesuai dengan kehendak pemiliknya (Allah SWT).

Zakat – demikian pula infaq dan shadaqah - merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Sang Pemilik.

Apabila harta itu harta Allah, sedang seluruh manusia adalah hamba Allah, dan seluruh aktivitas kehidupan dan kesejahteraannya dengan mempergunakan harta Allah, maka sudah selayaknyalah jika harta itu -meskipun terikat dengan nama orang tertentu - digunakan bagi kebaikan seluruh hamba Allah, dipelihara dan dimanfaatkan oleh mereka bersama.

Imam Qurthubi mengatakan : "Zakat merupakan bukti kebenaran iman dari orang yang mengeluarkannya atau dengan kata lain ; orang yang mengeluarkan zakatnya itu, bukan termasuk golongan orang-orang munafik, sekaligus mengeluarkan zakat dengan rela adalah sebagai bukti kebenaran akan cintanya kepada Allah SWT atau kesungguhan harapan kepada Allah akan meraih pahalanya atas apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya".

Imam Al Sindi mengatakan : "Zakat merupakan bukti kebenaran iman yang diakui pelakunya. Sebab, tindakan mengeluarkan harta secara tulus karena Allah tidak mungkin terjadi, kecuali jika ada kesungguhan imannya".

Dari Abu Ayyub, berkata ; bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah : "beritahukan kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga ?" Beliau menjawab : "Harta .... ! Harta ..... !" Selanjutnya beliau bersabda : "Yang terpenting bagimu adalah menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung silaturrahmi." (HR. Bukhari)

Dari Abu Dzar Al Ghifary r.a. ia berkata, aku pernah mendatangi Rasulullah SAW ketika beliau sedang duduk di serambi Ka’bah. Pada saat melihatku, beliau bersabda : "Demi Allah, Pemelihara Ka’bah, mereka adalah orang-orang yang merugi pada hari kiamat." Aku pun berkata kepada diriku sendiri, Apa gerangan yang terjadi padaku. Mungkin telah diturunkan sesuatu kepadaku. Selanjutnya aku bertanya, Siapakah yang engkau maksudkan, wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : "Yaitu orang-orang yang banyak memiliki harta akan tetapi masih mengatakan begini ...,begini ...,dan begini ...". Beliau mengisyaratkan ke depan, ke sebelah kanan, dan ke sebelah kirinya. Kemudian beliau bersabda : ”Demi Dzat yang aku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang mati dan meninggalkan unta atau sapi, (harta benda yang banyak), sedang ia tidak mengeluarkan zakatnya, melainkan pada hari kiamat kelak akan didatangi oleh apa yang lebih besar dan gemuk dari apa yang dia miliki sewaktu di dunia. Lalu binatang yang tidak dikeluarkan zakatnya itu menginjak-injak orang tersebut dengan kuku-kuku kakinya dan menanduk dengan tanduknya. Setiap kali yang terakhir selesai menginjak dan menanduk, maka yang pertama kembali seperti semula. Sehingga ia diberi putusan pengadilan di antara manusia." (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

Karena itu Islam memerangi kekikiran, memerangi pemborosan, dan kemewahan.
Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW telah memperingatkan dengan keras kepada orang-orang yang kikir dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah....sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT "…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapatkan) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka : "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk diri kamu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". (Q.S. At Taubah : 34-35)

Rasulullah bersabda : "Jauhilah kekikiran. Karena sesungguhnya kekikiran itu
telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, kekikiran telah mendorong mereka menumpahkan darah mereka dan menodai kehormatan mereka."
(HR. Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Hakim)

Zakat berguna menyelamatkan diri dan umat keliling kita.
  1. Mengikis habis sifat-sifat kikir dalam diri seseorang,
  2.  Melatih sifat-sifat dermawan,
  3. Mengantarkan pemilik harta mensyukuri nikmat Allah,
  4. Pada akhirnya dapat mensucikan diri dan mengembangkan kepribadiannya.
  5. Menciptakan ketenangan dan ketentraman,
  6. Menyelamatkan penerima dan pemberi zakat, infaq dan shadaqah itu dari murka Allah.
  7. Mengembangkan harta benda.

Pengembangan ini dapat ditinjau dari dua sisi :
(a) sisi spritual,
berdasarkan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 276 : "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah atau zakat."

(b) sisi ekonomis-psikologis,
yaitu ketenangan batin dari pemberi zakat, pemberi shadaqah dan infaq yang akan mengantarkannya berkonsentrasi dalam memikirkan usaha pengembangan harta ;

Di samping itu, penerima zakat atau infaq dan shadaqah akan mendorong terciptanya daya beli dan produksi baru bagi produsen yang dalam hal ini adalah pemberi zakat atau infaq dan shadaqah.

Menahan harta bertumpuk dan tidak mengedarkannya untuk yang wajib menerima adalah sama dengan menahan hak orang lain. Kemurkaan Allah akan datang, ketika harta benda yang dimiliki digunakan untuk berbuat fasad di muka bumi.

Ingatlah firman Allah; "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami memerintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka (justeru) melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan) Kami, Kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya" (QS. Israk (17) ayat 16)

HAJI

Ibu berkata, *Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumur hidup*
Keningku berkerut.. ‘Sedikit sekali Allah memanggil kita..?… Ibu tersenyum.. ‘Iya, tahu tidak apa saja 3 panggilan itu..?’Saya menggelengkan kepala. ‘Panggilan pertama adalah *Adzan*, ujar Ibu.

‘Itu adalah panggilan Allah yang pertama. Panggilan ini sangat jelas terdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita Sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak ‘cepat marah’ akan sikap kita.

Kadang kita terlambat, bahkan tidak Sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, baik umatNya itu menjawab panggilan Adzan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umatNya ketika hari Kiamat nanti’.

Saya terpekur…. mata saya berkaca-kaca. Terbayang saya masih melambatkan Sholat karena meeting lah, mengajar lah, dan lain lain. Masya Allah…
Ibu melanjutkan, Panggilan yang kedua adalah Panggilan *Haji*

Panggilan ini bersifat halus. Allah memanggil hamba-hambaNya dengan panggilan yang halus dan sifatnya ‘bergiliran’ . Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain. Jalan nya bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merencanakan, ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan terkabul. Ketika kita mengambil niat Haji , berpakaian Ihram dan melafazkan ‘Labaik Allahuma Labaik’, sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua.
Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab, meskipun panggilan itu halus sekali.

Allah berkata, laksanakan Haji  bagi yang mampu’. Mata saya semakin berkaca-kaca. Subhanallah….. saya datang menjawab panggilan Allah lebih cepat dari yang saya rancangkan.. …Alhamdulillah…
‘Dan panggilan ke-3 adalah *KEMATIAN*.

Panggilan yang kita jawab dengan amal kita. Pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda tanda secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu , manfaatkan waktumu sebaik-baiknya. Jawablah 3 panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang Husnul Khotimah. Insya Allah syurga adalah balasannya.

Perlu difahami bahwa pengetahuan takdir dan penciptaan berkenaan dengan 2 hal, yaitu pemahaman dari memahami sudut pandang Allah SWT juga kaitannya sebagai Pencipta dan dari memahami sudut pandang manusia itu sendiri juga peranannya sebagai dicipta, bagaimana keduanya dapat Anda koneksikan, hubungan terikatnya dan saling timbal baliknya. Anda harus membuka alam pikiran dan akal Anda seluasnya-luasnya, menyendiri dan tafakur. Bersambung di bagian kedua, klik link dibawah ini :

http://manfaatputih.blogspot.com/2013/10/pengetahuan-tentang-takdir-dan.html


Bagi yang ingin meningkatkan pemahaman ke tingkat atas / Derajat yang lebih tinggi, penulis menyarankan ada baiknya Anda mencari, mendownload dan membaca ebook "Madarijus Salikin - Pendakian Menuju Allah" dan "Qadha dan Qadar" 2 buah karya dari Ibnu Qayim sebagai rujukan keilmuan yang sangat baik.

Ilmu itu ibarat air, ada yang ngambil se-ember, ada yang ngambil setengker, ada dari comberan yang tercampur kotoran, ada yang mengambil dari kali, dari danau, dan ada yang langsung dari mata air. Tenang dan lembut tapi punya kekuatan besar, ada yang membagi gratis, ada yang membotolkannya dan menjualnya, ada yang mengalang-halangi untuk mengambilnya, dan ada pula yang memudahkan/membantu untuk mengambilnya. Aku hanya ingin mengambil dari mata air, mengambil cukup untuk ku, kemudian membagi ke orang lain dan membiarkan orang lain ada akses langsung ke mata air tersebut. Maklumlah, Siapakah yang bisa mengambil air yang ada diseluruh dunia secara keseluruhan.

Bersambung...

Bila ingin membaca lebih lanjut ebook ini, Klik tulisan ini untuk kembali ke-link-link di daftar isi

Anda sedang membaca artikel tentang B. Pengetahuan Tentang Takdir Dan Penciptaan dan anda bisa menemukan artikel B. Pengetahuan Tentang Takdir Dan Penciptaan ini dengan url http://manfaatputih.blogspot.com/2013/08/b-pengetahuan-tentang-takdir-dan.html, anda boleh menyebarluaskannya atau mengcopypaste-nya jika artikel B. Pengetahuan Tentang Takdir Dan Penciptaan ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link B. Pengetahuan Tentang Takdir Dan Penciptaan sebagai sumbernya.

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentarmu disini!

Download Ebook LINK

.......................................................

MAU BACA LEBIH LANJUT
KLIK DAFTAR ISI DISINI

atau

Mau Download EBOOK ini

klik LINK ini :


Anda bisa download ebook ini di sini :

Pembahasan Tuntas Peradaban Manusia dari awal hingga akhir full Final.pdf

LINK 1 - ZIDDU

LINK 2 - 4SHARED

Surat Al Kahfi diantara Nubuat Nasrani versus Nubuat Islam.pdf

LINK 1 - ZIDDU

LINK 2 - 4SHARED

.......................................................

DAFTAR ISI

Daftar Isi :






















































Pembahasan Beberapa Hal Penting:

























































7. Periode Zaman Kiamat/Zaman Peradaban Manusia Akhir Yang Tidak Mengenal Islam









Di dalam penulisan ini ada beberapa penjabaran baru yang belum pernah terlihat di dalam tulisan peneliti lainnya, Semoga hal ini bermanfaat untuk menambah kemanfaatan buku ini.


Bantinglah Otak Untuk Mencari Ilmu Sebanyak-Banyaknya Guna Mencari Rahasia Besar Yang Terkandung Di Dalam Benda Besar Yang Bernama Dunia Ini, Tetapi Pasanglah Pelita Dalam Hati Sanubari, Yaitu Pelita Kehidupan Jiwa. (Al- Ghazali)




Hak Cipta oleh M. Yusuf . Diberdayakan oleh Blogger.