Jumat, 09 Agustus 2013

Kelompok-Kelompok Islam Di Indonesia



Kelompok-Kelompok Islam di Indonesia

Dalam pembahasan kali ini kami menggunakan nama kelompok Islam untuk membedakannya dengan aliran Islam, karena sebagian dari kelompok Islam ini merupakan suatu organisasi yang mengikuti salah satu aliran di atas. Tetapi karena banyaknya organisasi dan kelompok Islam di Indonesia kami hanya menyebutkan sebagian saja dari mereka.

1. Muhammadiyyah
Pemimpin : K.H. Achmad Dahlan (nama asli:Muhammad Darwis,1868-1923 M)
Pemimpin sekarang : Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin MA
Aktif mulai : 1912
Pendapat :
-          Mengembalikan umat Islam pada agama Islam yang sebenarnya yaitu kembali pada Al-Quran dan Hadits
-          Mengikis habis bid'ah, kufarat, takhayul, dan klenik
-          Membuka pintu ijtihad dan membunuh taqlid yang membabi buta

2. Nahdatul Ulama (NU)
Pemimpin : K. H. Hasyim Asy'ariy (1947 M)
Aktif sejak : 31 Januari 1926
Pemimpin sekarang : K.H. Hasyim Muzadi
Pendapat :
-          Mempertahankan dan mengembangkan paham Ahlus Sunnah di Indonesia
-          Menegakkan syariat Islam menurut haluan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dalam hal ini 4 Madzhab terbesar : Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali
-          Dalam tasawuf mengikuti paham Abul Qasim Junaidi Al-Bagdadiy

3. Syi'ah (menyimpang secara syariat)
Aliran Syi'ah yang berkembang di Indonesia adalah Syi'ah Itsna 'Asyariyyah (Imamiyyah), dan mempunyai pengikut puluhan ribu dibawah bendera IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang berpusat di Jakarta.

Menurut M. Yunus Jamil dan A. Hasymi kerajaan Islam yang pertama berdiri di Nusantara adalah kerajaan Peureulak  (Perlak) yang konon didirikan pada 225H/845M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut pedagang muslim asal Persia, Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk mengIslamkan penduduk setempat. Belakangan mereka mengangkat seorang Sayyid Mawlana Abd a-Aziz Syah, keturunan Arab-Quraisy, yang menganut paham politik Syi'ah, sebagai sultan Perlak 11.

Dalam salah satu wawancara Prof. Dr. K.H. Quraish Syihab menyatakan MUI menganggap bahwa Syiah adalah termasuk salah satu mazhab yang benar sebagaimana yang diakui oleh Rabithah Alam Islamy dan itu diakui oleh Al-Azhar. Bukti konkretnya, jamaah haji Syiah boleh masuk ke Masjidil Haram. Kalau mereka memang sesat, seharusnya tidak boleh masuk. (MUI : Syiah bukan ajaran sesat, Majalah Syiar, 9 Desember 2007)

Mungkin yang dimaksud adalah Syi'ah Zaidiyah karena ulama-ulamanya seperti Asy-Syaukaniy dan Ash- Shan'aniy diakui sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bukan Syiah Imamiyyah karena banyak pendapat mereka tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.

4. Jama'ah Tabligh
Jama'ah Tabligh Di Indosesia berkembang sejak l952, dibawa oleh rombongan dari India yang dipimpin oleh Miaji Isa. Tapi gerakan ini mulai marak pada awal 1970- an. Mereka menjadikan masjid sebagai pusat aktivitasnya. Tak jelas berapa jumlah mereka, karena secara statistik memang susah dihitung. Tetapi yang jelas, mereka ada di mana-mana di seluruh penjuru Nusantara.

Pendirinya : Syaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al-Kandahlawi.(1303-1363)
Kelompok ini aktif sejak 1920-an di Mewat, India. Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India.

Pendapat mereka :
-          Mengembalikan Islam pada ajarannya yang kaffah (menyeluruh)
-          Mengharuskan pengikutnya khuruj (keluar untuk berdakwah) 4 bulan untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu.
-          Menjauhi pembicaraan tentang fiqih, masalah-masalah politik, aliran-aliran lain dan perdebatan
-          Keyakinan tentang keluarnya tangan Rasulullah dari kubur beliau untuk berjabat tangan dengan asy-Syaikh Ahmad Ar-Rifa'i
-          Hidayah dan keselamatan hanya bisa diraih dengan mengikuti tarekat Rasyid Ahmad al-Kanhuhi
-          Sikap fanatis yang berlebihan terhadap orang-orang shaleh dan berkeyakinan bahwa mereka mengetahui ilmu gaib
-          Keharusan untuk bertaqlid

5. Majlis Tafsir Al-Quran
Pendiri : Abdullah Toufel Saputra
Aktif : 19 September 1972.
Pemimpin sekarang : Drs. Ahmad Sukina.
Kelompok ini tersebar di Indonesia dan untuk saat ini memiliki 130 cabang .
Pendapat :
-          Mengembalikan umat Islam pada Al-Quran dan Hadits
-          Mengikis bid'ah dan khufarat di umat Islam

6. Front Pembela Islam
Pemimpin pertama : KH Cecep Bustomi
Pemimpin sekarang : Habib Rizieq Syihab
Aktif sejak : 17 Agustus 1998
Pendapat :
-          berakidah ahlussunnah wal jamaah

7. Hizbut Tahrir
Pendiri : Syekh Taqiyuddin An-Nabhahani
Berdiri : 1953 di Al-Quds, Jerussalem sebagai partai politik Islam
Pemimpin pertama : Abdurahman Albagdadi
Aktif sejak : 1982-1983
Pendapat :
-          Menggagas terbentuknya negara Islam sedunia alias khilafah Islamiyah
-          Demokrasi itu tidak Islami, .karena demokrasi adalah kedaulatan itu di tangan rakyat. Implikasinya hak membuat hukum ada di tangan rakyat, bukan di tangan Allah. Jika demikian. Maka demokrasi itu bertentangan dengan Islam yang mengakui hak membuat hukum itu hanya milik Allah.

8.Wahabi
Pendiri gerakan ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1702-1787 M). Dalam Munjid disebutkan bahwa tariqat mereka dinamai Al-Muhammadiyyah dan fiqih mereka berpegang pada madzhab Hanbali disesuaikan dengan tafsir Ibnu Taimaiyyah.

Pendapat-pendapat mereka :
-          Tawassul, Istigozah adalah syirik
-          Ziarah kubur hukumnya haram
-          Menghisap rokok haram
-          Mengharamkan membangun kubah atau bangunan di atas kuburan
-          Membagi tauhid menjadi dua : Tauhid Uluhiah dan Tauhid Rububiyyah

Untuk wahabi diatas, porsi lainnya itu salafi. Pendapatnya diatas tergantung anda memahami dalam kadar dan batasan apa haram dan tidaknya. Bagaimana, kenapa, dan rujukannya kemana, dalilnya kya apa. Juga tidak melulu Muhammad bin Abdul Wahab, tapi juga merujuk ke semua ulama salaf dan para salaf. Apakah benar-benar pernah ada secara pasti gerakan atau kelompok/organisasi yang benar-benar dibuat/didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab pada semasa hidupnya, penulis tidak tahu pastinya. Apa Anda tau, pernah ada pada masa hidupnya?

Saat mulai rajin nulis blog ini, mulai ketemu : Ada situs-situs yang seakan-akan kya salafi tapi melihat cara pembahasannya tidak mirip cara pandang salafi menyikapi persoalan, tidak mirip cara salafi menjelaskan dalil, juga bila mengambil kutipan ulamanya, kya seperti maknanya tidak sesuai dengan apa maksud ulamanya atau memang seakan-akan pendapat ulama terdahulu itu disimpangkan secara sengaja. Kesannya seakan-akan kya "ini loh wahabi kya ini". Trus ada juga situs-situs kya nahdiyin, tapi cara menyikapi persoalan, cara pandangnya tidak mirip nahdiyin tulen, juga pandangan pada kutipan pandangan ulamanya, bila dilihat pada kitab ulama tsb, juga beda/agak beda maknanya/maksudnya. Umumnya situs itu gembar-gembor diluar kalangannya, semua dianggap wahabi, yang "pemurnian" dianggap semua wahabi, mereka saja adalah aswaja (kya yang dinegeri syam tidak, dan iman akhir jaman ada di syam, umat terbaik berkumpul di syam), jadi sama juga ngafirin yang lain-lain diluar kalangannya. Jadi ada situs-situs seakan salafi yang dikesankan wahabi atau menjatidirikan wahabi sedangkan ada situs-situs kya nahdiyin yang meng-wahabi-wahabi-kan. Dikesankan berlawanan, kya adu domba kesannya buat penulis.

Penulis sendiri lebih dekat pada pandangan "pemurnian", meskipun keluarga besar penulis turunan adalah dekat nahdiyin. Bagi saya ibnu taimaiyyah, ibnu qayim, ibnu katsir dll adalah guru-guru juga.

Waktu ktemu situs-situs itu, baru ngerti juga kenapa dulu tuh, (pengalaman pribadi) waktu disebuah masjid (berkumpul dengan sebuah golongan), ada yang ngina-ngina ibnu taimaiyyah, ibnu qayyim. Padahal saya sudah pernah baca beberapa kitabnya, dan menurut saya pandangannya agamanya bagus, patut jadi teladan pengajaran. Saya nga pandai debat secara lisan, juga bila waktu itu punya duit sih, rasanya mendingan beli buka ibnu qayyim trus kasih mereka, suruh baca dulu, klo sudah clear ma pandangannya baru silahkan ngina atau tidak. Bagaimana bila yang kau hina itu ternyata saudaramu, masih adalah sesama aswaja. Bisa fitnah kan tanpa tabayyun dulu. Ternyata ktemu juga di net, situs-situs dimana pandangan ibnu qayyim diplintir-plintir gitu. Mungkin mereka termakan hal ini dan kemudian merujuknya kepada dan dari informasi-informasi situs-situs kya itu. Ya mungkin saja.

Misalnya sebelum menuduh, apakah telah membaca kitab karangannya, dan bila telah membaca kitab-kitab karangannya dan kemudian menganggap lemah atau ada salah dalam sudut pandangan dari Muhammad bin Abdul Wahab, mengapa tidak membuat kritikan/nasehat ilmiah terbuka. Bila kritikan ilmiah ini malah lebih lemah, kemungkinan bakal ada yang counter, nah dari dua tanya jawab atau kupasan karya atau bedah buku ini, maka yang lain juga akan bisa mengambil manfaat atau mencari/memahami mana pendapat yang terkuat, menurut apa yang ia fahami dalam syariat agamanya dan dasar harapan, bahwa Allah lah pemberi petunjuk untuk memahamkan dirinya akan mana pendapat yang kuat, bila layak.

Dan satu lagi, madarijus salikin itukan membahas hal-hal yang ada dalam pengajaran tasawuf (atau mungkin juga dengan nama lain atau bisa dinamakan ilmu hati, obat hati, pembersih hati, dsb) jadi sebenarnya juga tentu ia paham pula yang diinginkan dari pemahaman tasawuf itu, hal tersebut, dengan cara ia memahami tasawuf seperti apanya dengan caranya atau tarekatnya pula secara tersendiri ya seperti itulah tarekatnya.

9.Bahai (menyimpang secara syariat)
Pendirinya adalah : Mirza Husein Ali Bahaullah (1892M)
Kepercayaan ini mulai timbul di kalangan Syiah Imamiyyah di Iran pada abad ke 19 M dengan munculnya Mirza Ali Muhammad (1852 M) yang mendirikan dirinya sebagai al Bab (pintu) bagi kaum Syiah dan umat Islam lainnya untuk menghubungkan mereka dengan Imam yang lenyap dan ditunggu kehadirannya pada akhir jaman. Ia menyerukan untuk menyatukan agama Islam, Nasrani dan Yahudi sehingga menimbulkan kehebohan dan ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati di Tibriz tahun 1853 M. Salah satu muridnya Mirza Husein Ali Bahaullah kemudian mengaku sebagai wakil dari Mirza Ali Muhammad Al-Bab dan mengembangkan ajaran-ajarannya sampai ia mati. Kelompok ini diusir oleh Kerajaan Syah Iran dan dilarang di Mesir, bahkan Al- Azhar mengeluarkan fatwa bahwa aliran keluar dari Islam dan sudah tidak Islam lagi. Aliran ini meluas ke Dunia Barat pada tahun 1980, dan pada tahun 1920 mengadakan pusat bahai yang kuat di Amerika. Dewasa ini bahai terdapat di lebih dari 260 kota dunia.

Pendapat-pendapat mereka :
-          Menggabung agama Islam dengan Yahudi, Nasrani dan lainnya.
-          Menolak Poligami kecuali dengan alasan dan tidak boleh dari dua istri.
-          Shalat hanya sembilan rakaat dan kiblatnya Istana Bahaullah
-          Melakukan puasa sebulan tapi hanya 19 hari
-          Tidak melakukan shalat Jumat hanya shalat jenazah saja
-          Melakukan haji dengan mengunjungi rumah Al-Bab, tempat ia dipenjarakan, dan rumah-rumah para pembesar
-          Zakat harta sepertiga dan diberikan kepada dewan pengurus perkumpulan
-          Riba diperbolehkan
-          Jihad haram dilakukan
-          Talak 19 kali Janda boleh menikah setelah membayar diyat (tanpa ‘iddah), duda tidak boleh kawin sebelum 90 hari.
-          Kewarisan 9/60 untuk anak, 8/60 untuk suami, 7.60 untuk ayah, 6/60 untuk ibu, 1.60 untuk saudara perempuan, 3/60 untuk para guru. Selain mereka tidak dapat.
-          Hukum atas perzinaan adalah membayar uang ke baitul mal
-          Wanita mendapat warisan yang sama dengan laki-laki
-          Tidak mempercayai hari akhirat

10.Ahmadiyah (menyimpang secara syariat)
Pendirinya adalah Mirza Ghulam Ahmad.(1936-1908 M), Ia lahir di Pakistan ditengah-tengah kelompok Syiah Ismailiyyah. Pada tahun 1884 ia mengaku mendapat ilham dari Allah, kemudian pada 1901 mengaku dirinya menjadi nabi dan rasul, yang diingkari oleh kelompok Ahlus Sunnah dan kelompok Syi'ah seluruh dunia.

Ahmadiyah terbagi menjadi dua kelompok
Ahmadiyah Qadiyan : menganggap Mirza sebagai nabi
Ahmadiyah Lahore : menganggap Mirza sebagai mujaddid (pembaharu Islam)

Pendapat-pendapat mereka :
-          Menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi (Qadiyan)
-          Orang Islam yang tidak sepaham adalah orang kafir
-          Mengharamkan jihad

11.HIDAYATULLAH
Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari 1973 (kalender Islam: 2 Dzulhijjah 1392 Hijr) di Balikpapan dalam bentuk sebuah pesantren oleh Ust. Abdullah Said (alm), kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9–13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.

Sejak 1978 Hidayatullah melakukan pengiriman da’i ke seluruh Indonesia dan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah ( STIEHID ) di Depok, Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STIS Hidayatullah) di Balikpapan sebagai lembaga pendidikan untuk pengkaderan da’i dengan memberlakukan beasiswa penuh (biaya pendidikan dan biaya hidup) bagi mahasiswa STAIL dan STIS dengan pola ikatan dinas. Da'i ini kemudian mendapatkan tunjangan maksimal hingga 3 tahun atau sampai mereka mampu menjadi pelaku ekonomi di tempatnya berada.

Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya. Keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, dimana usahanya berfungsi sebagai basis pendidikan dan pengkaderan.

Metode (manhaj nubuwwah') Hidayatullah yaitu berpegang pada al Qur’an dan as-Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Hidayatullah berfokus pada pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) dengan tujuan akhir melahirkan kepemimpinan dan ummat.

12.IKHWANUL MUSLIMIN
Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood atau IM) merupakan sebuah kelompok dalam Islam yang didirikan oleh Syaikh Hassan Al Banna di Mesir, tepatnya di Ismailiyah pada 1928 M dua tahun setelahnya lahirnya NU yaitu pada 31 Januari 1926 M. Syaikh Al Hassan Al Banna mendirikan IM bersama beberapa tokoh lainnya seperti Hafidz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi.

Menurut Wakil Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah KH. Said Abdurrahim dalam salah satu kitabnya bahkan menilai Syaikh Hasan al- Banna termasuk salah satu mujaddid abad 14 H. KH.Said Abdurrahim adalah pengasuh PP MUS Sarang Rembang Jateng (menantu KH Mas Subadar). Di pesantren yang beliau asuh juga kitab Al- Islam karya Said Hawwa diajarkan. Said
hawwa adalah salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin.

Di Indonesia sendiri, IM baru datang sekitar tahun 1930. Dalam proses kemerdekaan Indonesia, IM memiliki peran dalam mendesak negara Mesir untuk mengakui secara de facto kemerdekaan RI walaupun Mesir pada saat itu belum sepenuhnya Merdeka. Akhirnya Vatikan pun mengakui kemerdekaan Indonesia.

Adapun kalau dilihat dari pemikiran pendiri IM dan pada sebagian pengikut Ikhwanul Muslimin, justru memiliki kesamaan dengan Nahdlatul Ulama (NU), khususnya dalam pemikiran bidang aqidah, bermadzhab dan tradisi-tradisi tertentu. Sehingga tidak salah bila dikatakan bahwa Ikhwanul Muslimin dan pengikut IM yang asli adalah NU.

NU sebagai penganut madzhab aqidah Asy’ariyah dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat memiliki dua sikap yaitu manhaj tafwidh (menyerahkan ta’wilnya (makna yang lain tersebut) kepada Allah) dan takwil (memberi ta’wil berdasarkan ilmu bahasa Arab) sebagaimana dilakukan oleh salaf maupun khalaf. Ternyata paham Syaikh Hasan Al Banna pun sama, sebagaimana tertuang dalam kitab Risalah al-‘Aqaid . Bahkan Said Hawa, tokoh besar Ikhwanul Muslimin, dalam Jaulat fil Fiiqhain : al-Kabir wa al-Akbar , menyatakan bahwa para imam umat Islam sejak dahulu didalam fiqh dan aqidah adalah para imam mereka dalam tasawuf. Umat Islam sudah menyerahkan urusan pembahasan detial aqidahnya pada Abul Hasan al-As’ari dan Abu Manhsur al-Maturudi. Ini pernyatan yang sangat “NU”

Telah ditegaskan oleh seorang tokoh besar Ikhwanul Muslimin periode pertama yakni Sa’id Hawa dalam kitabnya Jaulat fil Fiiqhain : al-Kabir wa al-Akbar sebagai berikut : “Sesungguhnya kaum Muslimin sejak masa- masa yang lalu para imam mereka di dalam akidah dan fiqih adalah para imam mereka di dalam tasawwuf dan suluk kepada Allah Ta’ala. Maka para imam mereka di dalam akidah seperti Abil Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturudi “

Dia juga mengatakan : “Umat Islam ini telah menyerahkan urusan akidahnya pada dua tokoh yaitu Abul Hasan al- As’ari dan Abu Manhsur al-Maturudi “

Bahkan Hassan Al Banna pernah menyatakan mujassimah dan musyabbihah bukan bagian dari Islam. Beliau mengatakan : “Kami bekeyakinan bahwa pendapat salaf yaitu mendiamkan dan menyerahkan pengetahuan makna-mana ayat (mutasyabihat) ini kepada Allah Ta’ala adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti “.

Di akhir pembahasan, beliau menyimpulkan : “Kesimpulan pembahasan ini adalah sesungguhnya ulama salaf dan kholaf sepakat bahwa yang dimaksudkan (dalam ayat shifat atau mutaysabihat) adalah bukanlah makna zahir yang dipahami antara manusia, ini disebut dengan takwil jumlah (takwil secara umum). Mereka juga sepakat bahwa setiap takwil yang bercanggah dengan asal-asal syare’at tidaklah boleh, maka perbedaan yang terjadi di dalam lafaz-lafaz itu berputar hanya pada sesuatu yang dibolehkan syare’at saja, dan ini adalah ringan sebagaimana engkau lihat.

Syaikh Hasan Al Banna pun bertasawuf serta mendapatkan ijazah Thariqat Khashafiyyah. Hal ini disebutkan dalam kitab Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah. Sadi Hawa, dalam Tarbiyatuna ar-Ruuhiyyah, kembali memberikan pengakuan bahwa dalam menerapkan dakwah Ikhwanul Muslimin, ia ingin agar umat Islam tahu bahwa dakwah Shufiyyah adalah dakwah Hasan Al Banna.

“Aku selalu rajin dan rutin menghadiri majlis tersebut di masjid Taubah setiap malam, dan aku menanyakan kepada muqaddim (pemuka) tersebut, maka aku tahu bahwa beliau adalah seorang laki-laki shalih yang telah berjumpa syaikh. Maka aku mengharap untuk mengidzinkan aku mendapat perjanjian bersamanya, dan beliau menjanjikanku untuk menemukanku kepada syaikh Abdul Wahhab jika sudah datang, padahal aku sejak dulu hingga masa kini belum pernah berbaiat dalam satu thariqah dengan seorang pun dengan baiat yang resmi, aku dulu hanyalah seorang yang mencintai mereka. Kemudian hadirlah sayyid Abdul Wahhab ke Damanhur, lalu aku diajak berjumpa dengannya. Aku sangat senang sekali dengan kabar baik ini, karena aku mendapatkan langsung baiat thariqah Khashafiyyah asy-Syadziliyyah darinya, lalu beliau mengajarkan dan mendidik aku serta memberikan tugas-tugasnya “

Seperti juga NU dan Aswaja pada umumnya, Hasan Al Banna pun merayakan Maulid Nabi dan mengingatkan bahwa tradisi Maulid Nabi adalah tradisi mereka. Sebagaimana dituturkan dalam kitab Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah. Sungguh sangat “NU” sekali. Dalam Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah karya Hasan Al Banna pula, ia mengatakan bahwa bagi setiap muslim yang belum mencapai derajat pengkaji dalam dalil-dalil hukum furu’, diperintahkan untuk mengikuti salah satu Imam dalam agama. Lagi-lagi, tidak ada bedanya dengan NU.

Dalam kitab Mudzakkaraat ad-Dakwah wa ad-Da’iyah : “Aku ingatkan bahwa di antara tradisi kami adalah kami melaksanakan peringatan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di Maukib setelah hadrah setiap malam mulai tanggal satu hingga tanggal dua belas Rabi’ul Awwal di salah satu rumah anggota kami.

Bukan cuma ahli shufi dan memperingati maulid nabi, Syaikh Hasan Al Banna bersama IM juga berjihad melawan Israel karena pembelaan IM terhadap Palestina hingga Syaikh Yasin pun mendirikan HAMAS sebagai harokah perlawanan di Gaza hingga hari ini yang merupakan cabang IM. Ini mungkin yang harus di contoh NU

Pandangan Syaikh al-Qardhawi tentang manhaj Ikhwanul Muslimin :
Dalam Majalah “ al-Mujtama “ bilangan : 1370 yang keluar pada tanggal 25 Jumadil Akhir 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 5 Mei 1999 M, yang bertepatan acara berlalunya masa 70 tahun Ikhwanul Muslimin dalam berdakwah, tarbiyah dan berjihad, disebutkan pada judul “Keutamaan Dakwah Ikhwanul Muslimin “. Syaikh al-Qardhawi mengeluarkan pandangannya terhadap dakwah Ikhwanul Muslimin dengan dua poin penting, salah satu pointnya adalah tentang keterkaitan Ikhwanul Muslimin dengan Asy’ariyyah.

Syaikh al- Qardhawi mengatakan : “Persangkaan Ikhwanul Muslimin yang mengaku sebagai Asy’ariyyah, tidaklah mengurangi kehormatan mereka, kerana umat Islam pada umumnya (majoritinya) adalah berakidah Asy’ariyyah dan Maturudiyyah. Malikiyyah dan Syafi’iyyah adalah Asy’ariyyah, Hanafiyyah adalah Maturudiyyah. Semua fakultas Agama di seluruh Negeri adalah Ast’ariyyah dan Maturudiyyah, al-Azhar di Mesir, Zaitunah di Tunis, Qarwiyyin di Maroko, Daiduban di Hindi dan selainnya dari sekolah-sekolah dan Fakultas Agama. Seandainya kami katakan “ As’ariyyah bukanlah Ahlus sunnah, maka sama saja kami menghukumi sesat terhadap seluruh umat ini atau secara umumnya, maka kami akan jatuh pada perpecahan yang kami anggap sebagai penyimpangan “

Ini juga merupakan pengakuan syaikh al-Qardhawi bahwa mayoritas umat Muslim di seluruh belahan dunia ini adalah berakidahkan Asy’ariyyah dan Maturudiyyah, Alhamdulillah ini sebuah pengakuan yang jujur.

Kemudian al-Qardhawi melanjutkan : “Siapakah yang membawa panji pembelaan Ahlus sunnah dan tekun memerangi musuh Islam sepanjang masa yang lalu kalau bukan ulama dari Asy’ariyyah dan Maturudiyyah ???

Semua ulama besar dan para imam kita adalah dari kalangan mereka; al-Baqilani, al-Isfaraini, imamul Haramain al-Juwaini, Abu Hamid al-Ghazali, al-Fakhr ar-Razi, al-Baidhawi, al-Aimidi, asy-Syahrastani, al-Baghdadi, Ibnu Abdissalam, Ibnu Daqiqil Id, Ibnu Sayyydinnas, al-Balqini, al-Iraqi, an-Nawawi, ar-Rafi’i, Ibnu Hajar al-Atsqalani dan as-Suyuthi. Dari Maroko ada imam ath-Thurthusyi, al-Maziri, al-Baji, Ibnu Rusyd (datukku) dan Ibnul ‘Arabi al-Maliki, al-Qadhi Iyadh, al-Qurthubi, asy-Syathibi dan lainnya.

Dari kalangan Hanafiiyyah ada imam al-Khurkhi, al-Jashshas, ad-Dabusi, as-Sarkhasi, as-Samarqandi, al-Kasani, Ibnul Himam, Ibnu Nujaim, at-Tiftizani, al-Bazdawi dan lainnya.

Saudara kita yang mencaci asy’ariyyah secara serampangan, maka mereka adalah salah dan ekstrem. Asy’riyyah adalah sebuah kelompok dari Ahlus sunnah al Jama’ah, yang telah diridhai umat, karena mereka menjunjung al-Quran dan Sunnah sebagai landasan, maka tidaklah membahayakan mereka sedikit kesalahan dalam beberapa masalah, atau mereka memilih pendapat yang lemah atau salah, maka mereka adalah manusia yang berijtihad lagi tidak ma’shum. Tidak akan ditemukan suatu umat yang selamat dari kesalahan ketika berijtihad. Sama ada dalam amsalah furu’ atau masalah usul. Semua pendapat bisa diterima dan bisa ditolak kecuali ucapan Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam “.

Demikianlah pandangan seorang cendikiawan muslim Prof. Dr Yusuf al-Qardhawi mengenai dakwah Ikhwanul Muslimin dan Asy’ariyyah. Dikutip dari nugarislurus.com

Dan lain-lain sebagainya…

Bersambung ...

Bila ingin membaca lebih lanjut ebook ini, Klik tulisan ini untuk kembali ke-link-link di daftar isi

Anda sedang membaca artikel tentang Kelompok-Kelompok Islam Di Indonesia dan anda bisa menemukan artikel Kelompok-Kelompok Islam Di Indonesia ini dengan url http://manfaatputih.blogspot.com/2013/08/kelompok-kelompok-islam-di-indonesia.html, anda boleh menyebarluaskannya atau mengcopypaste-nya jika artikel Kelompok-Kelompok Islam Di Indonesia ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Kelompok-Kelompok Islam Di Indonesia sebagai sumbernya.

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentarmu disini!

Download Ebook LINK

.......................................................

MAU BACA LEBIH LANJUT
KLIK DAFTAR ISI DISINI

atau

Mau Download EBOOK ini

klik LINK ini :


Anda bisa download ebook ini di sini :

Pembahasan Tuntas Peradaban Manusia dari awal hingga akhir full Final.pdf

LINK 1 - ZIDDU

LINK 2 - 4SHARED

Surat Al Kahfi diantara Nubuat Nasrani versus Nubuat Islam.pdf

LINK 1 - ZIDDU

LINK 2 - 4SHARED

.......................................................

DAFTAR ISI

Daftar Isi :






















































Pembahasan Beberapa Hal Penting:

























































7. Periode Zaman Kiamat/Zaman Peradaban Manusia Akhir Yang Tidak Mengenal Islam









Di dalam penulisan ini ada beberapa penjabaran baru yang belum pernah terlihat di dalam tulisan peneliti lainnya, Semoga hal ini bermanfaat untuk menambah kemanfaatan buku ini.


Bantinglah Otak Untuk Mencari Ilmu Sebanyak-Banyaknya Guna Mencari Rahasia Besar Yang Terkandung Di Dalam Benda Besar Yang Bernama Dunia Ini, Tetapi Pasanglah Pelita Dalam Hati Sanubari, Yaitu Pelita Kehidupan Jiwa. (Al- Ghazali)




Hak Cipta oleh M. Yusuf . Diberdayakan oleh Blogger.